"Nama?" Aaron Liu berpikir sejenak, dia berpikir tak mungkin menyebutkan nama keluarganya yang sudah bangkrut. "Namaku Aaron, Nek?" jawabnya penuh keraguan.
Nenek itu tersenyum hangat pada sosok lelaki yang tampak bingung dan juga penuh keraguan. Dia yakin jika Aaron Liu telah melewati masa sulit. Hatinya pun tergerak untuk mengenal seorang pria yang terlihat seumuran dengan cucunya itu.
"Panggil saja aku Nenek Jiang." Sebuah perkataan yang membuat hati Aaron Liu merasa sangat tenang. Baru kali ini dia menemukan orang asing yang memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
"Di mana kamu tinggal, Aaron?" Nenek Jiang kembali menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi bagi pria muda itu. Tak ada maksud apapun, dia berpikir ingin membalas kebaikan dari pemuda itu.
Aaron Liu sangat bingung dengan jawaban itu. Pada kenyataannya, dia sama sekali tak memiliki sebuah tempat tinggal untuknya berteduh. Apalagi semua uang dan juga dokumen-dokumen penting telah hilang bersama koper miliknya. Pria itu tentunya sangat frustrasi akan hidupnya yang sangat memilukan.
"Aku sedang mencari tempat tinggal, Nek," jawab Aaron Liu tanpa memandang wajah wanita tua yang sudah memperlakukannya dengan sangat baik.
"Tinggallah bersamaku," jawab Nenek Jiang tampak sangat serius. Bahkan dia sempat memperlihatkan senyuman hangat pada seorang pria yang rela terluka hanya untuk menolongnya.
Mendengar ucapan lembut yang begitu tulus dari Nenek Jiang, membuat Aaron Liu tak tega untuk menolak. Namun ... dia tetap saja tak ingin merepotkan seorang wanita tua yang baru saja ditolongnya itu.
"Aku tak ingin merepotkan Nenek, sebaiknya aku mencari tempat tinggal untuk sementara waktu," jawab Aaron Liu dengan wajah sungkan. Dia sadar jika dirinya sama sekali tak memiliki uang sepeser pun. Seluruh uang yang dimilikinya telah lenyap bersama dengan koper yang telah hilang.
Nenek Jiang mengumbar senyuman hangat pada pria muda di depannya. Dia cukup tersentuh karena Aaron Liu sama sekali tak berniat untuk memanfaatkan kebaikannya. Hal itu justru mendorongnya untuk membujuk pemuda itu agar mau ikut bersamanya.
Sangat jarang ada seseorang yang dengan terang-terangan menolak sebuah kebaikan. Yang ada mereka pasti memanfaatkan kebaikan itu untuk kepentingan dirinya semata.
"Jangan berpikir berlebihan! Kamu tidak gratis tinggal di rumahku. Aku akan memperkerjakan kamu untuk mengurus beberapa pekerjaan." Sebenarnya Nenek Jiang tidak ingin membuat Aaron Liu bekerja untuknya. Namun melihat penolakan pemuda itu membuatnya harus memikirkan sebuah cara agar bisa membalas kebaikannya.
Setelah berpikir sejenak, Aaron Liu akhirnya memutuskan sesuatu yang akan mengubah hidupnya dalam sekejap. Dia tak mungkin tinggal di jalanan tanpa uang ataupun kartu identitas apapun.
"Baiklah, Nek. Aku bersedia bekerja di rumah Nenek Jiang. Apapun pekerjaannya, aku akan melakukan semuanya," jawab seorang pria yang sudah tak memiliki apapun. Ada sedikit kelegaan di dalam hatinya, setidaknya dia sudah mendapatkan sebuah tempat tinggal untuk sementara.
Begitu mereka berdua menyelesaikan makan siangnya, Nenek Jiang mengajak Aaron Liu berjalan menuju ke sebuah taksi yang menunggu mereka di depan restoran. Sebelumnya, wanita tua itu sudah lebih dulu memesan layanan taksi online saat masih berada di dalam restoran.
Meskipun merasa sedikit ragu, Aaron Liu akhirnya masuk ke dalam taksi dan duduk di sebelah seorang wanita tua yang tadi sudah ditolongnya. Dia masih saja memikirkan takdir yang membawanya tanpa tujuan. Pria itu tak memiliki apapun atau siapapun untuk bersandar.
Dalam beberapa menit, taksi itu memasuki sebuah mansion mewah dengan beberapa penjaga di gerbang. Aaron Liu tak menyangka jika Nenek Jiang tinggal di rumah yang sangat mewah. Dia yakin jika nenek itu sangat kaya raya.
'Jika Nenek Jiang sangat kaya, mengapa dia pergi ke bank seorang diri?' Aaron Liu hanya bisa bertanya di dalam hatinya. Dia tak mungkin menanyakan hal itu secara langsung. Rasanya sangat tidak sopan jika dirinya benar melakukan hal itu.
Tak kunjung turun dari taksi itu, Nenek Jiang akhirnya menarik tangan Aaron Liu dan sedikit menyeretnya untuk masuk ke dalam. Tampak beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka. Pria itu dibuat terbelalak dengan penyambutan itu.
"Pelayan! Antarkan Tuan Aaron ke kamar tamu. Layani semua kebutuhannya!" perintah Nenek Jiang pada seorang pelayan yang berdiri di sampingnya. Dengan sengaja dia memperlakukan Aaron Liu dengan sangat istimewa.
Nenek Jiang tak berniat benar-benar membuat Aaron Liu bekerja di rumahnya. Ia merasa jika pria muda itu bukanlah seorang biasa. Semua begitu jelas dari wajah dan juga penampilannya.
"Tak perlu berlebihan, Nek. Aku bisa tidur di kamar pelayan." Aaron Liu merasa jika dirinya tak pantas menjadi seorang tamu di mansion itu. Tentunya dia sadar diri, apalagi mengingat kondisi keluarganya yang cukup menyedihkan.
"Kamu adalah tamu istimewa di rumahku. Tak mungkin aku membiarkanmu tidur di kamar pelayan," tegas Nenek Jiang pada seorang pria yang semakin bingung mendapatkan perlakuan yang begitu baik dari seseorang yang baru saja dikenalnya.
Kali ini, Nenek Jiang memberikan sedikit tekanan dalam ucapannya. Semua dilakukannya agar Aaron Liu tak banyak menolak maksud baiknya. Apa saja yang dilakukannya terhadap pemuda itu benar-benar tulus tanpa ada maksud apapun. Terlebih dia juga mendengar jika ia telah kehilangan koper dan juga barang-barangnya karena membantunya mengejar perampok.
Terlebih, Aaron Liu juga sampai harus terluka saat menghadapi dua penjahat itu. Bagaimana bisa hati Nenek Jiang sama sekali tidak tersentuh dengan semuanya?
"Silahkan masuk, Tuan. Anda bisa menekan tombol ini jika memerlukan bantuan saya." Pelayan itu mengantarkan Aaron Liu ke dalam kamar dan memberitahukan jika dirinya bisa memanggil kapan saja.
"Terima kasih." Hanya kalimat singkat itulah yang terucap dari mulut Aaron Liu sebelum pelayan itu pergi.
Semua terasa seperti mimpi bagi Aaron Liu. Dimulai dari kebangkrutan keluarganya, kemudian dicampakkan oleh calon istri yang akan dinikahi. Rasanya masih tak percaya jika dirinya bertemu seorang malaikat penolong yang berwujud manusia seperti Nenek Jiang. Setidaknya kebaikan wanita tua itu bisa membuatnya bertahan untuk sementara.
Tanpa ingin memikirkan lebih lagi, Aaron Liu merebahkan tubuhnya lalu memejamkan mata. Rasanya hari itu menjadi hari yang sangat melelahkan baginya. Bukan hanya raganya saja yang lelah, hatinya terasa sangat lelah. Semua yang terjadi di dalam hidupnya sama sekali tak terbayangkan sebelumnya.
Dalam sekejap, Aaron Liu mulai terbuai dalam mimpi. Mungkin lelaki itu begitu kelelahan hingga ia sampai tertidur tanpa sadar.
Di dalam ruang tengah mansion milik Nenek Jiang, beberapa orang sudah berkumpul atas perintah sang nyonya rumah. Tampak mereka sedang berbincang serius dengan Nenek Jiang. Sepertinya ada situasi darurat yang mengharuskan mereka melakukan pertemuan mendadak itu.
"Mulai besok, kalian berdua bekerja di perusahaan. Aku akan menjadikan Aaron sopir sekaligus asistenku," perintah Nenek Jiang pada dua orang lelaki yang biasanya menjadi sopir dan juga asistennya.
"Apakah kami melakukan kesalahan, Nyonya?" Si sopir merasa penasaran alasan dirinya dipindahkan ke perusahaan. Padahal ia merasa tak melakukan kesalahan apapun.
Mereka justru mencurigai pria yang baru datang itu telah menghasut Nenek Jiang.