Aaron Liu bisa melihat jika pelayan itu tampak sangat panik. Dia tak menyangka jika mereka akan sepanik itu saat dirinya datang ke dapur. Lelaki itu mengungkapkan penyesalannya karena telah merepotkan mereka semua.
Namun tanpa mereka sadari, Nenek Jiang sudah berdiri tak jauh dari mereka. Dia mendengar seluruh pembicaraan antara Aaron Liu dan juga seorang pelayan yang bekerja untuknya.
"Tak masalah jika Aaron Liu ingin ke dapur. Kembalilah ke kamarmu!" perintah Nenek Jiang pada seorang perempuan yang menjadi pelayan di rumahnya.
Nenek Jiang sangat mengerti jika Aaron Liu belum terbiasa tinggal di rumahnya. Dia tak ingin membuat pemuda itu tertekan selama tinggal di sana.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Nenek Jiang pada seorang lelaki yang sedikit terkejut dengan kehadiran sang pemilik rumah.
"Sudah, Nek. Maaf ... membuat keributan di rumah ini," sesal Aaron Liu pada Nenek Jiang.
Wanita tua itu hanya tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun. Hal itu membuat Aaron berpikir jika Nenek Jiang sedang kesal karena dirinya. Rasanya sangat menyesal telah membuat kekacauan di rumah itu malam-malam.
Namun ... apa yang dipikirkan oleh pria itu sedikit berlebihan. Nenek Jiang sama sekali tak kesal apalagi marah. Wanita tua itu justru khawatir jika Aaron Liu tak betah tinggal di rumahnya. Dia berharap jika sosok pria yang sudah menyelamatkan dirinya itu bisa merasa nyaman tinggal di sana.
"Bagaimana dengan lukamu? Apakah masih terasa nyeri?" tanya seorang wanita tua yang selama ini yg tinggal bersama dengan cucu perempuannya saja.
"Sudah jauh lebih baik, Nek. Aku merasa sangat baik-baik saja." Meskipun masih merasa sedikit nyeri, Aaron Liu sama sekali tak ingin mengatakan hal itu pada Nenek Jiang. Dia tak ingin semakin merepotkan sosok wanita tua yang sudah sangat baik dengannya.
"Tidurlah lebih awal! Besok pagi, aku akan mengajakmu ke perusahaan," bujuk Nenek Jiang karena tak ingin membuat pria itu menjadi kelelahan. Dia memiliki rencana sendiri untuk kebaikan dari Aaron Liu.
Tanpa penolakan sedikit pun, Aaron Liu bergegas masuk ke dalam kamar. Rasanya sangat berlebihan segala kebaikan dan juga perlakuan wanita itu padanya. Segalanya membuat ia menjadi terbebani dan merasa berhutang budi pada Nenek Jiang.
Entah mengapa, pria itu merasa sangat nyaman tinggal di rumah mewah itu. Biasanya Aaron Liu tak pernah mau tinggal di tempat lain selain rumah dan juga apartemen miliknya. Sepertinya kondisi dan juga takdir telah merubah segalanya.
Aaron Liu berubah menjadi jauh lebih bisa menerima segala penderitaan yang harus dilaluinya. Dia tak ingin mengeluhkan apapun. Toh ... kedua orang tuanya juga hidup menderita sebagai seorang petani di pulau terpencil.
Setelah berpikir cukup lama, Aaron Liu akhirnya benar-benar terlelap. Tubuh lelahnya memaksa pria itu untuk tidur lebih cepat dari biasanya. Sebelum keluarganya jatuh bangkrut, ia tak pernah tidur sebelum lewat tengah malam.
Pria itu selalu saja menghabiskan waktu dengan menghamburkan harta milik keluarganya. Segalanya terlalu indah dan tanpa penderitaan sedikit pun. Namun sekarang ... semua berbanding terbalik. Aaron Liu hanya sosok manusia biasa yang tak memiliki apapun. Bahkan tempat tinggal saja tak ada.
Dalam sekejap saja, hari telah berganti. Seorang pelayan datang untuk membangun sosok pria tampan yang tampak masih terlelap.
"Tuan! Nyonya Jiang telah menunggu Anda," seru pelayan itu dengan sedikit cemas. Dia takut jika pria itu akan marah karena ia datang untuk membangunkannya.
Aaron Liu yang masih terbuai dalam mimpi, mendengar samar-samar suara perempuan yang memanggilnya. Ia pun memaksakan diri untuk membuka mata, terlihat seorang pelayan sudah berdiri di sebelah ranjang.
"Apakah Nenek Jiang memanggil aku?" tanyanya dengan wajah bingung. Seolah seluruh nyawanya masih belum terkumpul semuanya.
"Hari ini, Anda harus mengantar Nenek Jiang ke perusahaan. Apakah Anda melupakan itu?" jawab si pelayan.
"Sial! Aku melupakannya." Dalam sekejap saja, Aaron Liu berlari ke kamar mandi. Dia tak peduli saat pelayan itu masih berada di sana.
Rasanya terlalu ceroboh dan pasti sangat tak nyaman baginya. Apalagi ... Aaron Liu sudah membuat wanita baik berhati malaikat itu harus menunggu. Tak butuh lama, pria itu sudah keluar dari kamar mandi.
"Apakah Nenek Jiang yang menyuruh pelayan menyiapkan pakaian ini?" Aaron Liu bertanya pada dirinya sendiri. Hal itu dikarenakan ada satu set pakaian yang tersedia di atas ranjang. "Aku harus bergegas keluar," ucapnya.
Begitu telah siap, pria itu langsung berlari keluar dari kamar. Aaron Liu bergegas keluar untuk menemui Nenek Jiang. Dia takut jika wanita tua itu akan murka padanya.
"Maaf, Nenek. Sudah membuat Anda menunggu lama," sesal Aaron Liu saat berada tak jauh dari sang empunya mansion mewah itu.
Nenek Jiang sedikit terkejut karena pria itu datang tiba-tiba. Dia pun memandangnya dengan tatapan tak biasa. Bukan karena kesal ataupun marah. Wanita tua itu cemas jika kondisi luka Aaron Liu tak baik-baik saja.
"Apakah semalam kamu tidur dengan baik? Bagaimana dengan lukamu kemarin?" tanya Nenek Jiang sangat cemas. Rasanya benar-benar khawatir jika kondisinya memburuk.
"Aku baik-baik saja, Nek. Dalam beberapa hari, pasti akan pulih dengan cepat. Terima kasih sudah mencemaskan aku, Nek." Aaron Liu benar-benar sangat berterima kasih atas segala perhatian dan juga kebaikan dari wanita tua itu.
"Ayo kita berangkat sekarang. Lebih baik sarapan di kantor saja. Ada meeting pagi ini." Nenek Jiang langsung berjalan menuju ke halaman depan mansion itu.
Sebuah mobil sudah disiapkan secepat khusus untuk keberangkatan Aaron Liu dan juga Nenek Jiang. Dalam sekejap saja, mobil melaju menuju ke sebuah alamat yang tadi sudah diberikan oleh wanita tua itu.
"Apakah kamu memiliki ijin mengemudi, Anak muda?" tanya Nenek Jiang pada seorang pria yang berpenampilan khas pengusaha muda yang selalu jadi idaman.
"Sebenarnya saya punya, Nek. Tapi ... hilang bersama dengan koper kemarin." Aaron Liu mengingatkan kejadian perampok yang terjadi pada pemilik mobil itu.
Nenek Jiang tak ingin menanyakan apapun lagi. Hilangnya barang-barang Aaron karena berusaha menyelamatkan dirinya. Dan pria itu sudah tak memiliki apapun, termasuk kartu identitas.
Setelah berjalan beberapa waktu, saat mereka hampir sampai di perusahaan. Sebuah mobil tiba-tiba menyalip dan menghentikan paksa mobil yang membawa Aaron Liu dan Nenek. Tak ada yang bisa dilakukan selain menepikan mobil lalu berhenti di pinggir jalan.
"Cepat turun dari mobil!" teriak seorang pria tinggi besar yang memaksa menghentikan mobil sebelum sampai di perusahaan.
Di belakangnya, ada beberapa orang pria berpenampilan preman yang keluar dari mobil di depannya. Aaron Liu langsung memandang Nenek Jiang penuh arti sebelum keluar dari mobil.