Chereads / Menantu Pungut / Chapter 2 - Bab 2 Sakit Yang Tak Berdarah

Chapter 2 - Bab 2 Sakit Yang Tak Berdarah

"Miranda! Ijinkan aku tinggal di sini untuk sementara." Aaron Liu mempercepat langkahnya menuju ke arah sang tunangan. Namun ... yang terjadi justru sangat menyakitkan baginya.

"Berhenti di situ!" teriak Miranda Choi pada tunangannya. "Mulai hari ini, jangan pernah lagi mendatangi rumahku! Aku membatalkan pernikahan kita!" tambahnya tanpa rasa berdosa sedikit pun.

Bagaikan tersambar petir di pagi hari yang sangat cerah, padahal mentari terlihat begitu indah mengawali hari. Namun, apa yang sedang dialami oleh Aaron Liu tak seindah pagi itu. Ibarat sudah jatuh, masih harus tertimpa tangga. Langit seolah telah runtuh baginya, ucapan sang calon istri bak membuatnya terlempar hingga ke dasar.

"Apa maksudmu, Miranda? Bukankah bulan depan kita akan menggelar sebuah pernikahan?" Aaron Liu mencoba untuk menyakinkan dirinya sendiri. Ia masih saja tak mempercayai semua yang sudah didengarnya.

"Siapa yang sudi menikahi pria miskin sepertimu? Kupikir ... seorang pengemis saja, tak sudi menikah denganmu!" cibir seorang perempuan yang sudah dua tahun menjadi kekasih Aaron Liu.

Dua tahun hubungan mereka tak berarti apapun setelah lelaki itu kehilangan seluruh hartanya. Seolah cinta di antara mereka langsung menguap begitu saja.

Miranda Choi masuk ke dalam rumah mewah yang dulu pernah diberikan Aaron Liu di hari ulang tahunnya. Namun tak disangka, perempuan yang dulu begitu memujanya bisa menjadikan dirinya seperti sampah yang tak berguna.

Beberapa saat kemudian, perempuan itu kembali keluar dengan sebuah benda kecil yang berada di genggaman tangannya. Miranda Choi langsung melemparkan benda di tangannya itu dalam ekspresi angkuh

"Aku mengembalikan cincin pertunangan kita. Mulai hari ini, tak ada ikatan apapun di antara kita berdua," tegas Miranda Choi dalam satu tarikan nafas saja. Bahkan ucapan itu dilontarkannya tanpa beban sedikit pun.

Secara tak terduga, Aaron Liu justru berlutut di tempatnya berdiri. Menunjukkan wajah terluka yang penuh dengan kepedihan. Pria itu tak peduli lagi dengan harga diri yang selama ini selalu dibanggakannya.

"Kumohon, Miranda! Aku rela melakukan apapun, asal kamu mengijinkan aku tinggal di rumah ini." Seperti seorang lelaki yang tak memiliki harga diri, Aaron Liu melakukan hal menjijikkan itu di hadapan seorang perempuan yang secara terang-terangan telah mengusirnya.

"Penjaga!" teriak Miranda Choi pada dua orang yang dibayarnya untuk menjaga rumah. "Usir pria miskin ini dari rumahku!"

Perempuan itu menyerukan sebuah perkataan yang benar-benar berhasil merobek hati lelaki yang awalnya akan dinikahi.

Sayangnya, takdir berkata lain. Keluarga Liu mengalami kebangkrutan dan tak menyisakan aset apapun untuk anaknya. Bisa dipastikan jika Aaron Liu akan menjadi pengemis ataupun gelandangan di jalanan. Kecuali ... jika ia mau hidup menderita mengikuti orang tuanya sebagai seorang petani di pulau terpencil.

"Pastikan pria ini tak pernah menginjakkan kaki di rumahku!" tegas Miranda Choi dengan lantang dan tanpa perasaan belas kasih sedikit pun.

Tanpa ampun, kedua penjaga itu menyeret Aaron Liu keluar dari halaman rumah itu. Bahkan tanpa ada rasa kasihan sedikit pun, mereka melemparkan sebuah koper miliknya ke jalanan di depan gerbang. Pria itu langsung mengepalkan kedua tangannya karena merasa terhina dengan perlakuan perempuan yang seharusnya dinikahinya itu.

"Aku bersumpah Miranda, kamu akan membayar semua penghinaan ini!" Aaron Liu meneriakkan sebuah kalimat dengan sangat keras. Ia berharap jika perempuan yang telah membuangnya itu bisa mendengar setiap kata yang diucapkannya.

Dalam hati yang terluka begitu dalam, Aaron Liu berjalan tanpa daya menyusuri jalanan itu. Ia pun berpikir untuk mendatangi sahabatnya yang selama ini selalu mendukung dan juga menemaninya dirinya. Pria yang terlihat berantakan dengan wajah menyedihkan itu akhirnya menghentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat.

"Tian Zhi Apartemen," ucap Aaron Liu pada seorang pengemudi taksi itu.

Supir taksi lalu melajukan mobilnya cepat menuju sebuah alamat yang sudah disebutkan oleh penumpang. Dalam beberapa menit saja, mobil itu sudah berhenti di depan lobby sebuah apartemen mewah yang berada di pusat kota.

Setelah melakukan pembayaran, Aaron Liu berjalan masuk sembari menyeret sebuah koper yang tidak terlalu besar memasuki gedung pencakar langit itu. Ia pun masuk ke dalam lift untuk sampai ke sebuah unit apartemen di mana sahabatnya tinggal.

Dalam beberapa menit saja, pria itu sudah berada di pintu apartemen milik sahabatnya. Beberapa kali membunyikan bel pintu, tak ada satupun yang muncul untuk membuka pintunya. Aaron Liu sudah merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya. Sejak pagi tadi, ponselnya juga tidak bisa dihubungi.

Hingga akhirnya, datanglah seorang wanita yang berseragam petugas kebersihan apartemen itu.

"Apa Anda sedang mencari Tuan Su?" tanya wanita itu pada sosok lelaki yang sudah biasa mendatangi apartemen sahabatnya.

"Apa Anda sudah melihat Minghao pagi ini?" Aaron Liu mencoba menanyakan keberadaan Su Minghao pada seorang petugas kebersihan di apartemen itu.

Wanita itu lalu meletakkan semua alat kebersihan yang berada di tangannya. Dengan gerakan yang cukup cekatan, ia langsung mengambil sebuah kunci lalu membuka pintu apartemen milik Su Minghao.

"Pagi-pagi sekali Tuan Su mengantarkan kunci apartemennya pada saya. Ia meminta supaya apartemennya segera dibersihkan, sepertinya apartemen ini akan dijual atau disewakan oleh Tuan Su," jelas wanita itu tanpa menunjukkan ekspresi yang cukup berarti.

"Apa!"

Hanya kata itu yang mampu terucap dari mulut Aaron Liu. Ia tak pernah menyangka jika sahabat terbaiknya juga tega meninggalkan dirinya di saat terburuk di dalam hidupnya. Ingin rasanya lelaki itu berteriak sekeras mungkin, Aaron Liu benar-benar tak membayangkan jika orang-orang yang disayanginya akan pergi begitu saja.

Terlebih, mereka pergi di saat ia sudah menjadi seorang lelaki miskin dan tak memiliki apapun. Jangankan mobil mewah seperti yang biasa dikendarainya, bahkan untuk berteduh saja Aaron Liu tak ada tempat.

Sebuah langkah yang tertatih bak seorang yang telah hilang harapan, Aaron Liu kembali bergerak untuk meninggalkan gedung pencakar langit itu. Rasanya terlalu menyesakkan saat sahabat dan juga kekasihnya tega mencampakkan dirinya tanpa belas kasihan.

Padahal sebelumya, Aaron Liu telah menyuntikkan dana yang cukup besar untuk bisnis yang dijalankan oleh Su Minghao.

"Brengsek! Bagaimana Minghao juga ikut menghilang di saat seperti ini?"

Kekesalan dan juga kekecewaan Aaron Liu begitu jelas terlukis di wajahnya. Hatinya seolah tercabik-cabik hingga hancur, terasa sangat menyakitkan. Sebuah rasa sakit namun tak berdarah.