Tanpa menunggu lama, kepalan tangan tersebut berhasil diayunkan ke depan. Pukulan yang mengenai udara kosong, menyebabakan tekanan udara yang ada di sana terdorong ke depan. Tekanan udara tersebut terus mengarah ke punggung Aarav, hingga akhirnya menghantam tubuh, dan membuatnya pingsan seketika.
"Itulah balasan yang kau dapatkan karena sudah mempermainkan diriku seperti ini." Erina mendengus sebal, merasa sedikit lega setelah memukul Aarav dengan sekuat tenaga. Setidaknya rasa frustrasi yang ada di dalam hatinya perlahan menghilang, walaupun belum sepenuhnya.
Revan yang melihat hal tersebut, hanya dapat menelan ludah kasar. Sudah dia kita jika kepribadian Erina masih belum berubah, tetap saja sama seperti sebelumnya. Di mana dia akan terbawa emosi dan memukul setiap orang yang ada di depannya.
Pada saat itu juga, Revan terlihat menghela napas lega. Jika saja dia berada di dekat Erina saat itu, dia tidak akan luput dari serangan yang sama seperti Aarav.