Rena yang duduk tepat di barisan pertama dan berada di depan meja guru, sepertinya mengurungkan niatnya untuk menaruh tasnya di mejanya sendiri.
Bangku itu adalah tempat duduknya bersama sahabatnya, Sury. Bukan karena Rena tiba-tiba tidak mau duduk berdekatan dengan Sury. Hanya saja, ia melihat kea rah samping kanan tempat duduknya.
Kursi disebelahnya itu adalah persis tempat duduk Adit.
Jika Rena duduk tetap di kursi sebelumnya, maka ia akan duduk dekatan dengan Adit.
Padahal, ia berjanji ke mamanya hari ini tidak akan mengajak Adit berbicara. Persetan sampai kapan yang harusnya hanya hari ini, Rena mendadak melupakan. Ingatannya kembali terekam jelas manakala mengingat segala hardikan mamanya Adit kepada dirinya dan juga kepada mamanya.
'Gak mau duduk dekatan sama Adit, ah! Nanti ada saja jalannya kalau duduk dekat dengan dia.' monolog Rena sambil meransel kembali tasnya ke punggung.
Matanya lalu mengedar mencari kursi yang tidak ada pemiliknya. Untunglah dipojokan sebelah kanan paling ujung dibelakang tidak ada yang menempatinya. Kursi di kelasnya berjumlah lebih dibanding jumlah siswanya. Walaupun kelebihan kursi memang hanya satu.
"Baiklah, lebih baik aku duduk disana," ucap Rena sendirian.
Dengan sedikit malas-malasan, Rena memilih duduk disana walaupun itu bukanlah kursi pilihan hatinya. Semakin duduk di belakang pastinya akan membuat konsentrasinya belajarnya makin sulit. Ia lebh suka duduk paling depan karena ia memang tipe pelajar yang serius. Duduk dibelakang bagi Rena adalah tipe siswa yang malas belajar.
Setidaknya begitulah pemandangan yang ia lihat diantara teman-teman kelasnya yang duduk dibelakang.
Belum lagi matanya yang mines dan belum mengenakankacamata, akan membuat Rena kesulitan. Tapi biarlah. Ini semua juga tidak akan berlangsung lama.
Beberapa jam berlalu, akhirnya beberapa teman kelasnya datang satu persatu ke kelas. Rena yang asyik menggambar diatas mejanya, diganggu oleh beberapa temannya. Ada yang penasaran, ada juga yang acuh.
Yang penasaran sudah pasti bertanya alasan Rena terduduk paling belakang. Rena tersenyum tipis sambil berkata, "Lagi mau fokus,"
Teman-teman yang mendengar jawabannya hanya bisa mengendikkan bahu satu sama lain. Tetapi mereka semua tidak sampai gila urusan lebih dalam. Sudah bertanya sekali dan mendapatkan jawabannya saja sudah cukup. Mungkin karena teman-teman kelasnya kebanyakan tidak akrab dengan Rena. Paling di kelas ini Rena hanya akrab dengan Sury—sahabat sekaligus teman duduknya yang sekarang menjadi mantan teman duduk, Revan, dan juga Adit.
Hm, memang sesedikit itu yang akrab padanya. Padahal Rena termasuk tidak pilih-pilih teman. Lupakan, mungkin merekalah yang pilh-pilih teman, macam Ica and the gengs, yang gengnya bernama Princess Squad. Di dalamnya ada Ica sang ketua kelas yang angkh ditemani dayag-dayang tidak bergunanya, si Ira dan Suci.
Tak berselang lama, Ica datang ke kelas dan melihat Rena sekilas tapi langsung membuang wajahnya. Rena yang baru saja menyelesaikan gambaran singkatnya tadi, juga menangkap kehadiran Suci saat berada di depan pintu kelas.
"Waduh, anak pembantu lagi mojok gaes," ucap Ica sambil menaruh totebagnya. Ia terduduk tepat di depan Rena.
Sial, Rena lupa jika dirinya duduk disana. Itu artinya kursi orang menjengkelkan itu tepat berada di depannya.
Sudahlah …. Rena tidak punya pilihan lain selain berusaha bersabar. Masih terlalu pagi meladeni Ica yang tiap hari tidak akan pernah mengejeknya. Selagi ejekan itu yang Rena dengar dari Ica, ia masih bersabar. Kecuali jika ejekan itu sudah tertuju khusus ke mamanya. Barulah Rena akan marah bagaikan singa.
Rena menutup telinganya dan berpura-pura menyanyi lirih entah berlirik apa. Yang jelas disana ia ingin menujukkan rasa acuhnya pada Ica. Ketua kelas itu mendengar samar-sama ucapan berlirik lagu di mulut Rena. Ia pun menolehkan kepalanya dan menatap Rena dengan emosi.
"Dih, sinting! Kalau gak tau nyanyi bahasa ingris gak usah sk nyanyi lu," ledek Ica dengan suara bkerasnya.
Rena hanya menjulurkan lidahnya dan memutar bola matanya dengan malas. Ica mendengkus kasar dan kembali berbalik badan sambil memainkan ponselnya. Tidak mau kalah, Ica memutar lagu inggris dan bernyanyi lebih keras disana.
Untung saja suara Ica lumayan enak di dengar. Rena pun menghentikan dirinya. Itu lebih baik Ica seperti itu. Daripada sibuk meledeknya disana.
Tak berlangsung lama, Sury datang ke kelas. Ia yang baru saja berada di depan pintu kelaas langsung melihat Rena yang duduk mojok dibelakang.
"Rena, lu ngapain disitu?" tanya Sury tidak sabar. Rena bergemimg sesaat. Tidak mungkin juga Rena menjawab pertanyaan Sury disaat sahabatnya itu belum berada tepat di depannya. Sury segera berjalan cepat ke tempat duduk Rena.
Tapi sebelumnya, Sury menarik Ica karena menghalanginya berdiri di depan Rena.
"Minggir lu,"
"Lu yang minggir. Gue mau konser,"
"He, gue mau bicara sama Rena. Suara lu kecilin dulu,"
"Dih siapa lu mau larang-larang gue?" tanya Ica meledek dan tidak terima.
"Sudah Sury, anggap saja dia orang sinting," timpal Rena sambil menahan tangan Sury untuk tidak lagi menarik-narik Ica.
"Oke! Eh, lu kok duduk disini? Lu lagi gak ikutan sinting kayak dia 'kan?" tanya Sury sdan menujuk orang sinting yang dimaksud adalah Ica.
Ica terlihat tidak memperdulikan mereka. Posisi Ica disana membelakangi Sury dan Rena.
"Sinting?" kelakar Rena.
"Gue serius, Ren. Lu ngapain sih duduk disini! Dekat sama si sinting ini juga. Yuk ah, duduk kembali ke kursi," bujuk Sury sambil menarik mengambil tas Rena.
Sury yang berniat mengambil tas Rena untuk dibawa ke kursi, malah ditarik oleh sang pemilik tas.
"Sur, gue sekarang duduk disini. Lu duduk disana sendirian dulu ya?"
"Hah, lu kenapa sih? Lu lagi marah sama gue Salah gue apa?"
Belum sempat Rena menjawab, ia kini melihat kedatangan Adit masuk ke kelas ditemani oleh Reva. Ekspresi wajah Rena kini masam. Sury buru-buru melhat kea rah pintu. Ia duga jika Rena sepertinya ada masalah dengan Adit.
Biasanya Rena akan menyapa Adit, atau Adit yang menyapa jika mereka saling bertatapan. Tapi pagi ini tidak ada keramahan yang terjadi. Adit terlihat menuduk dan langsung duduk dikursinya bersama Revan. Ica yang sibuk menyapa kedatangan Adit disana.
"Oh, okelah. Jam istirahat lu cerita ke gue, ya?" bujuk Sury tidak mendesak alasan karena ia secepat itu mulai paham maksud Rena pindah tempat duduk.
"Iya," jawab Rena singkat.
"Hei, Rena. Kok lu gak duduk di kursi?" kini giliran Revan yang bertanya di tempat duduknya. Adit pun menoleh sekilas padanya. Ia lalu beranjak dari duduknya dan berniat menghampiri Rena. Tetapi Ica menghalanginya.
"Lu mau ngapain Adit. Kita belum foto-foto. Mau buat ig story dulu," larang Ica dengan gaya centilnya.
"Hadeh, Ica. Lu kalau mau buat ig story jangan shoot ke Adit juga. Gue si manusia tampan ini, gak lu video juga?' tanya Revan percaya diri.
"Gak! Tampan lu pas-pasan!" jawab Ica jujur dan langsung mengundang reaksi tawa satu kelas.
TO BE CONTINUED