Adit merasa bersalah mendengar penuturan ayahnya di telfon. Memang secepat itu Adit langsung menanggapinya.
"Ma, ayah. Aku pikir ayah sengaja tidak mengabari Adit,"
"Tidak, Nak. Ayah cemas juga karena kamu pasti menunggu ayah,"
"Iya, ayah. Tapi sekarang Adit sudah berada di mobil, perjalanan pulang sama mommy,"
"Sibuk terus. Sibuk terus sama selingkuhan," ujar Keny disana.
Wanita itu sengaja menyahut kesal. Biar sekalian suaminya ditelfon mendengar dirinya. Memang Keny paling tidak suka suaminya yang selalu keluar kota. Itulah alasan yang menyebabkan pernikahan orangtua Adit renggang. Tuduhan Keny kepada Reno yang selalu berselingkuh. Begitu pun dengan Keny yang juga dituduh ada affair di belakang. Jadinya mereka berdua saling tuduh-tuduhan.
"Ya sudah, kalau begitu ayah tutup telfonnya, Nak. Minggu depan ayah kembali ke Jakarta," ucap Reno tak menggubris ucapan istrinya barusan.
"Iya, ayah," jawab Adit sopan.
Begitu panggilan telfon diakhiri, Keny berniat mengintrogasi kembali anaknya. Tapi ada raut penasaran di wajahnya.
"Kenapa, Mom?" tanya Adit.
Adit penasaran karena mamanya melirik-lirik anaknya.
"Kamu hari ini mendengarkan perintah mommy 'kan?" selidik Keny.
Adit menaikkan sebelah alisnya dan matanya menerawang ke arah mobil di depan yang berhenti. Suasana macet semakin membuat mamanya mempunyai banyak waktu saat itu untuk mengintrogasi anaknya.
Adit jadi ingat perintah mamanya yang melarangnya dekat dengan Rena. Namun dasarnya Adit tidak bisa berbohong, ia menjawab sesuai keadaan.
"Maaf, Mom. Aku tidak bisa menuruti perintah mommy,"
"Jadi kamu hari ini berinteraksi dengan Rena?" tanya Keny mulai meninggikan nada suaranya.
"Iya," jawab Adit datar.
"Adit! Kamu kenapa sih keras kepala seperti ini? Kamu lebih memilih bertemen dengan anak orang lain dibanding mendengar perintah mommy?"
Adit terdiam. Daripada bertengkar sama mamanya Adit memasang headset ditelinganya. Diputarnya music dari ponselnya. Dentuman music seakan membuatnya mengacuhkan omelan mamanya saat ini.
Keny mengetatkan rahangnya. Tapi buru-buru menarik nafas panjangnya. Tidak… tidak ada gunanya bertengkar dengan anaknya. Yang harus diurusi adalah akarnya. Akar dari segala larangan ini agar dipatuhi adalah meminta Rena. Kali ini Keny menguatkan niatnya untuk memberitahu anak itu dengan caranya sendiri.
Tidak ada lagi percakapan di dalam mobil. Keny membawa Adit pulang ke apartment.
Saat tiba, Keny hanya meminta anaknya turun.
"Mommy mau kemana lagi?" tanya Adit di depan pintu mobil.
"Mommy ada urusan. Kamu langsung masuk saja Bi Imo ada di dalam. Mommy suruh dia tinggal di apartmenet selama ayahmu berada di luar daerah," jelas Keny.
Adit mengangguk dan langsung berjalan masuk ke apartment. Keny pun dengan cepat kembali melajukan mbilnya. Ia sepanjang perjalanan terlihat begitu jengkel. Pasalnya Adit yang ia tau anak penurut malah akhir-akhir ini berbanding terbalik dengan sikapnya selama ini. Keny semakin yakin jika temannya Adit yang bernama Rena itu membawa pengaruh buruk kepada anaknya.
Untunglah ia mengantar Rena pulang waktu itu.Mendapatkan alamat tinggal Rena cukup muah.
Dilorong yang sempit, membuat Key tidak bisa memasukkan mobilnya disana. Sebenarnya bisa saja masuk. Tapi sepertinya akan menyusahkan. Keny pun memarkir mobilnya di depan lorong. Wanita itu berniat berjalan kaki menuju ke rumah Rena.
"Aduh!" kaki Keny terkilir.
Ia tidak memperhatikan bebrapa bebatuan yang ia lalui.
"Batu sialan!" umpat Keny.
Kekeksalannya dilihat oleh beberapa anak yang berada disana.
"Ada nenek lampir," teriak anak-anak berlari mengejk Keny.
Keny rasanya ingin melemparkan heelsnya detik itu juga ke anak-anak yang berani mengjeknya. Tapi daripada ia membuat masalah di perkampungan orang, Keny memilih bersabar. Mamanya Adit akhirnya berada di depan rumahnya Rena. Tapi ia tidak langsung mengijkkan kaki di teras rumah itu. Matanya melihat dengan fokus di depan sana.
Setelah Keny perhatikan lebih intens mamanya Rena yang sementara menghitung jumlah botol, ingatan Keny melayang ke suatu hal. Keny menadak melupakan tujuannya yang ingin marah-marah. Disana ia berusaha memata-matai mmanya Rena. Dari wajahnya mamanya Rena, ingatannya kembali tajam Kemarin ia tidak berpikiran akan suatu hal saat bertatap langsung dengan mamanya Rena. Saking kesalnya, makanya otaknya tidak bisa bekerja kala itu.
"Wanita itu kok kayak gak asing sih mukanya? Pernah lihat tapi dimana?" ucap Keny sendirian dibalik pohon besar.
Matanya terus menyipit. Dahinya mengerut karena berusaha memikirkan hal belakang. Tapi sayangnya ia masih belum bisa mengingatnya. Keny jadi gemas sendiri dengan dirinya yang mudah melupakan padahal umurnya masih tergolong muda.
Keny menggelengkan kepalanya. Diaturnya posisi tubuhnya agar tegap. Dengan jalan terburu-buru Keny menuju ke mamanya Rena. Sontak kehadiran Keny membuat mamnya Rena terkejut.
"Ada apa?" tanya mamanya Rena berbicara sopan.
Walaupun ia tau pasti kedatangan Keny adalah ingin marah-marah. Tergambar jelas di wajah wanita itu.
"Ada apa, ada apa! Kamu ini bisa ajar anakmu gak? Saya keberatan jika Adit berteman dengan anak miskin macam keluargamu!"
PLAK!
Mamanya Rena sudah tidak kuat mendengar hardikan wanita di depannya saat ini. Jika tadinya ia masih berusaha bersabar, namun semuanya cukup. Batas kesabaran ada porsinya masing-masing. Begitulah pemikiran Ika saat ini.
"Astaga ada apa Bu Ika?" salah satu tetangga buru-buru menghampiri mereka berdua. Pertengkaran mereka kedapatan oleh salah satu tetangga samping rumah mamanya Rena.
'Ika?' batin mamanya Adit.
Nama Ika sangat tidak asing ditelinga mamanya Adit. Ya, dia akhirnya bisa mengingat akan suatu hal. Wanita yang pernah ia temui beberapa tahun lalu saat berada di desa Tirani. Ingatan Keny teringat tepat lima tahun yang lalu. Dimana saat ia dan Reno inggal di desa Tirani karena mengikuti suaminya yang tinggal beebrapa bulan untuk urusan project kerjaan.
Satu hal yang pasti, dari tempat tinggal disana, Keny menganggap ada hal pahit yang tidak perlu diingat. Ingatannya kini jelas saat orang yang bernama Ika disebut-sebut telah berselingkuh dengan ayahnya Adit. Ya, orang yang bernama Ika itu adalah mamanya Rena sndiri. Walaupun pada saat itu mamanya Adit tidak melihat wajahnya langsung, tapi lembaran foto yang diberikannya oleh kerabat adalah orang yang mirip dengan wajah wanita di depannya saat ini.
"Kamuuu," desis mamanya Adit.
Ika sontak berjalan mundur karena mendapatkan telunjuk tangan yang tajam dari Keny. Tetangga yang melerai mereka memposisikan dirinya berada diantara Keny dan Ika.
"Mohon maaf, Bu. Anda kenapa? Apa yang terjadi?" tanya tetangga Ika.
Ibu itu lalu melihat ke mamanya Rena.
"Tadi bu Ika kenapa menampar beliau? Tolong kalau kalian ada masalah, bisa dijelaskan dengan baik-baik tanpa aa kekerasan.
"Bukan begitu Bu RT. Perempuan ini tiba-tiba saja datang ke rumah dan marah-marah. Saya tidak suka sekali dia menghina keluarga saya!"
"He, kau pelakor sialan!" umpat Keny sengit.
Ika seketika mengerutkan dahinya dan menjadi bingung. Bu RT pun membulatkan mata mendengar hardikan Keny yang ditujukan kepada Ika.
TO BE CONTINUED