Chereads / Perfect Wife (Dangerous) / Chapter 50 - CHAPTER 49 DINNER

Chapter 50 - CHAPTER 49 DINNER

Happy Reading.....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

°▪️°▪️°▪️°▪️°▪️°

Hari sudah menjelang sore, di mana saat ini Leanne sudah berada di rumah tengah berada di ruangan gym. Sudah hampir satu jam ia berolahraga di dalam ruangan dan saat ini ia tengah berlari di atas treadmill dengan kecepatan sedang. Di iringi musik Rap yang cukup keras dari ponselnya, dan ia tidak mengetahui keberadaan Damian yang sejak 10 menit yang lalu di ambang pintu memperhatikan Leanne yang membelakanginya.

Saat Damian pulang di mana keadaan rumahnya terlihat sepi, namun ia tahu Leanne sudah pulang terlihat dari mobil sport milik Leanne yang sudah terparkir didepan. Ketika ia akan ke kamarnya dan melewati kamar Leanne, sempat dirinya melirik ke arah pintu yang terbuka sedikit namun tidak ada keberadaan Leanne. Hingga ia membersihkan diri karena badan yang sudah gerah serta lengket Damian memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum ia mencari keberadaan Leanne.

Damian yang telah fresh sehabis mandi, rambut yang terlihat basah mengenakan pakaian santai, kaos putih polos serta celana pendek berwarna abu-abu membuat ketampanan Damian bertambah. Dan ia mulai mencari Leanne ke arah dapur karena biasanya jam segini istrinya itu tengah memasak. Namun setiba di sana keberadaan Leanne tidak di temukan juga, ia pun pergi ke ruangan gym dan benar saja di sana Leanne sedang berlari kecil di atas treadmill. Ia berdiri di ambang pintu hanya memperhatikan Leanne yang sedang berolahraga. Mengernyit heran saat ia melihat Leanne yang berlari kecil seperti itu, padahal ia tahu jika kaki Leanne saat ini sedang terluka. Melihat dari perban yang masih menempel di kaki kanannya.

"Kamu sudah pulang?" Suara tanya Leanne menyentak Damian dari pikirannya yang sempat mengawang.

"Iya, baru saja. Kapan kamu pulang?" Tanya Damian balik pada Leanne yang sudah mematikan mesin treadmill- nya.

"Hm. Sekitaran jam 5 aku pulang." Jawab Leanne sambil meminum air mineral dari botolnya hingga tandas.

"Kakimu masih terluka, Leanne. Kenapa kamu harus melakukan olahraga berat seperti itu?" Tanya Damian tertuju pada kaki Leanne yang terdengar marah.

"Ini sudah tidak terlalu sakit, Regan. Dua sampai tiga hari lukanya akan cepat kering." Ucap Leanne.

"Well, sudah hampir jam 6 lebih baik aku mandi dulu setelah itu masak untuk makan malam." Ucap Leanne mengalihkan pembicaraan, seraya tatapannya mengarah ke arah jam dinding.

"Bagaimana kalau kita makan malam di luar?"Ajak Damian, tahu Leanne yang tengah mengalihkan pembicaraannya ia pun tidak lagi membahasnya.

"Semenjak kita menikah, kita belum pernah lagi makan malam di luar, 'kan? Jadi malam ini kita makan di luar saja." Lanjutnya.

Mendengar ucapan Damian membuat Leanne menyetujuinya saja, ia juga sedikit lelah jika harus lanjut memasak sehabis nge- gym.

"Oke, aku setuju. Kalau begitu aku mandi dulu." Ucap Leanne yang menyetujui ajakan Damian.

Leanne keluar dari ruangan gym yang di ikuti Damian. Leanne yang telah masuk ke dalam kamarnya begitupun dengan Damian yang masuk kedalam kamarnya juga untuk mengganti celana pendeknya, dan ia keluar kembali setelah mengganti celana pendeknya dengan celana jeans panjang, lalu ia berjalan ke arah ruangan kerjanya.

▪️▪️▪️▪️▪️

Sepuluh menit berlalu, Damian masih di ruangan kerjanya mengecek beberapa dokumennya ia juga sambil menunggu Leanne. Namun sebuah ketukkan pintu dari luar membuat Damian menghentikan pekerjaannya.

"Masuk," Ucap Damian, setelah itu pintu terbuka di mana itu Leanne yang saat ini sudah terlihat fresh sehabis mandi. Untuk beberapa saat Damian di buat bergeming dengan penampilan Leanne saat ini. Leanne yang mengenakan dress selutut bermotif bunga-bunga hitam biru, yang tanpa lengan kini terlihat sangat feminim, dan tidak biasanya Leanne memakai dress, jika bukan acara formal.

Namun saat ini, berpakaian Leanne yang sederhana namun terlihat anggun membuat Damian terpesona dengan kecantikan Leanne. Meski Leanne memoleskan make up-nya secara natural. Namun harus ia akui, tanpa make-up pun Leanne sudah dari sananya terlihat sangat cantik.

"Oh, apa kamu sedang bekerja?" Ucap Leanne menyadarkan Damian dari keterpukauannya.

"Tidak. Aku hanya mengecek saja, sekarang sudah selesai. Kamu sudah siap?" Tanya Damian.

"Ya, ayo kita pergi." Ucap Leanne sambil terlebih dahulu ia berjalan keluar.

Mereka keluar dari rumah dengan Leanne menunggu di teras depan, karena Damian mengambil mobilnya yang berada di garasi. Melihat mobil sports  hitam yang menghampirinya, Leanne segera berjalan mendekat setelah mobil itu berhenti di hadapannya. Leanne yang sudah masuk ke dalam mobil serta telah memasang  seatbelt- nya mobil pun segera meluncur meninggalkan halaman.

Suara musik yang pelan dari audio menyamarkan kecanggungan di antara mereka. Namun tidak lama suara Leanne memutuskan keheningan di antara mereka.

"Kita akan makan di mana Regan?" Tanya Leanne sambil melihat sekilas kearah Damian.

"Aku sudah pesan meja di restoran, kebetulan restoran itu milik temanku. Tapi kalau kamu ingin makan di tempat lain juga tidak masalah, kita akan ketempat yang kamu mau." Ucap Damian.

"Ya sudah, kita makan di tempat yang sudah kamu pesan saja." Ucap Leanne.

"Tapi, aku ingin tahu apa kamu sudah ada rekomendasi tempat makan yang enak, selain tempat yang akan kita tuju?" Tanya Damian sesekali menatap ke arah Leanne yang sedang menatap ke depan.

"Untuk saat ini hanya satu resto yang menurutku makanannya enak, yaitu di resto bang Sultan." Ucap Leanne.

"Sultan?"

"Ya, selain abdi negara bang Sultan juga pemilik resto. Makanannya juga enak-enak." Ucap Leanne yang tidak sadar jika raut wajahnya terlihat senang, dan itu tidak lepas dari tatapan Damian.

"Ah, begitu. Kapan-kapan kita bisa pergi ke sana." Ucap Damian yang terdengar dingin oleh Leanne.

Baru saja Leanne hendak berkata 'iya', namun saat ia menolehkan wajahnya ke arah Damian ucapannya tidak keluar, karena melihat tatapan Damian yang lurus ke depan tanpa ekspresi.

Leanne mengacuhkan, tidak peduli, tidak mempersalahkan lagi, karena sikap Damian memang seperti itu.

"Tentang ucapan ku yang kemarin malam aku sungguh-sungguh mengatakannya." Suara dari Damian kembali memecahkan keheningan mereka yang sesaat terjadi lagi.

Ucapan Damian membuat Leanne bungkam, termenung dalam pikirannya. Ia tahu kemana arah pembicaraan Damian. Hingga mereka sudah tiba di tempat yang mereka tuju. Leanne dan Damian kini sudah duduk di meja yang sebelumnya sudah di pesan terlebih dahulu oleh Damian. Di lantai dua yang khusus untuk ruangan VIP bisa di hitung hanya ada 5 meja saja di ruangan ini, dan hanya satu sampai dua meja saja yang sudah terisi.  Leanne dan Damian saling berhadapan masih dengan Leanne yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun menatap ke arah jendela yang mengarahkan jalanan kota di malam hari, hingga saat seorang pelayan yang mendatangi mereka Leanne baru mengeluarkan suaranya kembali untuk memberitahukan makanan yang di inginkannya.

"Leanne," Ucap Damian memulai pembicaraannya lagi setelah pelayan itu pergi.

"Bisakah kita bicarakan nanti saja? Setelah kita selesai makan?" Ucap Leanne, karena ia tahu kemana arah pembicaraan Damian.

Menghela napas pelan, namun begitu Damian mengiyakan.

"Oke."

Tidak berapa lama keheningan mereka yang terjadi kembali, seseorang tengah menghampiri mereka tak lain seorang pria dan pria itu menyapa Damian dengan akrab.

"Hei, Bravo!" Ucap si pria itu dan ia duduk begitu saja di antara Damian serta Leanne.

"Mendengar kau akan ke restoran ku membuatku langsung ke sini." Ucap pria itu.

"Bukankah kau sedang di Spanyol, Lucas ?" Tanya Damian.

"Well, saat kau menelepon aku baru saja check out dari bandara dan langsung perjalanan ke sini. Dan apakah ini istrimu?" Tanya pria itu yang bernama Lucas sambil menatap ke arah Leanne.

"Ya, kenalkan ini istriku." Ucap Damian memperkenalkan Leanne yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka.

"Pilihanmu kali ini tidak salah, Dam." Lirik Lucas berniat menyindir Damian.

"Saya Lucas Nathaniel, senang bertemu dengan anda....." Lucas menyodorkan telapak tangannya, dan ucapannya terhenti sejenak untuk mengetahui nama wanita cantik di hadapannya ini.

"Leanne Athena Ma—"

"Romanov." Sela Damian cepat saat Leanne akan menyebutkan nama belakangnya masih dengan nama keluarganya sendiri.

"Senang bertemu dengan anda, Nyonya Romanov." Ucap Lucas dengan menekankan kata terakhirnya, namun tak di sangka Lucas pun mencium punggung tangan Leanne dengan begitu lembut. Membuat Damian yang melihatnya melotot tajam, namun Lucas mengabaikannya, karena ia senang bisa mengerjai temannya.

"Sebaiknya kau pergi, karena makanan kita sudah datang." Ucap Damian saat seorang pelayan yang mendorong sebuah troli makanan, masih dengan tatapannya yang tajam ke arah Lucas.

"Hahaha.....sebaiknya aku harus segera pergi karena aura panas mulai terasa. " Suara tawa Lucas yang menertawakan sikap kecemburuan Damian.

"Well, selamat menikmati hidangannya, dan semuanya gratis balasan untuk permintaan maaf ku yang tidak bisa hadir di pernikahan kalian,

dan akan ku tambahkan sajian menu spesial khusus untukmu Leanne." Lanjut Lucas.

"Terima kasih, Lucas." Ucap Leanne.

"You're welcome, Beauty." Balas Lucas dan ia berlalu dari meja mereka tidak tahan dengan tatapan Damian yang seolah akan membunuhnya.

"Aku akan membayarnya!!" Ucap Damian tajam yang di balas oleh tawa keras oleh Lucas yang membelakangi mereka keluar dari ruangan itu.

Leanne pun mulai makan dengan makanannya sendiri tanpa harus mengajak Damian terlebih dahulu, karena ia sudah lapar sejak tadi. Damian yang melihat itu pun segera melahap makanannya juga. Meski perutnya lapar, akan tetapi pikirannya melalang buana dengan niatnya yang akan ia ucapkan nanti. Suara dentingan dari sendok yang menemani mereka makan hingga selesai. Hingga Leanne selesai dengan air minumnya serta sedikit membersihkan bibirnya dengan serbet. Begitupun sama dengan Damian yang sudah terlebih dahulu menyelesaikan makanannya.

Mereka saling bertatapan, saling menelisik dari mata satu sama lain untuk mengetahui apa yang tengah di pikirkan. Hingga suara Damian yang memecahkan suasana hening terlebih dahulu.

"Bisakah kita memulai semuanya dari awal, membuat rumah tangga kita yang sesungguhnya tanpa adanya batas pernikahan lagi?" Ucapan Damian membuat Leanne menatap ke arahnya untuk mencari kebohongan, namun sebuah kesungguhan lah yang tercetak jelas dalam wajah serta mata Damian.

"Lalu, bagaimana dengan kekasihmu?" Tanya Leanne.

"Hubungan kami sudah berakhir, dan aku telah sadar salah menilai Sarah selama ini." Jawab Damian dengan tatapan masih lurus ke arah Leanne, begitupun sebaliknya Leanne tidak mengalihkan pandangannya dari Damian.

"Kamu sungguh-sungguh ingin pernikahan ini tanpa adanya sandiwara lagi, dan tanpa batas waktu yang sudah kamu sebutkan sebelumnya?" Tanya Leanne.

"Ya, aku yakin. Lagi pula sampai saat ini aku tidak memberikan surat perjanjian yang pernah aku katakan."

Ya, ucapan Damian memang benar karena sampai saat ini Damian belum pernah memberikan surat perjanjian yang pernah mereka sepakati yang membuat Leanne juga merasa penasaran.

"Kenapa? Kenapa surat perjanjian yang pernah kamu katakan waktu itu sampai sekarang masih belum kamu berikan kepadaku? Apa memang belum sempat kamu buat?" Tanya Leanne karena sudah tidak bisa membendung rasa penasarannya itu.

"Perjanjian itu sudah selesai, hanya saja entah kenapa aku tidak bisa memberikannya padamu." Jawaban Damian yang sulit di mengerti membuat Leanne kurang puas. Namun ia tiba bertanya lebih lanjut lagi.

"Apa kamu sudah yakin dengan hatimu untuk menjalani pernikahan ini tanpa sandiwara lagi? Aku tidak ingin kamu melampiaskan amarahmu padaku, karena kamu baru saja berpisah dengan kekasihmu." Ucapan Leanne membuat Damian beranjak dari kursinya dan kembali duduk di kursi serta menggesernya untuk lebih dekat dengan Leanne, hingga jarak di antara mereka hanya satu jengkal.

Damian menggenggam tangan Leanne yang berada di atas meja, semua itu tak lepas dari mata Leanne.

"Mungkin bagimu aku terlihat mencari pelampiasan kekecewaan hatiku padamu. Namun percayalah, saat ini hingga seterusnya aku sungguh-sungguh ingin menjadi suamimu yang sebenarnya, yang seharusnya dari awal aku lakukan padamu. Maafkan aku yang sudah mempermainkan pernikahan kita, tanpa aku sadari aku sudah menyakitimu dari awal." Ucapan Damian yang begitu tulus serta raut wajah bersalahnya membuat hati Leanne sedikit berdenyut, ia bingung dengan hatinya yang sedikit berdenyut dan juga......bergetar.

"Berikan aku kesempatan untuk memperbaiki pernikahan ini, untuk membuatku menjadi suami seutuhnya, serta kewajiban ku sebagai seorang suami bagimu." Ucapan Damian selanjutnya menyentak pikiran Leanne dan begitu saja membuat detak jantungnya berdetak cepat.

Leanne dengan pikiran kosongnya menatap wajah Damian, lalu di turunkan pandangannya ke arah tangannya yang di genggam, namun dengan perlahan dan pasti Leanne melepaskan tangannya dari genggaman Damian.

°▪️°▪️°▪️°▪️°▪️°

Next chapter...

Jangan lupa dukungannya apalagi untuk penasaran apa jawaban Leanne selanjutnya.... 😉

See u later 🙋🏻‍♀️