Chereads / Perfect Wife (Dangerous) / Chapter 51 - CHAPTER 50 Restless and Hot

Chapter 51 - CHAPTER 50 Restless and Hot

Happy Reading...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

°▪️°▪️°▪️°▪️°▪️°

Dengan perlahan Leanne menjauhkan tangannya dari genggaman Damian, melihat itu membuat hati Damian terasa terganggu.

"Aku tidak bisa." Ucapan Leanne mampu membuat sesuatu di dalam diri Damian merasakan sakit, lebih tepatnya rasa gelenyar di dadanya.

"Le—"

"Aku tiba bisa memberikan jawabannya sekarang Damian. Semuanya bagiku sangat tiba-tiba." Ucap Leanne menyela perkataan Damian, karena Leanne belum menyelesaikan perkataannya tadi. Dan itu membuat Damian sedikit lega, ia berharap Leanne memberikan jawaban yang tentunya ia inginkan.

"Aku mengerti, akan tetapi kapan kamu akan memberikan jawabanmu?" Tanya Damian.

"Setelah aku pulang dari Amerika." Jawab Leanne menatap Damian yang mengerutkan keningnya heran.

"Kamu akan ke Amerika? Untuk apa?" Tanya Damian.

"Ada pertemuan klien yang tidak bisa di wakilkan sehingga aku harus ke sana. Kamu pun sudah tahu jika aku bekerja untuk membantu di perusahaan kakek." Jelas Leanne.

"Berapa hari kamu akan tinggal di sana?" Tanya Damian meminta kepastian.

"Tiga sampai empat hari aku akan berada di sana." Jawab Leanne.

"Aku akan memberikan jawabannya setelah aku kembali." Lanjutnya.

"Baik. Aku akan menunggumu." Ucap Damian menatap Leanne dalam diam.

"Bagaimana jika kita pulang? Aku rasa aku sudah mulai mengantuk." Ucap Leanne dengan  segera memutuskan tatapan mereka, atau lebih tepatnya menghindari tatapan Damian kepadanya.

"Ya, ayo." Ucap Damian mulai beranjak dari duduknya begitu pun dengan Leanne.

Mereka berjalan bersisian keluar dari restoran itu, dan Leanne di buat terheran-heran karena tiba-tiba saja Damian membukakan pintu mobil untuknya.

"Terima kasih." Ucap Leanne setelah ia masuk ke dalam mobil dan mendudukkan dirinya dengan nyaman.

Leanne memperhatikan Damian yang memutari mobilnya, namun segera ia alihkan pandangannya ke arah lain ketika Damian sudah masuk ke dalam mobilnya.

Sebuah suara ponsel yang berdering memecahkan keheningan di antara mereka, di mana suara itu berasal dari ponsel Leanne.

Leanne melihat siapa yang meneleponnya, dan seketika raut datarnya nampak. Namun begitu ia tetap mengangkat panggilan itu.

"Ya?" Suara Leanne yang terdengar dingin itu mengusik Damian, sehingga ia sesekali menoleh ke arah samping, karena penasaran dengan siapa Leanne berbicara.

"Sayang, bisakah besok kamu ke rumah? Sudah lama kamu tidak datang ke sini, kalau bisa bawa suamimu juga. Sekalian Ibu akan membuatkan makanan kesukaanmu." Ucap suara di sebrang sana yang tak lain adalah Anita, ibu Leanne.

"Nanti akan ku kabari lagi. Aku tidak tahu Damian bisa atau tidaknya." Ucap Leanne dengan ekor matanya yang melirik ke arah Damian.

"Ah, begitu ya. Ya sudah, kalau begitu selamat malam. Salam buat suamimu dari kami. "Ucap Anita yang terdengar kecewa.

"Ya." Ucap Leanne dan panggilan pun terputus, lalu Leanne memasukkan ponselnya kedalam tasnya kembali.

"Siapa?" Tanya Damian karena ia mendengar namanya ikut di sebut.

"Ibu. Dia ingin kita ke rumahnya besok." Jawab Leanne.

"Ya sudah, besok kita ke rumah orangtuamu. Lagian besok itu hari weekend apalagi kita belum lagi ke rumah beliau setelah kita pulang dari Paris." Ucap Damian.

"Hm, nanti aku kabari lagi beliau." Ucap Leanne dan setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di antara mereka, hingga mereka tiba di rumah dan masuk ke dalam kamar masing-masing.

Dan saat ini sudah tengah malam, namun Leanne masih belum memejamkan matanya dan malah berdiri di dekat jendela dengan begitu banyak pikiran-pikiran yang masih terlintas di kepalanya. Sehingga ia masih terjaga walau hari sudah mau masuk dini hari.

Leanne berbalik ke arah ranjangnya dan berniat mengambil air minum yang berada di atas nakas, namun naas airnya telah habis ia minum sejak tadi.

Leanne pun beranjak keluar dari kamarnya untuk mengambil air minum ke dapur. Lampu rumah yang sebagian sudah di matikan tidak membuat Leanne menyalakannya, ia masih bisa melihat dari lampu dinding yang di buat redup. Setibanya ia di dapur, segera ia mengisi gelas dengan air dingin yang berada di lemari es. Meski di rumahnya terdapat banyak AC untuk membuat ruangan sejuk, tapi entah kenapa ia merasa kepanasan. Meski sudah dua gelas air minum yang dingin itu ia habiskan.

Setelah ia membasahi kerongkongannya yang kering itu, Leanne kembali berjalan ke arah tangga. Namun ia tidak pergi ke kamarnya, melainkan ia pergi ke family room . Menyalakan TV dan ia berbaring di sofa yang cukup lebar serta empuk. Belum juga sepuluh menit, namun Leanne sudah terlelap terlebih dahulu dengan TV yang menyala.

Tidur pulasnya tidak di sangkal lagi jika ia benar-benar terlalu lelah, pikiran serta raganya.

▪️▪️▪️▪️▪️

Sinar mentari cahaya matahari pagi yang menyilaukan, menyeruak masuk ke dalam rumah melalui jendela-jendela besar. Serta menyorot masuk ke dalam kamar Damian setelah tirai di singkap oleh pemilik kamar tersebut. Damian membuka pintu balkon dan ia berjalan ke sana sambil merenggangkan otot-ototnya, menghirup udara segar di pagi hari. Dengan di suguhkan halaman luasnya yang di tumbuhi berbagai tanaman bunga serta kolam renang yang seketika membuatnya ingin berenang.

Mungkin berenang di pagi hari pilihan yang sangat bagus, apalagi dirinya sudah lama tidak mengunjungi kolam renangnya.

Damian pun segera masuk kembali memasuki wardrobe dan mulai mengganti piyama tidur dengan celana renangnya saja, serta bathrobe yang menyelimutinya. Beranjak keluar dari kamarnya dan langkahnya terhenti saat pintu kamar Leanne yang terbuka sedikit.

"Apa Leanne sudah bangun?" Tanyanya pada diri sendiri dengan tidak membuka lebar pintu itu, lalu Damian melangkahkan kembali kakinya karena ia berpikir, mungkin saja Leanne berada di dapur tengah memasak yang selalu ia lakukan di pagi hari. Membuat Damian berniat menghampiri Leanne ke sana, namun baru saja ia hendak menuruni tangga langkahnya terhenti kembali saat family room dengan TV yang tengah menyala.

"Leanne?" Panggil Damian berjalan ke family room, karena ia berpikir mungkin Leanne berada di sana. Dan dugaannya benar, jika Leanne di sana dengan dirinya yang tertidur pulas.

Damian mematikan benda layar besar itu, sebelum ia bergerak berjongkok di hadapan Leanne.

"Apa semalaman kamu tidur di sini?" Gumam Damian dengan suara pelan sambil mengelus pipi Leanne yang terasa dingin. Apalagi pakaian yang Leanne pakai  gaun tidur panjang berbahan satin yang tipis namun lembut.

Damian yang hendak berniat mengangkat Leanne membawa ke kamarnya terhenti, saat Leanne terbangun mengerjap 'kan matanya.

"Regan?" Ucap Leanne dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Kamu tidur semalaman di sini?" Tanya Damian dengan tangannya yang menyingkirkan beberapa anak rambut Leanne yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

"Hm, sepertinya aku ketiduran." Ucap Leanne dengan posisinya yang masih rebahan di sofa.

"Sebaiknya kamu kembali ke kamar, udara di ruangan ini sangat dingin." Ucap Damian.

Leanne mengerutkan keningnya saat melihat cara berpakaian Damian yang menggunakan bathrobe.

"Kamu baru selesai mandi atau akan?" Tanya Leanne tidak mengindahkan ucapan Damian.

Ia mendudukkan dirinya bersandar pada sofa dan menutupi dadanya dengan bantal sofa, karena ia sadar jika dirinya tidak memakai bra.

"Ekhem, Aku baru saja mau berenang." Jawab Damian yang merasa canggung karena ia sempat melihat sesuatu yang menonjol pada bagian dada Leanne.

"Ah, begitu ya." Gumam Leanne.

"Kamu mau berenang juga? Apalagi cuaca hari ini sangat bagus dan sejuk " Ajak Damian.

Sehingga Leanne melihat ke arah jendela dengan tirai yang tidak tertutup, sehingga ia bisa melihat hari sudah pagi dan ucapan Damian benar jika cuaca di pagi hari ini sangat bagus dan segar jika berenang saat ini.

"Oke. Nanti aku akan menyusul mu ke kolam." Ucap Leanne menerima ajakan Damian.

Damian yang pergi ke kolam renang, sedangkan Leanne pergi ke kamar untuk mengganti gaun tidur dengan bikini hitam yang di balut bathrobe putihnya.

Leanne yang sudah tiba di kolam mendekat pada meja di tengah-tengah kursi santai, ia mengambil gelas tinggi yang terisi jus jeruk meminumnya sambil pandangannya mengarah ke arah Damian yang tengah berenang. Leanne membuka bathrobe- nya setelah menyimpan jus jeruk itu hingga setengah gelasnya. Merenggangkan otot-otot tubuhnya sebelum masuk ke dalam kolam, dan pergerakan itu tidak lepas dari penglihatan Damian yang sudah berhenti berenang dan bersandar pada sisi kolam sejak Leanne membuka bathrobe- nya tadi.

Melihat Leanne yang memakai bikini hitam membuat kemolekan tubuh Leanne terekspose. Sebagai pria normal gairahnya tiba-tiba muncul begitu saja, sampai-sampai ia harus menelan ludah menahan hasrat untuk tidak berbuat yang tidak-tidak. Meski ia tahu, sebagai seorang suami ia memiliki hak kepada istrinya. Namun dengan keadaan hubungan mereka yang sekarang membuatnya tidak bisa bertindak sebagaimana seorang suami kepada istrinya. Dan harus ia katakan, bahwa dirinya benar-benar menyesal telah mengambil keputusan yang salah. Memilih wanita yang tidak bedanya dengan seorang ja*lang dan malah menyia-nyiakan wanita sempurna yaitu istrinya yang masih memperlakukannya baik meski ia sudah sakiti berulang kali.

BYUR!!

Suara deburan air menarik Damian dari lamunannya yang penuh penyesalan serta bersalahnya. Damian melihat Leanne yang berenang ke sana kemari begitu lihainya, dan ia cukup memperhatikannya di pinggiran kolam saja dengan sebagian tubuh yang masuk ke dalam air.

Leanne yang muncul ke permukaan air dengan rambut brunette- nya yang panjang dan basah serta langsung di terpa cahaya sinar matahari membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona begitu pun Damian. Seolah melihat sang bidadari yang bagaimana pun keadaannya pasti akan terlihat cantik, apalagi tubuh yang basah akan air dengan terpaan cahaya matahari membuatnya akan terlihat begitu cantik dan juga...sexy.

Dan sang bidadari yang ia lihat sekarang adalah istrinya yang berjalan ke arahnya, perlahan namun pasti jarak di antara mereka semakin dekat.

Damian yang saat ini di mana ia tidak bisa membendung lagi perasaan dalam dirinya yang sejak tadi ia tahan. Sehingga akal sehatnya perlahan-lahan mulai runtuh, dan tidak bisa di cegah lagi ia begitu saja bertindak yang tidak di duga-duga.

Menarik Leanne ke dalam pelukannya, serta mencium Leanne begitu cepat terburu-buru. Leanne yang syok dengan pergerakan Damian yang begitu cepat membuatnya membatu, pikirannya kosong masih mencerna apa yang saat ini tengah terjadi. Namun saat tengkuknya di tekan untuk memperdalam ciuman, ia tersadar dan menjauhkan diri hingga ciuman sepihak itu terlepas.

"Apa yang kau—Emmhh.....Regan." Namun belum usai Leanne berkata Damian sudah menyosor bibirnya kembali dengan ia berusaha berucap yang nyatanya sia-sia saja. Pelukan Damian yang begitu erat hingga mengunci kedua tangannya membuat Leanne berhenti berontak. Hingga ia sadar, jika dirinya mulai terbawa arus oleh ciuman Damian. Ia tidak bisa menampik dan berbohong jika ia mulai menikmatinya, dan perlahan mulai membalas ciuman itu.

Damian tersenyum di sela-sela ciuman itu, karena merasakan Leanne membalasnya. Sehingga ia tanpa ragu lagi dirinya mulai memperdalam ciuman mereka, hingga dengan berani ia mulai menurunkan ciuman mereka turun ke leher jenjang Leanne. Menghisapnya begitu kuat sehingga meninggalkan jejak merah di sana. Damian membalikkan posisi mereka di mana Leanne yang bersandar pada pinggiran kolam dengan kurungan kedua tangan berotot Damian.

Kedua tangan Damian tidak tinggal diam begitu saja, tangan kirinya meremas bokong padat Leanne dan tangan kanannya mulai naik ke atas meremas dada Leanne sedikit kuat membuat Leanne begitu saja mengeluarkan desahannya.

"Ahh....Re..ahh....Regan~" Desahan Leanne yang sambil menyebutkan namanya membuat Damian tidak bisa berpikir jernih lagi. Gairahnya sudah menutup akal sehatnya. Begitu pun Leanne, meski otaknya meminta berhenti, akan tetapi tubuhnya berkhianat ingin menginginkan lebih.

Sehingga tanpa ia sadari jika kedua kakinya sudah terangkat melingkari pinggul Damian. Meraba, mengelus pelan dada hingga turun ke bawah perut Damian yang memiliki beberapa otot-otot perut yang begitu menonjol. Tubuh Damian menegang dan sangat bergairah akan sentuhan-sentuhan dari tangan lembut Leanne. Apalagi kedua kaki Leanne yang sudah melingkari tubuhnya, dengan hati-hati Damian membawa tubuh Leanne keluar dari kolam tanpa melepaskan pagutan bibir mereka yang kembali terjalin.

Damian merebahkan Leanne pada kursi santai panjang yang empuk dengan perlahan. Bibirnya kembali turun pada leher, bahu hingga turun ke dada. Kedua tangannya yang nakal meremas kedua dada Leanne yang membusung.

"Ahh~ Regan," Desah Leanne saat Damian menggigit puncak dadanya dari luar bra yang masih terpasang.

"You are so beautiful." Ucap Damian di sela permainannya.

Tangan Leanne yang merambat pada rambut Damian serta menariknya erat, membuat Damian semakin bergairah. Tangan besarnya yang kekar itu mulai mengelus perut hingga pinggul Leanne, seringan bulu. Posisinya yang berada di antara kedua kaki Leanne dengan sengaja ia mulai mendekatkan keintiman mereka.

Damian sengaja melakukan itu, agar Leanne dapat tahu jika dirinya sangat menginginkan dirinya.

Seketika membuat Leanne tersentak saat daerah intimnya merasakan benda yang sangat keras. Leanne yang tadinya terpejam, kini menatap Damian yang sudah terbakar oleh api gairah dan Leanne tahu jika Damian menginginkan lebih dari ini.

"May I?"

Hingga ucapan Damian yang tercetus menginginkannya dirinya, membuat akal sehat Leanne kembali berjalan. Sadar dengan apa yang akan mereka lakukan, Leanne segera menjauhkan Damian dari tubuhnya. Mendudukkan dirinya berhadapan dengan Damian yang terlihat sangat kecewa, dan Leanne tahu akan hal itu. Namun sekarang belum waktunya untuk ia menyerahkan diri pada Damian.

Damian yang melihat respon Leanne sangat kecewa, namun ia tahu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa jika Leanne sudah menolaknya. Apalagi hubungan mereka masih belum jelas kelanjutannya. Keheningan terjadi di antara mereka dengan Leanne menormalkan detak jantungnya yang masih berdebar dengan kegiatan mereka barusan.

"Sorry, aku akan—"

"Regan." Sela Leanne dan tiba-tiba saja Leanne mencium Damian sedikit melu*matnya dan segera di jauhkan kembali wajahnya.

"Can you wait for me, please? " Ucap Leanne menatap serta meminta Damian untuk mengerti dirinya.

"Sure. I will wait for you until you are willing." Balas Damian menarik tengkuk Leanne agar mendekat dan di kecupnya bibir kecil istrinya itu, lalu berpindah pada kening mengecupnya dalam dan lama.

"Thank you, Regan. "Ucap Leanne yang langsung masuk ke dalam dekapan Damian.

°▪️°▪️°▪️°▪️°▪️°

Holla  🙋🏻‍♀️ akhirnya lanjut juga chapternya.

Btw, chapter sudah sejauh ini menurut kalian bagaimana sih sikap, and sifat.

-Leanne?

-Damian?

Tulis pendapat kalian pada kolom comentar akan aku tunggu  dan ingin tahu dari pandangan kalian seperti apa?

And then, jangan lupa untuk dukungannya di bawah👇👇👇 tekan si tombol jadi merah. 😉

See u later 🙋🏻‍♀️