Chereads / Perfect Wife (Dangerous) / Chapter 49 - CHAPTER 48 REALITY!!

Chapter 49 - CHAPTER 48 REALITY!!

Happy Reading....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

18+

°▪️°▪️ °▪️°▪️°▪️°

Leanne

Setelah mendengar kata Rai yang harus aku lakukan untuk melupakan Raigan saudara kembarnya sendiri, aku segera beranjak dari restoran tanpa mau mendengar hal-hal yang akan membuat hatiku hancur. Dan sekarang, saat ini, aku sudah berada di toko bunga di dalam ruangan kerjaku. Memegang sebuah figura yang baru saja aku keluarkan dari laci. Di mana figura itu ada sepasang kekasih yang terlihat bahagia di balik sebuah potret kamera, aku bersama Raigan. Aku yang duduk di pangkuannya sambil mengecup rahang tegasnya dan ia memelukku begitu erat hingga masih aku rasakan sampai sekarang, serta senyum cerah nan hangatnya yang ia tampilkan ke arah kamera.

Foto itu di ambil setelah 10 bulan lamanya kita di menjadi sepasang kekasih. Di balkon apartemen ku dulu, saat musim semi yang saat itu kita tengah menikmati masa cuti setelah 'bertugas'.

Mengelus figura tepat bagian wajahnya yang aku rindu, dengan hati dan pikiran ku kini tidak menentu. Apakah kini aku harus mengubur tentangnya, kenangan bersamanya, serta dirinya yang ada di dalam hatiku mulai saat ini?

Ku lihat jari manis kanan yang terdapat sebuah cincin pernikahanku. Melihat hal ini, mengingatkan ku saat semalam di mana Regan yang ingin hubungan pernikahan kami tanpa adanya sandiwara lagi. Begitu banyak pertimbangan yang harus aku pikirkan, apalagi ini untuk sebuah keputusan masa depanku nanti. Ku simpan kembali figura itu ke dalam laci, sebelum aku beranjak ke luar dari ruangan ku.

▪️▪️▪️▪️▪️

Sebuah bangunan gedung besar yang menjulang tinggi di mana itu adalah sebuah apartemen dengan design yang sangat mewah di kota ini. Damian yang saat ini tengah berjalan di lobby dengan gagahnya serta wajah yang rupawan dengan ekspresinya yang selalu datar serta menyorot tajam. Security serta resepsionis   yang melihat kedatangan Damian mereka segera menunduk hormat karena kedatangan Damian yang begitu tiba-tiba ke tempat mereka bekerja. Apalagi mereka sangat segan terhadap Damian, karena pemilik gedung mewah ini serta atasan mereka adalah Damian sendiri. Tidak banyak yang tahu jika gedung mewah menjulang tinggi itu milik Damian, begitupun Sarah.

Bukan hanya Damian yang menjadi sorotan mata memandang, akan tetapi di sebelah kanannya ada asistennya, Joshua dan empat bodyguard di belakangnya. Damian yang selalu ke apartemennya selalu mereka lihat, jika tidak seorang diri kadang mereka lihat bersama Sarah. Sebagian dari mereka yang sudah mengetahui apa hubungan Damian dan Sarah mereka memilih tutup mulut dan menghiraukan apa saja yang berhubungan dengan atasannya, dari pada harus di pecat dengan meninggalkan gaji yang besar . Namun kini mereka sedikit heran, karena tidak biasanya Damian membawa asisten serta seorang bodyguard membuat isi kepala mereka bertanya-tanya.

"Apa kamu yakin seharian ini dia tidak kemana-mana, Jo?" Tanya Damian pada asistennya.

"Aku sudah memastikannya, dan aku pastikan jika dia tidak kemana-mana sejak kemarin." Jawab Joshua mantap.

Damian mengotak-atik ponselnya saat mereka masuk ke dalam lift, dan ia menempelkan ponsel pada telinga kanannya, terlihat tengah melakukan sebuah panggilan.

Setelah menunggu panggilan untuk tersambung hingga yang ketiga kalinya sambungan pun terjawab, dan suara yang terdengar dingin itu menyebar dalam keheningan di dalam lift.

" Di mana kamu?!"

"Aku sedang di Bali, honey. Maaf ya sayang, aku tidak sempat memberitahumu. Jadwal pemotretan ku tiba-tiba jadi aku tidak sempat menghubungimu." Sahutan dari sebrang di mana itu suara Sarah telah menjawab semuanya.

"Oke, kamu baik-baik di sana. Aku tutup." Ucap Damian.

"Iya, i love you honey." Ucapan Sarah sudah terputus saat Damian mematikan ponselnya sepihak tanpa membalas ucapan cinta dari Sarah.

TING!!

Suara pintu terbuka, mereka keluar dari lift dan berhenti tepat di depan pintu yang sering Damian kunjungi. Dengan wajah tanpa ekspresi serta hati yang rumit Damian membuka pintu apartemennya setelah ia menekan beberapa tombol password.

Suasana ruangan terasa hening dan gelap, lalu Damian berjalan lebih masuk dan terdengar suara yang mengusik pendengarannya. Dengan perlahan Damian melangkahkan kaki berototnya yang terbalut celana hitam panjang mewah nan licin.

Ia berhenti tepat di depan pintu, yang di mana di balik pintu itu adalah sebuah kamar.

Damian terkekeh sinis dengan apa yang ia dengar dari dua orang di balik pintu. Detik berikutnya kekehan sinis itu menjadi seringaian yang kejam tampak dari wajahnya. Dengan gerakan tangannya, Damian menyuruh para bodyguard untuk membuka pintu itu dan ia memundurkan sedikit tubuhnya.

BRAK!!

Dengan sekali satu dobrakan pintu yang terlihat kokoh itu akhirnya roboh, terbuka oleh bodyguard-bodyguardnya.

"AAAAAAAA......!!!"

Sehingga suara jeritan dari seorang wanita terdengar keras.

"SIA*LAN! BAJ*INGAN!!"

"APA YANG KALIAN LAKUKAN BRE*NGSEK!!!"

Umpatan demi umpatan keluar dari dua orang berbeda jenis itu, dengan keadaan yang tanpa sehelai benang pun dari tubuh mereka.

"BERANI-BERANINYA KALIAN MASUK KE DALAM APARTEMENKU!!" Bentak si wanita yang kini tubuhnya sudah ia tutup dengan piyama tidurnya.

"Apartemen milikmu?!" Suara sarkasme membuat si wanita tercengang dengan apa yang ia lihat saat ini.

"D-Damian?!" Ucap si wanita itu yang tak lain Sarah, terkejut dengan kehadiran Damian yang tiba-tiba saja sudah berada di apartemennya.

"Honey, semua ini salah paham tidak seperti yang kamu pikirkan. A-aaku....t-ttidak melakukan sesuatu yang mengkhianatimu. Percayalah padaku, honey. Aku mabuk, dan aku tidak ingat apa yang sudah terjadi padaku." Ucap Sarah begitu gugup dengan mencari-cari alasan. Sambil berjalan ke arah Damian, namun langkahnya terhenti saat Damian mengangkat telapak tangannya agar Sarah tidak terus mendekatinya.

"DIA!! GEO MEMPER*KOSA KU SAYANG!!" Tuduh Sarah menunjuk pada seorang lelaki yang masih berada di atas ranjang.

"DASAR WANITA JA——"

"Pela*cur!!"

Belum selesai pria itu berkata, suara dingin Damian  sudah menyelanya.

"Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu?" Ucapan Sarah dengan ekspresinya yang di perlihatkan sedih kepada Damian.

"Sayang, aku mohon, percayalah padaku aku tidak mengkhianatimu." Lanjutnya lalu Sarah berjalan ke arah Damian serta menyentuh dada bidang Damian. Melihat apa yang di lakukan Sarah membuat Damian tetap bergeming.

"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu sayang. Percayalah padaku." Ucap Sarah kembali dengan air mata yang mulai menetes.

"Benarkah kamu tidak mengkhianati ku?" Tanya Damian dengan telapak tangannya yang mulai merambat pada sisi wajah Sarah, lalu pada tengkuk Sarah dengan lembut membuat Sarah terbuai. Namun itu hanya sejenak, karena setelahnya suara pekikan keras keluar dari bibir Sarah.

"AAAARRRGGGHHH!! DAMIAN...SAKIT!!" Pekikan Sarah karena rambutnya yang di cengkram oleh Damian sangat kuat sampai membuat Sarah mendongak ke atas.

"Sudah ketahuan kau masih saja mau berpura-pura, Heh?! Kau pikir aku sebodoh itu?!! Jangan kau pikir aku yang selalu lembut padamu, hingga tidak akan bisa menyakitimu. Kau salah Sarah. Kau tidak tahu siapa aku sebenarnya!! Kau hanyalah wanita pengeruk harta yang tidak tahu diri. Menginginkan hartaku agar bisa hidup bahagia dengan kekasihmu yang lain." Ucap Damian dan ia melepaskan cengkeramannya pada rambut Sarah sangat kasar.

Sampai-sampai Sarah jatuh terduduk begitu keras di lantai. Damian berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan Sarah, lalu ia berkata.

"Mulai detik ini, kau dan aku tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. Enyahlah dari hidupku JAL*ANG!!

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Damian berdiri  dan hendak melangkah keluar namun tertahan karena Sarah memeluk kakinya.

"Ini semua salahmu, Damian!! Salahmu! Kamu yang tidak mau menyentuhku selama kita berhubungan dan kamu juga mengkhianati aku juga dengan pernikahan sia*lanmu itu!! Ucap Sarah masih dengan membela diri menatap Damian tajam, namun tanpa perasaannya lagi Damian menendang Sarah hingga ia terlepas.

"SARAH!! APA YANG KAU LAKUKAN BRE*NGSEK!!" Teriakan dari pria yang bernama Geo itu membuat Damian menatap ke arahnya, apalagi Geo yang berniat menghampiri Sarah sudah terlebih dahulu di tahan oleh bodyguard Damian yang memberontak untuk minta di lepaskan.

"Kau sedari awal sudah mengetahui kenapa aku tidak menyentuhmu Sarah. Aku ingin menjagamu hingga nanti kita akan menikah, akan tetapi yang aku dapat, kau mengkhianatiku dengan mencari kesenangan dari pria lain. Sekarang, kau tidak lebih dari sekedar jal*ang."  Ucap Damian menyorot tajam serta tatapan hinanya yang ia layangkan pada Sarah.

"Kalian!!" Lanjut Damian menatap satu persatu bodyguard nya.

"Urus mereka berdua, jangan sampai mereka muncul di hadapanku lagi dan puaskan juga wanita jal*ang ini, karena dia haus akan 'sentuhan'. " Ucap Damian dengan menekankan kata terakhirnya sambil menatap Sarah hina, dan jijik.

Setelah itu, Damian pergi keluar yang di ikuti oleh Joshua di belakangnya. Tanpa mau mendengar lagi suara jeritan dan makian dari dalam kamar.

"Kamu sudah tahu, 'kan, Jo? Dengan apa yang harus kamu lakukan?" Ucap Damian dengan terus berjalan dengan sorotan matanya yang selalu tajam.

"Ya, aku akan membuat mereka jera. Hingga hidup enggan, mati pun segan." Ucap Joshua pertama kali karena sejak tadi ia memilih bungkam, dan sekarang seringai kejamnya nampak, di mana hari-hari seperti ini lah yang sudah lama ia tunggu. Joshua sangat senang sekali, akhirnya wanita tidak tahu diri itu enyah dari kehidupan atasan sekaligus sahabatnya.

Mereka pun keluar dari area apartemen setelah menaiki mobil hitam mewah itu, meninggalkan seseorang yang saat ini tengah mengawali kesengsaraannya, dan penderitaannya.

°▪️°▪️°▪️°▪️°▪️°

Next chapter...

Jangan lupa dukungannya guys!!👇👇👇

See u later 🙋🏻‍♀️