"Bisa mbak. Makasih ya" Ucap niko, sementara calvin tak menatapnya bersalah. Cowok itu langsung pergi begitu saja meninggalkan niko di basemant mall.
"Ini punya kamu dek?" Mbak itu memberikan boba dan Tteokbokkinya yang sempat terjatuh untung saja masih bisa di makan lagi.
Niko mengangguk kemudian menepi dan duduk di pinggiran. Jujur hatinya saat ini sakit banget, memang calvin sangat perhatian dan lembut. Tapi, saat pikiranya teralihkan dia lebih mementingkan keyla di banding dirinya.
Niko menyendenkan tubuhnya di tembok sembari mengerjap matanya berkali-kali. Dirinya tampak kusam, noda darah di wajahnya sedari tadi tak berhenti menetes. Calvin memukul niko tak tanggung-tanggung, bahkan kalau tadi tak ada satpam yang melerai mereka mungkin saja niko sudah habis di tangan calvin.
Boleh nggak sih kalau cowok nangis? Itu,yang ada dalam pikiran niko sekarang. Rasanya ingin menangis tapi merasa aneh. Lemah? Bukan lemah, hanya saja,—
"Niko?" Suara seseorang membuat niko terkejut, ia langsung menoleh. Niko menyeka air matanya, tunggu? Bukannya dia reza temannya keyla. Kok, masih di sini?!Nggak sama keyla?
"Kamu kenapa? Apa yang terjadi sama kamu?" Tanyanya khawatir saat melihat niko bengep begitu.
"Gua gak papa"Jawabnya acuh dan kembali terpejam.
"Awh"Rintih niko saat reza menyentuh lukanya.
"Luka kamu parah banget. Kamu habis berantem? " Tanya reza, niko mendengus kecil kenapa masih di pertanyakan? kalau dia sudah tau.
Reza memegang wajah niko lembut sembari memperhatikan ada beberapa luka lebam di sana.
"Gak perlu"Tangan niko menepis. Kali ini niko tak ingin di ganggu oleh siapapun. Apalagi, sama orang yang niko baru kenal.
"Nanti bisa infeksi"Katanya, niko menyipit melirik reza yang terlihat khawatir.
"Gak bakal. Gua udah kebal ama ginian"Jawab niko malas. Padahal, ini baru pertama kalinya buat niko.
"Aku bantu obatin ya "Niko menghela napas, berapa kali niko harus bilang? Kalau dia itu nggak papa. Tapi, kenapa si reza, reza ini sepertinya nekad banget buat membantunya.
"GUE BILANG GA— Eh! mau ngapain?" Tanya niko kaget saat reza tiba-tiba mengangkat tubuhnya ala Bridal style. Tubuhnya memang tinggi dan besar pantas saja kuat menggedong niko.
Tetapi, reza tak menjawabnya. Reza malah membawa niko masuk ke dalam mobilnya kemudian belum sempat niko bertanya lagi reza sudah menjalankan mobilnya keluar dari basement.
"Mau bawa kemana sih? Gua kan gak mau di obatin sama lu. Turunin gua di sini, aww akhh sakit satt! " Niko menyambat saat lukanya terasa begitu perih.
Awas, aja. Pokoknya kalau nanti niko ketemu sama calvin dia bakalan mau ala-ala ngambek. Gara-gara si calvin niko jadi kesakitan kaya gini.
"Bilangnya gak papa tapi, kesakitan kaya gitu"Reza menoleh ke arah niko.
"Bacot, diem lu! gak usah ngajak ngomong, kalau cuma ngomel doang. Gak akan bisa ngurangin nyeri di muka gua"Niko menyangkak hati sementara reza hanya menggelengkan kepalanya.
"Hiks... anjinggg!! Calvin anjing, bangsatttt. Mati aja sono." Teriak niko sembari mengumpat berkali-kali di dalam mobil, niko sudah tak bisa menahan kekesalan di hatinya, air matanya pun ikut membanjiri wajahnya yang lebam. Bodoamat sama cowo di sampingnya yang sedang memperhatikan dia lagi mewek, marah, kesel, semuanya tercampur. Di samping itu reza hanya menyembunyikan senyum kecilnya.
"Kamu ada masalah apa sama calvin?" Tanya reza, sehabis mengumpat niko mengorbit ke arah reza. Demi apapun rasanya niko juga ingin menonjok muka reza. Tapi, dengan catatan harus bayangin mukanya calvin.
"Bukan urusan lu" Jawab niko sengit kemudian berbalik menatap kaca mobil. Niko lagi malas untuk membahas tentang calvin, orangnya juga nggak ada di sini dan nggak bakal datang buat dia. Setelah, itu mohon-mohon meminta maaf sama niko? Stop! Nggak usah ngarep kayak adegan drama di hubungan percintaan heterosexual.
Mereka sama-sama terdiam dan menjadi canggung. Di tambah niko yang memang malas kalau di ajak ngobrol dan selalu ketus menjawabnya. Membuat siapa saja yang bertanya pada niko harus berpikir dua kali. Tapi, akhirnya niko berinisiatif membuka topik pembicaraan.
"Kak reza gak sama keyla? Bukannya tadi bareng dia" Niko menatap reza penasaran.
Reza menggeleng," Keyla udah pulang. Tadi aku cuma nemenin dia beli buku musik di gramedia" Niko beroria, kembali mengingat keyla? Hatinya jadi sakit. Karena keyla calvin jadi pergi.
"Kamu nangis?" Reza melihat niko yang terisak pelan.
Niko menggeleng, ia segera mengusap air matanya." Aku gak papa. Tapi, mukanya aku jadi peri,— Niko langsung terdiam, kenapa suaranya menjadi cute? Niko bersikap begitu hanya saat di depan calvin saja dan sekarang reza harus mendengarnya merengek.
Reza mengambil tisu yang ada di dalam mobilnya kemudian mengusap pelan air mata niko yang terjatuh di pipinya. "Masak cowok nangis sih" Ledek reza.
"kayak anak kecil"Niko mendengus, kenapa harus di samakan dengan anak kecil.
"Ada hubungan apa lu sama keyla?"
"Gak ada, aku sama keyla cuma temenan"Jawabnya, walaupun sebenarnya niko masih belum percaya. Tapi, sekalipun reza itu selingkuhannya keyla... bukannya itu hal yang bagus? Niko nggak perlu lagi diam-diam jalan sama calvin.
"Kenapa gak selingkuhan aja? Eh,—"
"Apa?" Niko menggeleng," Gak papa" Jawab niko.
"Lu udah lama ya kenal sama keyla?" Reza mengangguk," kenapa?"
"Gak papa sih,"
"Sekarang lu kuliah atau kerja?"Tanya niko yang selalu kepo.
"kuliah sambil kerja"Niko beroria, sembari menganggukan kepalanya.
"Kerja apaan??"
"Bantuin papa di rumah sakit" Oh, ternyata anak yang punya rumah sakit pikir niko.
"Kalau kamu?" Tanya reza balik.
"Kuliah aja"
"Semester berapa?" Tanya reza membuatnya menoleh.
"Dua" Reza mengangguk mengerti kemudian memutar setirnya melewati lampu merah.
"Kak reza semester?" Tanya niko menoleh," aku udah masuk semester akhir dan bentar lagi mau masuk skripsi."
"Jurusan apa kak?" Reza tersenyum.
"Fk" Niko nanap saat mendengar kata Fk. Berarti, reza satu gedung dong sama calvin? Bedanya calvin masih semester dua sedangkan reza itu kakak tingkatnya.
Mobil milik reza berhenti di depan perkarangan rumahnya yang begitu mewah. Reza keluar dari dalam mobil dan beralih membuka pintu mobil buat niko.
"Mau aku gendong?" Tawar reza, niko menggeleng cepat.
"Gak usah, gua bisa send—" Belum selesai niko menyelesaikan ucapanya, reza langsung menggendong tubuh niko dan membawanya masuk ke dalam rumahnya.
"Gua bisa sendiri"
"Kak reza"
^^^
Calvin membuka pintu cafe dan mendapati keyla berada di sana. Dia melihat keyla duduk sendiri sembari menghadap ke laptopnya.
Calvin berjalan gontai mendekati keyla, keyla mendongak saat melihat calvin datang dari arah pintu masuk kemudian keyla tersenyum.
"Kamu beneran kesini," calvin mengangguk dia langsung duduk di samping keyla.
"Kamu sendiri?" Tanya calvin sembari memperhatikan keadaan sekitar.
"Tadi, sama temen tapi dia udah pulang"Jawab keyla yang masih fokus menatap laptopnya.
"Pasti cowok"Calvin cemburu, memang sih keyla juga salah karena belum bilang sama calvin kalau mau bareng sama temen cowoknya.
"Temen aja kok sayang, cie kamu cemburu ya"Keyla mencubit pinggul calvin gemas saat melihat calvin jealous. Calvin hanya memuncuk kan bibirnya, jelas calvin cemburu. Kalau nggak, nggak mungkin dia langsung pergi gitu aja ninggalin niko demi keyla. Tunggu? Niko,
"Ada apa sayang?" Tanya keyla.
Calvin menggeleng," Gak papa. Kamu udah selesai les piano?"
"Udah dari tadi. Sekarang lagi ngerjain tugas, sebenarnya mau sama niko tapi katanya dia gak bisa dateng."
Calvin tersenyum. "Pulang sama siapa?"
"Grab kayaknya"
"Aku antar ya"Keyla menoleh kemudian tersenyum tipis. Tumben sekali pikirnya.
"Boleh" Jawab keyla.
"Yaudah, kamu selesaikan dulu" Keyla mengangguk.