Azka mengusap wajahnya dengan telapak tangan kanan yang mulai terlihat gugup. Debaran jantungnya terdengar mulai mengencang. Ia mencoba menarik nafasnya begitu dalam kemudian mengeluarkannya dengan perlahan.
Entah apa yang terjadi pada perasaannya. Ia mulai menepis kekagumannya pada Sabrina dan melupakannya.
Setelah 30 menit berlalu, Sabrina keluar dari ruang make up dengan penampilan wajah yang sangat berbeda, rambutnya dirias dengan begitu apik sampai tergerai indah memukau pandangan setiap pasang mata yang melihatnya.
"Tuan bagaimana?" tanya Sabrina seraya berdiri tepat di hadapan Azka.
Azka mendongak tepat ke arah Sabrina berdiri, ia sangat terpukau dengan kecantikan Sabrina sampai tidak mampu mengedipkan kelopak mata. Menatap seluruh penampilan Sabrina, mulai dari ujung rambut sampai ke ujung kakinya
'Wow cantik sekali,' batin Azka yang mulai mengakui kecantikan Sabrina.
"Hallo, Tuan!" panggil Sabrina seraya melembaikan tangannya.
"Iya, oke!" Azka yang tersentak seketika berdiri dan berjalan ke bagian administrasi guna mengurus pembayaran di butik tersebut. "Ayo kita pergi," ajak Azka dengan tanpa di sadari tangannya menggenggam erat tangan Sabrina berjalan seiringan keluar butik menuju kendaraan roda empatnya.
Sabrina yang memakai stiletto Heel tiba-tiba mulai terkecoh dengan langkah kakinya. Ia hendak tergelincir dan tubuhnya hendak luruh di atas tanah. Beruntungnya Azka berhasil menggagalkan insiden itu, dengan sigap Azka menarik tangan Sabrina dan menangkap tubuhnya masuk ke dalam pelukan dan lingkaran tangan Azka.
Tanpa di sengaja mereka berdua saling berpelukan begitu erat. Azka merasakan kehangatan yang berbeda dari Sabrina, isi dadanya semakin berdebar kencang manakala hembusan nafas Sabrina yang begitu wangi tertiup melewati lubang hidungnya. Mereka berdua saling bertatapan mata dalam kurun waktu beberapa detik sampai tersadar dan masing-masing melepaskan pelukannya.
"Maaf, Tuan," ucap Sabrina dengan tersipu malu sambil melepaskan tangannya dari pundak Azka yang sebelumnya tampak begitu erat berpegangan.
"Enggak apa-apa," jawab Azka seraya melepaskan kedua tangannya yang telah melingkar di pinggul Sabrina setelah beberapa detik memeluknya guna menolong Sabrina agar tidak terjatuh. "Kamu baru pertama kali ya pakai Stiletto Heel? Norak banget sih sampe mau jatuh segala!" imbuhnya.
"Dulu sering, Tuan. Cuma karena sudah lama jadi kaku lagi," jawab Sabrina dengan tesipu malu atas kejadian tadi.
"Ah sudah-sudah! Untuk malam ini jangan panggil saya tuan! Terlebih di hadapan teman-teman saya. Panggil saya Mas Azka, ngerti!" ujar Azka dengan nada bicara yang kembali naik satu oktaf dari sebelumnya.
"Iya, Tuan," jawab Sabrina seraya mengangguk pelan.
Azka yang mulai berjalan kembali membeliak ke arah Sabrina.
"Oh maaf. iya, Mas Azka." Sabrina meralat ucapannya dengan bibir yang sedikit melebar ke samping, tersenyum begitu manis. Membuat Azka semakin terpukau.
"Ah sudah! Masuk." Azka menepis kekagumannya pada Sabrina dan berjalan melangkahkan kakinya memasuki mobil mewahnya. Ia kemudian mengemudikan kendaraan roda empat itu dan melaju ke acara pertunangan steeven.
Mereka berdua telah tiba di lokasi acara, semua teman-teman Azka menyambut dengan begitu antusias, karena kali ini Azka membawa wanita yang berbeda dari sebelumnya.
Ya, sebelumnya Azka sering bepergian dengan Paula, wanita yang baru beberapa bulan memutuskan hubungan dengannya karena ketahuan selingkuh.
1 tahun berhubungan dan berakhir dengan perselingkuhan Paula dengan sahabat Azka sendiri.
Malam ini Paula yang turut serta hadir di pesta pertunangan Steeven, begitu tercengang ketika melihat Azka membawa sesosok perempuan yang lebih cantik dan elegan dibanding dirinya.
"Hai guys apa kabar?" sapa Azka seraya bersalaman satu-persatu dengan teman-temannya.
"Sama siapa ini, Bro?" tanya salah satu teman Azka seraya meluruskan jari telunjuknya ke arah Sabrina.
"Kenalin ini Sabrina. Pacar baru, Bro!" Dengan percaya dirinya Azka memperkenalkan Sabrina yang malam itu bak seorang cinderella mendampingi pangerannya. Sabrina terlihat begitu gugup sesekali ia menarik nafasnya begitu panjang dan menetralkan perasaannya.
"Kamu tidak usah gugup begitu, jangan malu-maluin. Ngerti!" Desis Azka tepat di dekat daun telingan Sabrina.
Sabrina menganggukan kepalanya sebagai tanda mengerti pada perintah tuannya.
"Aku ambil minum dulu ya," ucap Azka pada Sabrina.
Ia kemudian melangkahkan kakinya berniat mengambil minuman untuk Sabrina, langkah kakinya ternyata diikuti oleh Paula.
"Jadi kamu sudah move on dari aku?" ucap Paula yang berada tepat di belakang Azka.
"Kamu pikir kamu wanita satu-satunya di dunia ini, ha?" jawab Azka setelah membalikan badannya ke arah Paula.
"Saat itu aku khilap, aku sudah minta maaf kan!" ujar Paula dengan meraih telapak tangan Azka.
Bulan lalu Azka secara tidak sengaja mendapati Paula tengah bercumbu mersra di sebuah klub malam bersama lelaki yang nampak tidak asing baginya, yakni sahabatnya sendiri.
Azka merekam kejadian itu dan mengirim hasil rekamannya pada Paula serta melayangkan kata selamat tinggal.
Sampai saat ini Paula tak bisa menerima keputusan Azka. Dan terus berusaha memperbaiki kembali hati Azka yang telah ia hancurkan.
"Tolong tidak udah membahas masa lalu kamu di sini, saya sudah tidak sudi mendengarnya," jawab Azka seraya menghempaskan genggaman tangan Paula kemudian pergi meninngalkannya.
"Sayang, ini minuman kamu," ucap Azka pada Sabrina yang sengaja begitu keras berharap Paula dapat mendengarnya.
"Makasi, Mas," jawab Sabrina dengan terkesima melihat perlakuan Azka yang begitu berbeda dari biasanya.
"Kita pindah tempat yuk sayang, di sini agak panas udaranya," ucap Azka dengan sengaja membuat Paula semakin geram..
Melihat perlakuan Azka pada Sabrina yang semakin menyulut amarah Paula. Dia tidak akan tinggal diam dan berniat mengusut tentang pasangan Azka.
Malam ini Sabrina benar-benar di manjakan oleh perlakuan Azka, berjalan dengan bergandengan tangan dan dengan romantisnya sesekali Azka merapihkan rambut Sabrina yang mulai tertiup angin malam. Tidak nampak kepura-puraan di antara keduanya, Sabrina dan Azka berhasil memainkan cerita di malam ini dan berhasil membohongi semua orang dengan pura-pura menjadi pasangan.
Setelah acara pertunangan Steeven selesai, Sabrina dan Azka bersiap-siap untuk kembali ke rumah karena waktu sudah terlanjur larut.
Mereka berdua berjalan menuju mobil Azka terparkir. Namun, tiba-tiba terdengar suara teriak wanita memanggil Sabrina begitu lantang.
"Sabrina!" teriak seorang wanita dengan volume yang cukup keras.
Medengar namanya di panggil seketika Sabrina menoleh ke sumber suara.
Betapa terkejutnya ia melihat sosok wanita itu yang sudah berdiri di belakangnya.
"Oh jadi sekarang kerjaan kamu begini? Menjadi wanita panggilan? Pantas saja tidak pulang ke rumah!" tuduh wanita yang baru saja mendekati posisi Sabrina berdiri.
"Heh tutup mulut anda yah!" bentak Azka membela Sabrina.
Azka yang sudah berjalan mendahului Sabrina seketika kembali mundur mendekati wanita yang hari ini berstatus menjadi pacarnya walaupun hanya satu malam.
"Dasar murahan!" Hina wanita itu dengan tatapan membelalak pada wajah Sabrina.
"Lancang anda!" Mendengar hinaan wanita yang tepat berdiri di hadapan Sabrina, seketika menyulut emosi Azka yang hampir saja menampar pipi kiri wanita itu. Akan tetapi, Sabrina berhasil menggagalkannya dengan menarik tangan Azka berjalan melangkahkan kaki pergi menjauhi wanita kasar itu.