"Apa aku harus memberikan nyawaku padamu agar kamu mau melepas dia?" lirih Esya seraya tersenyum getir. Sorot matanya penuh kilat-kilat api.
Tangannya mengepal.
Dia berteriak-teriak seraya mendorong Yagi yang berusaha menahannya. Tidak ada yang tahu 'itu' bisa kembali kapanpun.
Situasinya keos.
Yagi berusaha bangkit walaupun tubuhnya masih perlu istirahat setelah bertempur tanpa jeda dalam beberapa hari silam. Ditahannya rasa sakit akibat ulah Esya.
"Ca …."
"Diam!" bentak Esya seraya menahan isak tangis yang sebentar lagi akan menyeruak.
"Argh … kenapa … kenapa semua jadi kayak gini … jangan, jangan ambil …." lirih Esya seraya bertekuk lutut. Terlihat emosinya belum redam, namun energi tubuhnya telah terkuras oleh emosi barusan.
Sesaat Yagi menghampirinya. Dan saat itu juga mereka langsung menghilang.
Reyhan dan pangeran William saling beradu pandang dengan tatapan tanda tanya besar. Seolah mereka lupa bahwa seharusnya menangkap keduanya juga agar permasalahannya usai.