"Sekarang ini milik lo."
"Huh?" Karina semakin mengerutkan keningnya karena penjelasan Davira yang setengah-setengah.
"Bentar-bentar ... bukannya yang ikut lomba crossdressing itu si Hoshi, ya? Si cowo yang suka bawa boneka Teddy Bear ke mana-mana itu, loh!" Karina mengingat-ingat seseorang di kelasnya yang waktu itu dipilih menjadi perwakilan crossdressing melalu suit.
"Iya, tapi masalahnya si Hoshi ga bisa dateng karena kakinya terkilir gitu kata Stella. Jadi ...." Davira menjeda ucapannya. Bahkan ekspresi wajahnya berubah menjadi serius.
"Jadi?" Firasat Karina tidak enak. Pasti akan ada sesuatu yang buruk terjadi.
"... yang bakal ngegantiin dia untuk berpartisipasi adalah lo, Karina," lontarnya.
Ekspresi Karina langsung berubah 180 derajat. "Nooooo! Ga mauuuu!" Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Apa-apaan dengan kostum aneh mirip badut itu? Ia tidak akan pernah memakai kostum aneh seperti itu sampai kapan pun. Jika ia memakainya, mungkin itu akan menjadi sejarah terkelamnya. Benar-benar memalukan!
"Tidak menerima penolakan. Ini perintah, karena sekarang gue panitia festivalnya," desisnya. Sepertinya Davira masih dendam dengan Karina yang membuatnya harus menjadi panitia festival.
Karina berteriak dalam diam. Ingin protes, namun suaranya hanya akan mengambang di udara saja. Benar-benar keterlaluan. Dan pada akhirnya, ia hanya bisa pasrah saja.
Sebenarnya, ada hal lain yang ia khawatirkan. Yaitu waktu janjiannya dengan Ezra besok. Mungkin ia harus mengundurkan waktu janjiannya. Ia jadi merasa tak enak pada crush nya.
Mau tak mau, suka tak suka, di sinilah Karina berdiri sekarang. Di depan kelas Ezra. Gadis itu meneguk ludahnya, kemudian menghela napas pelan sebelum membuka percakapan.
"G-gue minta maaf!" ucapnya sambil menyatukan kedua tangan di depan dada.
"Gue tiba-tiba disuruh gantiin temen gue di acara besok! Jadi, besok mungkin bakal telat ... padahal gue yang ngajakin lo. Maaf banget," lanjutnya.
Padahal besok adalah hari yang ditunggu-tunggu, namun ada saja halangannya. Jujur saja, ia tidak tahu bagaimana ekspresi wajah Ezra sekarang, karena gadis itu sekarang masih menunduk. Dan Ezra pun masih saja bergeming di tempatnya.
"Oh, iya, ga apa-apa. Ya ... mau gimana lagi. Apa cuma itu aja yang mau di omongin?" cetus cowok itu.
Karina menatap Ezra. Ekspresi cowok itu selalu sama. Datar. Jadi ia agak kesusahan membaca raut wajah seseorang di hadapannya ini.
"Hm? I-iya ...," cicit gadis itu.
"Kalo gitu gue duluan. Mau bersih-bersih dulu. Good luck buat acaranya," pamitnya dan langsung berbalik meninggalkan Karina sendirian.
"Hah?" Karina hanya bisa melongo di tempatnya. Apa yang terjadi barusan? Bukankah rasanya seperti cowok itu baru saja marah kepadanya? Meskipun sedikit, tetapi Karina dapat melihat raut wajah jengkel dari cowok itu.
Argh ... tidak!! Bagaimana ini? Padahal mereka baru saja membuat kemajuan selangkah.
***