Di lapangan sana, Emy terlihat sangat kesal sekali. Bahkan ia mengomeli Davira yang sudah seperti layangan putus.
"Woi, Dav, gerak kek. Pokoknya gerak lebih cepet gitu!" omelnya yang hanya dibalas gelengan pelan oleh Davira.
"Ga bisa. Percuma aja ... soalnya 'kan gue anak rumahan," jawab Davira yang sudah pasrah saja.
Dan ....
Brukkkk!!
Davira terhempas ke tanah.
"Kyaaa!! Davira dah mokad, woii!" teriak Emy kepada teman-temannya di sana.
"Gue masih nafas, bege ...." gumam Davira dengan napas yang terengah-engah.
Melihat perjuangan dari sahabat-sahabatnya, Karina bertekad untuk memenangkan pertandingan ini.
"Kaila ... ayo, kita menangin ini!" ucap Karina dengan nada serius. Kaila pun mengangguk mantap.
"Karina ... tolong lanjutin ... perjuangan gue ... pake raket gue ...." Setelah mengatakan itu, Davira pun terkulai lemas tak berdaya.
"Daviraaaa!!" panggil mereka secara bersamaan.
Dasar mereka, ada-ada saja! Padahal ini hanyalah pertandingan saja, namun rasanya sudah seperti mau berperang saja. Mana pake adegan dramatis begitu lagi!
Karina dan Kaila melewati babak pertama dengan mulus. Bahkan mereka menang di game set pertama.
Dari kejauhan, sorakan semangat terus terdengar dari teman-temannya.
"Wuihh, ternyata Karina jago juga! Semangat!!"
"Jangan sampe kalah!!"
"Keluarkan jurus seribu rahasia lo, Kar!!"
"Karina!! Kailaaa!! Kalo menang gue traktir cendol, nihh!"
Teriakan-teriakan itu tentu saja membuat Karina maupun Kaila bersemangat. Rasanya sangat menyenangkan sekali, dan Karina juga sudah lama tidak merasakan sensasi seperti ini. Sensasi bermain permainan kesukaannya dengan riang tanpa harus tertekan. Namun, tetap saja mereka harus tetap menang agar bisa membalaskan dendam teman-temannya.
Karina dan Kaila berhasil memenangkan game set kedua dan ketiga.
"Wuih, mereka menang lagi, tuh!" ucap Emy dengan antusias. Rasanya senang sekali melihat mereka bermain dengan riang di lapangan sana. "Karina juga keren banget!" lanjutnya.
"Iya, dia jago. Keren juga! Wajahnya terlihat senang ... biasanya dia suka nangis, teriak-teriak ga jelas, ngerepotin, dan selalu pasang tampang aneh!" decit Davira yang tumben panjang lebar. Namun meskipun begitu, Karina tetaplah sosok yang selalu dirindukan kehadirannya.
Saat dia tidak sekolah saja karena demam, keadaan kelas langsung berubah menjadi senyap seperti kuburan.
"Kalo mukanya kek sekarang terus, pasti dia bakal punya banyak fans!" lanjut Aya yang sedari tadi juga ikut memberikan dukungan kepada Karina dan Kaila.
"Game set!" interupsi wasit. Terlihat Sisi dan temannya sangat kewalahan bahkan terengah-engah. Berbeda dengan Karina dan Kaila yang masih terlihat segar bugar bahkan blink-blink.
"Pemenangnya adalah kelas X!!" final wasit.
"Yeay! Kita menang!" sorak Karina. Teman-temannya pun yang tadi menonton langsung menghampiri mereka.
"Kalian berdua keren banget! Selamat, ya!"
"Iya, selamat!" ucap mereka memberi selamat secara bergantian.
Dan akhirnya mantan kakak kelasnya Karina mengembalikan raket tersebut, dan berniat pergi begitu saja.
"Kak Sisi! Kakak ga lupa 'kan kalo Kakak sekarang babu kami?" ucap Emy dan juga yang lainnya dengan nada yang menyeramkan.
Dan akhirnya mereka diberi beberapa pelajaran oleh Kaila yang sebaiknya tak kalian ketahui bentuknya. Yah ... yang penting mereka selamat.
***