Anggi mendatangi kediaman Dani. Ia ingin mempertanyakan soal kedatangan Yoga ke dalam mimpinya tadi malam.
Dan apa hubungan Dani dengan kematian Yoga yang sebenarnya.
Anggi mengetuk pintu rumah Dani dengan sedikit gugup. Tangannya sedikit gemetaran. Wajahnya juga terlihat pucat.
Tidak berselang lama, Wati membuka pintunya. Ia menyambut dengan baik kedatangan Anggi ke rumahnya.
"Dani ada Mba?" tanya Anggi dengan suara yang pelan.
"Dani Ada. Ada apa Mba? Kenapa wajahmu sangat pucat? Kamu sakit?" tanya Wati memegang tangan Anggi yang terasa dingin.
Dani dan Yoga memang sudah bersahabat sejak kecil karena sebelumnya ibu mereka juga menjalin persahabatan yang sama dekatnya.
"Ada yang mau aku bicarakan dengan Dani."
"Baiklah, silahkan masuk!"
Anggi masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara Wati terlihat memanggil putranya yang masih di dalam kamar sedang bersiap untuk berangkat ke kampus.
"Dan... Ada yang mau ketemu sama kamu," kata Wati dengan nada suara lembut logat jawanya.
"Siapa Bu?"
"Ibunya Yoga," sahut Wati medok.
Dani langsung terkejut, ia kaget bukan main. Semenjak kematian Yoga, ibunya tidak pernah datang ke sini. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba datang dan mau bertemu dengan Dani? Apa yang ia bicarakan pada Dani?
"Dani... Ayo cepat keluar!"
"I... Iya Bu... Sebentar lagi," sahut Dani sangat gugup dan gemetaran.
Habis lah riwayatnya. Jika ibu Yoga sudah tahu kejadian yang sebenarnya, tak menutup kemungkinan orang tua Yoga akan menuntut Dani agar mau mempertanggung jawabkan kesalahannya.
Mau tidak mau Dani harus berani menghadapi situasi ini. Ia pun kelaur dari kamarnya dengan langkah yang ragu ragu. Kalinya terseok dan pandangannya terus menatap ke bawah.
"Selamat pagi Tante..." sapa Dani lirih.
"Duduklah!" sahut Wati menarik tangan Dani dan ia duduk di depan Anggi.
"Apa kabar kamu Dan? Apa kamu baik-baik saja? Apa Yoga masih sering menganggumu?" tanya Anggi tanpa berbasa basi.
"Yoga? Apa maksud Mba? Jangan bilang arwah Yoga masih gentayangan?"
"Yoga kemarin datang ke mimpi saya, dia bilang dia ingin menagih janjinya kepada Dani. Dani janji akan sehidup semati dengannya. Dan saya rasa arwah Yoga tidak akan tenang jika Dani belum menepati janjinya itu."
Wati menoleh ke arah Dani dengan tatapan bingung. Memang akhir akhir ini Dani sering bertingkah aneh. Apalagi ia sering tertawa dan teriak teriak sendiri di kamar. Tapi ia tidak menyangka kalau itu adalah gangguan dari arwah Yoga yang masih belum bisa tenang.
"Dan, apa benar begitu?" tanya Wati dengan wajah yang ketakutan.
"Iya Bu. Yoga memang sering datang ke sini. Bahkan dia sering menemani aku tidur di kamar. Dia juga yang sudah menggendong di belakang punggung aku sehingga badan aku jadi terlihat bungkuk."
"Astaghfirullah..." ujar Wati menekan dadanya.
"Saya juga mau tanya sama kamu, apa kamu juga ada hubungannya dengan kematian Yoga? Selain janji kamu dengannya itu?" tanya Anggi dengan sangat berhati-hati.
Dani semakin menunduk takut. Ia tidak mungkin mengakui semuanya. Ia masih ingin melanjutkan kuliahnya. Ia tidak mau dihukum karena kelalaiannya dalam berkendara.
"Dani... Jawab! Apa kamu ada hubungannya?" tanya Wati semakin kebingungan.
Belum sempat menjawab, Dani tiba-tiba berubah. Matanya memerah, tubuhnya gemetar.
Ia melotot ke arah Anggi.
Suasana jadi berubah mencekam. Hawa dingin mulai terasa di tengkuk kedua wanita paruh baya itu.
"Dani... Ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Wati mencoba memegang kedua tangan Dani yang dingin.
"Aku mau mati!" kata Dani dengan nada yang datar.
Suaranya keras seperti bukan suara Dani biasanya.
Anggi dan Wati jadi ketakutan, mereka tak berani mendekat.
Dani mengamuk dan menghamburkan semua barang yang ada di ruangan itu.
Kini tubuh Dani sedang dikuasai oleh arwah Yoga. Yoga masuk ke dalam tubuh Dani dan berusaha untuk membunuh sahabatnya itu.
Dani berjalan menuju ke jalan raya, dengan tatapan kosong dan tangan terangkat ke depan.
Wati mencoba mengejarnya, ia juga mencoba meminta tolong karena putranya semakin tak bisa dikendalikan.
"Dani... Stop! Jangan lakukan itu!" teriak Wati ketika ia melihat Dani sudah berdiri di tengah jalan.
Refleks Wati mengejar putranya dan mendorong tubuhnya ke depan ketika ada mobil yang sudah akan menabraknya.
Sehingga kecelakaan itu tak dapat dihindari. Tubuh Wati menghantam mobil berkecepatan tinggi, sementara Dani terpental ke seberang jalan.
Dani bangkit dan menyadari ibunya sudah tergeletak bersimbah darah.
Arwah Yoga keluar dan menghilang begitu saja.
Dani menangis, ia memeluk ibunya yang sudah tidak sadarkan diri.
Anggi yang menyaksikan kejadian itu langsung shock. Ia hanya bisa menutup mulutnya yang membulat.
Namun kemudian ia menghubungi ambulance agar Wati bisa segera dilarikan ke rumah sakit.
Usaha Yoga untuk membunuh Dani lagi lagi gagal. Bukan Dani yang celaka tapi justru ibunya.
Tubuh Dani yang dikendalikan oleh arwah Yoga tadi, kini telah kembali normal.
Dani tidak ingat apa yang tadi baru saja terjadi. Yang ia ingat, badannya tiba-tiba dingin dan gemetar ketika ia ingin menjawab pertanyaan dari Anggi, lalu tiba-tiba ia sudah tidak sadar lagi dan kembali sadar ia sudah berada di pinggir jalan.
Kini Wati dilarikan ke rumah sakit. Kondisinya kritis karena banyak kehilangan darah. Anggi masih turut mengantar sahabatnya ke rumah sakit. Ia juga tampak sangat terpukul melihat kejadian itu. Dan Anggi menduga Dani telah kerasukan arwah Yoga. Yoga berusaha untuk membunuh Dani dengan cara membawanya ke tengah jalan, tapi malah yang celaka ibunya.
Anggi jadi merasa bersalah. Arwah Yoga gentayangan dan menggangu semua orang dk sekitarnya. Anggi tidak ingin hal ini berkelanjutan. Semua ini harus segera diakhiri. Yoga harus kembali ke alamnya dengan tenang. Apapun urusannya di dunia ini yang belum selesai, tidak boleh membuatnya jadi arwah penasaran seperti ini.
Mereka tiba di rumah sakit. Dokter segera membawa Wati ke ruang UGD. Kondisinya benar-benar memprihatinkan.
Dani hanya bisa menangis, ia takut ibunya tidak akan bisa diselamatkan lagi.
Anggi yang melihat Dani terus menangis, jadi merasa tidak tega. Lalu ia mendekati Dani dan merangkul bahunya agar lebih tenang.
"Sabar ya Dani... Ibu kamu pasti kuat. Dia pasti baik-baik saja kok. Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu tadi? Kenapa kamu tiba-tiba berjalan ke tengah jalan begitu? Itu sangat bahaya loh... Sampai akhirnya ibu kamu berlari dan mendorong tubuh kamu tadi," kata Anggi menatap wajah Dani yang pucat.
Dani mencoba mengingatnya, tapi ia sama sekali tidak bisa ingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
"Aku juga nggak tahu Tante. Aku lupa dan aku nggak sadar kalau aku jalan sampai ke tengah," ucap Dani kebingungan.
Fix, ini pasti karena arwah Yoga yang masuk ke dalam tubuh Dani dan berusaha untuk mengendalikan tubuh Dani agar dia celaka.