"Saya pegang senter di depan. Kita harus cepat, karena kita nggak tau apakah tanah di bukit ini cukup kuat untuk terus berdiri."
"I ... iya, Pak," sahut Maya. Meskipun tak mengerti maksud ucapan bapak Budi, namun Maya menurut saja dan kemudian berjalan tertatih di belakang laki-laki itu.
"Kamu ... benar bisa jalan sendiri?" tanya bapak Budi kembali meyakinkan sembari menoleh ke belakang. Sepertinya dia ingin menawarkan diri untuk membantu memapah Maya, tetapi merasa canggung. Kehidupannya yang sudah terbiasa kaku dan tidak bersosialisasi dengan orang lain membuatnya tidak bisa dan tidak mengerti bagaimana cara berkomunikasi yang ramah dan baik.
"Ah, iya, nggak apa-apa kok, Pak, saya bisa," jawab Maya.
"Siapa nama kamu?" tanya bapak Budi yang lupa dengan nama Maya meskipun sudah pernah memperkenalkan diri.
"Saya Maya, Pak," ucap Maya tetap bersikap sopan meskipun sembari menahan sakit.
"Ya sudah, hati-hati jalannya," kata bapak Budi.