Chereads / The Other Side of Jayden / Chapter 2 - 2. perubahan sikap Clarissa

Chapter 2 - 2. perubahan sikap Clarissa

Dengan bibir atas tergigit lucu, Clarissa melanjutkan aksi scrolling layar ponsel. Memilah beberapa gambar gaun pengantin yang baru saja Emily kirim.

"Jay, ini bagus deh. Warnanya lucu tapi elegan gitu. Menurut kamu gimana?"

"Nanti aja, jalanan lagi rame." Jayden yang menjawab tanpa melihat kearahnya membuat wajah Clarissa yang sejak awal tertekuk semakin tidak enak dilihat.

Lelaki ini benar-benar membuat suasana hatinya semakin kacau. Clarissa mendengus karena Semuanya terasa begitu mengesalkan hari ini.

Dimulai dari pesan singkat Emily yang membatalkan janji karena suatu alasan sampai pembatalan pihak katering membuat Clarissa harus memutar otak kembali mencari pengganti. Dua Minggu bukan waktu yang panjang tapi Jayden bersikap santai seolah pernikahan mereka bukanlah apa-apa.

Ia tarik kembali tangannya lalu membenahi letak duduk menghadap ke depan seperti yang dilakukan Jayden.

Keheningan terjadi begitu saja.

Jayden tetap fokus menyetir ditemani alunan musik klasik mendayu.

Rintik-rintik hujan terlihat mulai membasahi bagian depan mobil, angin berhembus menganggu kenyamanan pepohonan. Jayden mengusap tengkuknya, sebab udara dingin mencipta suasana sedikit mencekam.

"Kita mau berhenti makan dulu gak?"

Keadaan dijalan mulai lengang membuat Jayden bisa menyempatkan diri melirik sang kekasih.

"Cla?"

"Terserah kamu."

"Kok terserah sih sayang?"

Jayden tidak tahu saja kalau saat ini Clarissa bahkan ingin menarik bibir itu sampai putus dan membuat lelaki itu berhenti berbicara karena apapun yang keluar dari mulut Jayden membuatnya semakin kesal.

"kamu laper gak?"

"Gak!"

"Ya udah kalo gitu kamu temenin aku makan ya. Laper banget soalnya." Tawar Jayden, lantas Clarissa mendecih lalu membuang muka dengan culas,

"salah kamu kenapa cepet-cepet ngajak perginya padahal aku bisa masak dulu tadi."

"Ya kan aku gak tahu kalo Emily bakal batalin janjinya." Jayden sengaja memelankan laju mobilnya. "Tahu gitu mending seharian tidur dikamar sama kamu."

Memutar bola matanya jengah, ia buang jauh-jauh mukanya agar tidak melihat muka Jayden yang tengah terkekeh mengejek dirinya.

Kaca jendela diturunkan perlahan membuat Clarissa dapat melihat pemandangan luar secara langsung.

Clarissa menyukai bagaimana rintikan air hujan menyapa kulit wajah berdampak pada perasaannya yang bisa sedikit lebih baik.

Namun Jayden tidak membiarkan ketenangan itu Clarissa rasakan lebih lama. Tiba-tiba menginjak kuat pedal gas dan membuat semuanya buyar.

Clarissa terkejut setengah mati sampai bernapas pun tak mampu ia lakukan.

"JAYYYYYYYYY!!"

Hembusan kuat angin dari luar sontak menerbangkan rambut panjangnya dan menutupi hampir seluruh bagian wajahnya.

Air hujan membasahi kepala sampai dada. Memang tidak sampai basah kuyup namun cukup membuat penampilan rapi Clarissa kacau.

Jayden tertawa puas sekali nyaris terpingkal. Mengerjai Clarissa semenyenangkan itu.

Pengangan tangan Clarissa dilengannya begitu kuat tanda ia sangat ketakutan.

Jayden berhasil.

Berhasil membuat Clarissa murka!

"GILA YA KAMU!"

Jayden sudah menormalkan kembali laju mobilnya, sambil terus tertawa dia melirik Clarissa yang sudah mengeraskan rahang "makanya jangan marah-marah terus."

"Berenti!"

Oh astaga tidak mungkin kan? Jayden terdiam, perasaannya mendadak tidak enak.

"Mau ngapain kamu?"

Clarissa marah!

Wanita itu bahkan mulai menarik kasar berkali-kali tuas pintu. Menggedor kaca jendela yang sudah kembali Jayden naikan.

"Jangan kayak anak kecil deh yang."

"Kamu yang kayak anak kecil!" Clarissa melotot dengan tubuhnya yang sudah menegang tegak.

"Berenti atau aku loncat!"

"Tetap ditempat Cla! Jangan main-main kamu!"

Jayden menahan Clarissa dengan sebelah tangannya. "Berenti makanya."

Lebih terdengar seperti rengekan karena tubuh Clarissa kini mulai bergetar menahan tangis.

Dengan begitu tidak ada pilihan bagi Jayden selain meminggirkan mobil dan berhenti.

Lelaki itu menghela napas, mematikan mesin mobil lalu memutar tubuh untuk menghadap Clarissa yang tidak mau menatap kearahnya.

Meraih tysue di kursi belakang lalu mengelap wajah basah Clarissa. Tapi Clarissa sudah terlanjur marah menahan tangannya "Puas kamu?"

"Cla... Gak gitu."

Yang kemudian Clarissa hentak kuat-kuat tangan itu hingga membentur dasboard mobil. "Kamu pikir becanda kayak gitu, lucu?"

Air mata Clarissa benar-benar jatuh saat itu namun ia usap sangat cepat. Clarissa tidak ingin terlihat cengeng dan berakhir Jayden mengerjainya lagi dilain waktu.

"Maafin aku."

"Ck!"

Ia tepis tangan Jayden yang hendak menggenggam tangannya.

"Aku cuma--"

Clarissa membalikan pandangannya dengan cepat, menatap nanar Jayden yang terlihat menyesal, "umur kamu udah gak muda lagi, Jay!"

Jayden mengangguk, mengakui kesalahannya kembali mengambil tangan Clarissa dalam genggaman.

"Aku minta maaf, okay?"

"Kamu tuh ngeselin tahu gak?!" Clarissa sudah ingin menangis lagi saat menghentak keras tangannya namun jayden menahan lebih keras.

"Iya aku yang salah. Aku minta maaf." Menarik lagi genggaman tangannya lalu Jayden letakan diatas pahanya. "Jangan marah lagi dong." Bujuknya lagi sambil tersenyum lembut.

Clarissa mendengus tapi  didalam hatinya menghangat, seperti ribuan kupu-kupu beterbangan diperutnya. Mengelitik membuat clarissa harus menahan diri agar tidak tampak terbujuk. "Kamu gak tahu... "

"Aku tahu." Potong Jayden cepat,

"Tahu apa?"

Lelaki itu tersenyum lagi, "kamu masih kesel sama Emily kan?"

"Ck!"

"Kita gak tahu urusan orang Cla. Mungkin emang mendesak banget sampe harus membatalkan janji sama kita." Jelas jayden mencoba membuka pikiran Clarissa, dengan sikap netral tapi clarissa malah menuduhnya.

"kamu gak niat ya buat nikah sama aku?"

"Kok jadi jadi aku?"

Clarissa berdecak memundurkan tubuhnya bersandar dengan muka tertekuk lucu, "tau ah!"

Siapa mengatai siapa sekarang? Clarissa bahkan terlihat lebih seperti anak kecil.

"Ya udah... Kita makan aja yuk. Kamu galak gini karena laper kan?"

"Ihhhhh!"

Kali ini Clarissa benar-benar  menghentak sampai genggaman erat Jayden terlepas.

Jayden terhibur karena itu.

Lelaki itu terkekeh membuat muka Clarissa yang sudah merah semakin memerah dibuatnya.

"Ihhh lucu banget sihh." Bisiknya menggusak rambut Clarissa gemas.

Diusia ke dua puluh tujuh ini, Jayden merasa sangat beruntung memiliki daun muda seperti Clarissa. Terpaut usia lima tahun menjadikan hubungan terjalin penuh bujuk rayu.

Clarissa yang galak malah terlihat

menggemaskan dimata Jayden.

"Tunggu dulu." Cegah Jayden ketika Clarissa sudah bersiap turun dari mobil.

Sekarang mereka tiba disalah satu restoran milik ayah Jayden. Sebelum melajutkan kemana tujuan mereka akan berlabuh, Jayden memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu karena perut Clarissa berbunyi keras menghentikan perdebatan pendek mereka beberapa waktu lalu.

"Sini!"

"Huh?"

Clarissa benar-benar tidak mengerti sampai Jayden mendekat merapikan rambutnya dengan jarak dekat,

"Kamu berantakan gini, emang gak malu?"

Jayden lalu memundurkan wajahnya untuk mengamati raut datar Clarissa lalu mencolek jail dagunya "senyum."

Karena hari ini wanita yang akan segera ia nikahi itu seperti tidak berniat melenturkan bibir. Tidak merenggut, tapi diamnya Clarissa membuat Jayden serba salah.

"Masih kesal?" Tanya nya hati-hati, takut wanita itu berteriak lagi padanya.

"Cla..."

Dan Clarissa menghindar saat Jayden ingin menyentuh bahunya lantas keluar dari sana meninggalkan Jayden yang hanya bisa membuang napas ringan.

Sekarang bolehkah Jayden berpikir kalau ia sudah begitu kerterlaluan mengerjai Clarissa seperti tadi?

***

Menyantap makanan dalam diam. Jayden dan Clarissa duduk berhadapan pada meja bundar sudut ruangan.

Napas Jayden berhembus sesak, ia bahkan tidak punya kata untuk membuka pembicaraan.

"Aku udah selesai."

Clarissa sudah mengelap sudut bibirnya dengan tysue setelah menenggak segelas juice apel kesukaannya.

"Kamu gak makan makanan nya Cla." Bahkan letak sendoknya pun tidak berubah. "Perut kamu belum terisi samasekali dari pagi."

"Aku gak laper."

Meletakan sendok garpu ke piring, Jayden pun kehilangan napsu makannya.

Semenjak tadi malam. Ah bukan! Mungkin dua Minggu terakhir sikap Clarissa seolah berubah seratus delapan puluh derajat.

Clarissa yang ceria tiba-tiba menjadi Clarissa yang gampang marah. Mood berubah-ubah dan terkadang memberikan tatapan waspada padanya pada waktu-waktu tertentu.

Yang Jayden hembuskan napas beratnya menyakinkan diri kalau sikap aneh Clarissa pengaruh kelelahan sebab persiapan pernikahan mereka yang belum rampung. Jayden mengerti akan hal itu, lantas mencoba menenangkan wanitanya dengan menyentuh lembut tangannya, "maaf kalau aku sering tidak mengerti kamu."

Lalu sentuhan berubah genggaman, "tapi kamu tidak perlu khawatir, karena semuanya akan baik-baik saja. Semua akan berjalan dengan baik... mungkin beberapa tidak sesuai yang kamu mau. Tapi aku pastikan kamu gak akan pernah merasa menyesal sudah memilih aku jadi suami."

Clarissa cukup terkejut mendengar penuturan Jayden barusan. Karena jujur saja semua dugaan Jayden adalah benar dan lelaki itu cukup berhasil membuat satu persatu keraguan nya hilang.

untuk sesaat pandangan mereka saling mengunci.

Clarissa jadi berpikir dengan sorot mata lembut dan sikapnya manis, mana mungkin Jayden tega menghabisinya dimasa depan.

Entahlah sepertinya Clarissa juga mulai gila karena sudah menanggapi perkataan orang yang mengaku teman lama Jayden beberapa waktu lalu secara berlebihan.

***