"Akhhhhh!"pekik Ard merasakan tangannya di tusuk dengan kris tanpa main.
Darah keluar dari luka tersebut, menetes pada lantai singgasana yang dahulu selalu bersih dan terawat. Ruangan megah itu kini sudah dipenuhi banyak noda darah dari sisa pertarungan yang menegangkan.
"Bagaimana? Rasanya akan sangat sayang sekali jika aku langsung membunuhmu. Iya, aku ingin bersenang-senang sebentar, mendengar teriakanmu yang merdu di telingaku, dan darah itu keluar dari tubuhmu, membuat singgasana ini cocok di sebut sebagai tempat pembunuhan. Atau lebih tepatnya penyiksaan."
Rashad berucap kembali, sambil menusukkan kris yahg dia genggam tersebut pada lengan kiri Ard.
Pria itu kini terlihat sangat menyedihkan, bahkan ada bulir air mata di matanya yang hampir jatuh, dia terus berteriak kesakitan dengan tusukan, demi tusukan yang pada beberapa batin tubuhnya. Ard yang memang sudah terluka parah itu kini mendapatkan siksaan yang sangat menyakitkan untuknya.