***
"Mereka masih dalam perjalanan kemari?"
Laurentia tiba seraya membawa dua cangkir teh hijau hangat untuk menemani pagi hari Evan di atas atap istana. Pemuda itu masih berdiri tegap di atas kaki-kakinya, menyaksikan sejauh mata memandang keindahan alam yang terbentang dari atas bukit.
Ia putar bahunya, memalingkan wajahnya hingga atensinya kini teralihkan ke suara wanita yang bertanya padanya, barusan. Laurentia datang dengan tetap mengenakkan piyama tidurnya, maklum saja, sang waktu belum menyuruh orang-orang untuk kembali bekerja.
Evan membuka sepertiga topeng yang ia kenakan, hanya bagian mulut saja yang bisa Laurentia lihat, selebihnya tertutup oleh topeng. Meskipun begitu, Laurentia dapat melihat bekas luka bakar Evan yang coba pemuda itu sembunyikan rapat-rapat.