Chereads / Destino Del Amor / Chapter 1 - Introduction

Destino Del Amor

Diamond_Fern28
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Introduction

Seorang perempuan bertubuh gempal tengah terbaring terlentang, dengan luka memar yang berada di wajahnya dan beberapa tubuh bagiannya yang terluka. Dengan matanya yang sayu, ia menatap tiga gadis lainnya yang berdiri congkak disamoingnya.

"Lo tau?! gue jijik sama Lo!" ketua gadis dengan mata yang tajam.

"Lo enggak pantes ada di sekolah ini, harusnya Lo sadar diri. Badan kaya babi dan wajah menjijikanmu itu buat gue muak tahu enggak!" kata gadis itu lagi sambil menyiramkan air bekas pel pada gadis gempal yang sudah babak belur itu. Ketiga gadis itu pergi dari sana. Mengisahkan gadis gempal itu sendiri dalam sebuah ruangan yang merupakan gudang sekolah. Ia menghela nafas lelah, ia tak tahu apa salahnya sampai ketiga gadis itu selalu membulinya di sekolah. Ia kemudian berusaha bangkit meski rasa nyeri dan perih menjalar di seluruh tubuhnya. Bajunya basah dan terkena darahnya. Ia kemudian berjalan tertatih menuju kelasnya guna mengambil tas dan barang-barangnya. Setelah mendapatkannya ia kemudian menuju gerbang sekolah dan pulang ke rumahnya.

. . .

Suara ribut menggema disebuah rumah elit, seorang pemuda cantik tengah meringis menahan sakit yang diberikan oleh seorang pemuda lain yang harusnya ia panggil kakak.

"Am-ampun K-kak" pintanya.

"Ampun Lo bilang! Harusnya, Lo enggak pernah lahir dimuka bumi ini anjing!" kata seorang yang di panggil kakak oleh pemuda cantik itu, namun sayangnya wajah cantiknya harus mengalami lebam akibat ulah kakaknya sendiri. Setelah puas sang kakak pergi entah kemana. Pemuda cantik itu meringis, ia tidak mau lemah. Ia tetap berusaha agar tidak menangis, atau nanti kakaknya akan datang memukulinya lagi. Ia berusaha bangkit untuk menuju kamarnya.

. . .

Mentari pagi menyapa membuat gumpalan daging yang berada di dalam selimut tebal itu menggeliat. Aeeza Clarke, gadis yang semalam di buli habis-habisan itu menggeliat kemudian meringis ketika sadar bahwa tubuhnya tidak baik-baik saja. Beruntunglah kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Jika ada, Mommynya pasti akan habis-habisan bertanya siapa yang telah membuat wajah cubby anaknya menjadi tak terbentuk, read lebam. Aeeza merupakan anak tunggal dari pasangan Arnold Clarke dan Maria Clarke. Kedua orang tuanya adalah seorang pebisnis yang sukses, meski begitu Aeeza enggak kekurangan kasih sayang kok.

Aeeza menghela nafas kala ia teringat kejadian kemarin, bahkan sekarang rasanya ia malas sekali untuk berangkat ke sekolah. Dia selalu saja jadi bahan tertawaan anak-anak sekolah. Karena badannya yang gemuk dan wajahnya yang berminyak dan kusam. Aeeza mengumpat kala bagian bawahnya menegang. Aeeza benar-benar tak habis pikir, tapi mau bagaimana lagi, dia kan istimewa. Ya sudah disyukuri lagi, tapi Aeeza sedang malas untuk seperti itu. Hawa dingin memang selalu membuatnya tegang.

Suara ketukan pintu kamarnya terdengar.

"Non bangun sudah siang, apa tidak berangkat sekolah Non?" tanya Bi Inah asisten rumah tangganya.

"Sebentar lagi Bi," jawab Aeeza sambil membenarkan kamarnya, iya Aezza selalu merapikan kamarnya sendiri. Aeeza berjalan dengan melebarkan kakinya menuju kamar mandinya guna mandi. Ia akan menutupi lebamnya dengan masker saja nanti.

Selesai mandi, Aeeza turun kebawah.

"Selamat pagi Non" sapa Bi Inah.

"Pagi juga Bibiku yang manieess" sahutnya tapi kemudian ia meringis akibat bibirnya yang sedikit sobek.

"Eh kenapa Non?" tanya Bi Inah.

"Enggak apa-apa kok Bi" jawab Aeeza santai padahal dia lagi nahan rasa perih. Selesai sarapan Aeeza pamit kepada Asisten Rumah Tangganya. Aeeza terbiasa berangkat menggunakan kendaraan umum, padahal ia bisa membawa motor ninja dan mobil sportnya loh. Kemudian ia duduk di halte dan menunggu bus datang, tapi kemudian netranya menangkap pemuda yang juga duduk disebelahnya, sebelum duduk pemuda itu sedikit menunduk dan menyipitkan matanya tanda ia tersenyum pada Aeeza, Aeeza pun membalasnya. Ini pertama kali ada seseorang yang mau menyapanya meski hanya dengan bahasa tubuh. Aeeza memperhatikan pemuda itu yang juga menggunakan masker yang sama sepertinya. Aeeza pikir pemuda itu mungkin sedang sakit. Dari seragam pemuda itu, Aeeza bisa tahu bahwa ia dari sekolah elit sebelah yang masih suka war tentang keunggulan dengan sekolah Aeeza. Sebut saja sekolah Aeeza adalah sekolah elit B dan Sekolah pemuda itu adalah sekolah elit A. berada di lokasi yang sama kok, kan sekolah elit A dan B saling berhadapan. Aeeza menghela nafasnya lagi.

. . .

Pemuda cantik itu membuka matanya dan meringis kala ia hendak bangun namun seluruh tubuhnya seperti remuk. Tapi ia harus bangun dan membuat sarapan untuk Ibu dan kedua kakaknya, jika tidak habis dia bisa di pukuli lagi. Pemuda cantik itu bernama Dwight Albert, putera haram dari Alain Albert yang selingkuh dengan seorang wanita seberang dan Ibu tirinya adalah Vanesa Albert. Dia punya dua kakak laki-laki, Ricko Albert dan Nathan Albert. Namun entah kenapa semua keluarganya membencinya. Tapi meskipun begitu, Dwight sangat mencintai semua anggota keluarga. Dwight membuat nasi goreng dan telur gulung untuk sarapan. Selesai membuat ia mengambil bagiannya sendiri untuk dibawa ke kamar, yah dia tak pernah makan satu meja dengan kedua orang tuanya dan kakak-kakaknya. Dia kemudian mandi untuk bersiap ke sekolah. Selesai sarapan ia menggunakan masker untuk menutupi lebam disudut bibirnya. Lebam di sudut matanya akan ia tutupi dengan foundation miliknya. Kulitnya putih jadi ia tidak akan ketahuan jika menggunakan foundation, berbeda jika itu Aeeza yang bahkan tak pernah menyentuh kosmetik barang sedikitpun. Dwight berjalan pelan menuju halte, sampai disana ia melihat ada gadis bertubuh gempal yang duduk sendiri disana, saat netra mereka bertemu, Dwight langsung membungkuk sedikit dan manarik senyum, padahal senyumannya tidak akan terlihat karena dia menggunakan masker.

. . .

Bus terlihat lamban datang, Aeeza menghela nafas begitupula Dwight. Tidak ada yang membuka percakapan, mereka sama-sama bungkam. Tak lama bus yang di tunggu datang dan berhenti di depan mereka, namun Dwight pemuda itu tetap duduk dan menunduk. Aeeza yang tidak tegaan itu menegur Dwight dengan suara bassnya.

"Hei, bus nya sudah datang, ayo!" ajak Aeeza. Dwight terkejut, gadis itu kenapa suaranya besar sekali. Dwight pun hanya kikuk mereka pun masuk ke dalam bus. Aeeza memilih untuk duduk dibelakang dekat kendala. Sedang Dwight berdiri saja, sambil sesekali lihat sekeliling.

Bus akhirnya sampai, Aeeza dan Dwight sama-sama turun, namun menuju gerbang sekolah yang berbeda. Aeeza menatap punggung sempit itu yang berlari masuk ke sekolah seberangnya. Aeeza bergumam, bisa Aeeza pastikan di balik masker itu pasti ada luka yang pemuda itu tutupi. Aeeza menarik ujung bibirnya membentuk senyum tipis. Kemudian beralih menuju gerbang sekolahnya dan bergumam.