Aeeza merasa bahwa ia sangat marah dan hendak menyerang balik. Dia sungguh tidak tahu apa salahnya pada ketiga gadis ini. Terlebih Margarita, yang selalu menatapnya penuh kebencian.
"Lo tahu! Gue enggak suka kalau Lo natap Briana! Lo pikir Lo siapa hah!" bentak Margarita sambil menampar Aeeza kembali. Wajah Aeeza sekarang tambah tak berbentuk, lebam kemarin saja belum hilang ini malah di tambah lagi.
"Ayo kita keluar, gue muak lihat dia lama-lama" ajak Margarita pada kedua temannya.
Aeeza menghela nafas lelah. Badannya sakit banget, tapi entah mengapa gejolak kebencian di hatinya tiba-tiba membara, sedikit energi untuk dia bangkit dan berjalan keluar dari area sekolah. Ini sudah pukul 6 sore. Aeeza berjalan tertatih menuju halte bus depan sekolah.
Saat hendak menuju ke halte, netranya menatap seseorang yang tengah meringkuk di halte sana, dari jaket yang ia pakai itu adalah pemuda tadi pagi. Aeeza berjalan tertatih mendekat, ia duduk agak jauh dari pemuda itu, isakan tangis ia dengar sebelum pemuda itu jatuh pingsan.
Dwight berjalan menunduk menuju kelasnya, masker yang ia pakai menutupi setengah wajahnya.
"Hey!" sapa temannya, Deva.
"D-deva kamu ngapain disini, n-nanti-" Dwight terbata mengatakannya.
"Aishh kenapa? Enggak usah takut aku bakal kena buli karena deketin kamu" kata Deva terkekeh.
"He he aku kamuan kaya orang pacaran" sambung Deva masih sambil Terkekeh. Dwight tanpa alasan ikut terkekeh di balik maskernya. Deva adalah anak donatur terbesar kedua di sekolah elit ini, yang pertama adalah Christopher, seseorang yang suka membulinya, dia juga teman kedua kakaknya. Christopher dan kedua kakaknya berteman karena bisnis orang tua. Dwight menjadi sasaran buli Christopher hanya karena Dwight tak sengaja selalu ada disekitar Christopher dan parahnya bila ia didekat Christopher, dia akan selalu membuat Christopher dalam masalah. Dan lagi ia difitnah oleh kakaknya sendiri, yaitu di fitnah menyukai Christopher. Padahal Dwight tidak tau siapa Christopher, mereka hanya pernah bertemu saat acara olimpiade matematika dulu. Tapi itu terus berlanjut, Christopher dan teman-temannya juga kedua kakaknya akan membulinya habis-habisan dengan kesalahan yang tidak pernah ia perbuat. Kadang Dwight lelah dengan sikap kedua kakaknya yang tak pernah berhenti untuk membulinya. Tak cukupkah mereka berdua menyakitinya dirumah, disekolah pun mereka tidak pernah membuatnya merasa tenang barang sedetikpun.
"Hoy banci!" teriak Levin pada Dwight. Dwight biasa saja, namun yang marah malah Deva.
"Woy dia tuh enggak banci!" teriak balik Deva. Ini malah jadi ajang teriak-teriak di koridor sekolah, untung masih sepi. Dwight meminta Deva untuk tenang. Levin berjalan mendekat kepada mereka berdua.
"Oh bukan banci ya, terus? Cuma cantik aja gitu?" sinis Levin meremehkan. Deva semakin geram menatap wajah songong di depannya.
"Ngapain Lo kesini?" songong balik Deva dengan melotot kearah Levin sambil berjinjit karena tinggi mereka yang berbeda.
"Pendek mah pendek aja, enggak usah jinjit-jinjit begitu" remeh Levin. Deva tambah geram mendengarnya.
"Gue tuh enggak pendek?" nyomot Deva.
"Terus?"
"Cuma enggak tinggi aja." kata Deva sambil menoleh kearah lain.
"Sama aja, ck minggir urusan gue sama si cowok sok cantik ini" kata Levin. Dia mendekat pada Dwight dan mencengkeram dagunya. Cantik banget sial, batin Levin.
"Kenapa Lo pakai masker hah, enggak dandan ya makanya ditutupin?" remeh Levin. Dwight berkaca-kaca sambil berusaha melepaskan cengkeraman Levin.
"Woy lepasin" kata Deva yang juga membantu untuk melepaskan cengkeraman itu. Levin berdecak ia memandang kesal kearah putera tunggal keluarga Adamson itu.
"Lo dipanggil Christ di ruangannya! Cepet kesana sebelum dia marah dan mukul Lo lagi" smirknya pada Dwight kemudian pergi begitu saja. Dwight terkejut mendengarnya, ia sebenarnya tak heran. Bila Christopher memintanya keruangannya pasti dia menyuruh untuk membereskan berkas atau mengerjakan sesuatu.
"Enggak usah kesana, sepupu gue pasti ngerencanain sesuatu." kata Deva yang mencegah Dwight kesana. Dwight juga maunya begitu. Badannya masih sangat sakit akibat ulah kedua kakaknya dirumah yang memukul dan menendangnya. Sekarang dia juga lapar karena belum sarapan.
Kruuyuuuuuukkkk
Dwight memejamkan matanya menahan malu karena perutnya berbunyi cukup nyaring dan membuat Deva tertawa.
"Ha ha ayo ke kantin sarapan bareng. Aku yang teraktir." kata Deva menggenggam tangan Dwight dan membawanya ke kantin. Sekolah belum terlalu ramai, Deva tidak pernah takut di jauhi justru ia malah akan menantang balik. Orang tuanya juga selalu mendukung apapun yang ia lakukan asalkan masih di taraf normal.
"Pesan gih pesan" kata Deva yang juga memesan nasi goreng dan telur gulung.
"Deva maaf tapi aku enggak bawa uang." kata Dwight sambil menunduk.
"Enggak apa Dwight, kan udah gue bilang gue yang teraktir." kata Deva. Sekarang gue elo, tadi aja aku-kamuan. Deva be like, ganti aja takut dikira pacaran. Iyain aja.
Selesai sarapan mereka berdua kejelasan masing-masing iya mereka enggak sekelas. Dwight duduk di bangkunya paling belakang dan duduk sendiri, banyak yang menjauhinya hanya karena dia cowok yang cantik dan pintar. Christopher juga mengatakan kalau ada yang berteman dengannya maka siap-siap saja hidupnya enggak akan tenang disekolah ini. Tapi itu tidak berlaku untuk Deva sepupu Christopher sendiri. Yang ada Christopher akan diceramahi habis-habisan oleh kakeknya jika membuat Deva menangis. Tentu saja air mata Deva didepan sang kakek hanya drama buatan. Christopher memang tak pernah bisa melawan sepupunya itu.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, Dwight hendak ke perpustakaan guna mengembalikkan buku yang ia pinjam. Saat di perjalanan, ia berpapasan dengan Nathan kakak keduanya. Nathan menatapnya penuh kebencian, Dwight hendak berbalik namun tangannya di tarik oleh kakaknya dan di bawa menuju toilet yang jarang di pakai siswa.
"Lo disuruh nemuin Christ malah enggak nurut ya!" bentak Nathan.
"A-ampun K-kak, a-aku l-lupa-" jawab Dwight terbata. Ia ketakutan sekarang. Kakaknya begitu menakutkan dimatanya sekarang.
"Oh lupa, sini gue ingetin" Nathan membenamkan kepala Dwight kedalam ember yang penuh berisi air. Dwight meronta minta di lepaskan. Namun Nathan malah tertawa dan kemudian ia membenturkan kepala Dwight ke didinding toilet. Diwght meringis kesakitan. Nathan hendak meraih tangan Dwight lagi, namun Dwight mendorongnya dan Dwight berlari ketakutan. Kakinya gemetaran. Dan ia menabrak seseorang, sialnya itu adalah Ricko kakak pertamanya yang sekarang tengah menatapnya jijik. Ricko melihat kebelakang dan menatap Nathan yang berlari kearahnya dengan kondisi basah karena terjatuh di toilet tadi.
"Wah sudah berani melawan ya" sinis Adios teman kakak-kakaknya dan geng dari Christopher. Christ tidak ada disini, tapi bukan berarti dia aman. Ada tidak adanya dia akan tetap sama.