Christopher tidak ada diantara mereka. Namun bukan berarti dia aman, justru ada tidaknya dia akan sama saja. Kerah seragam Dwight dicengkeram oleh Adios. Adios meludah tepat di pipi Dwight.
"Jijik banget gue harus lihat wajah Lo yang kaya perempuan ini." kata Adios. Dwight sudah hampir menangis.
"Nangis aja yang Lo bisa dasar lemah!" kata Nathan. Ia benci melihat Dwight menangis, sangat memuakkan.
"Enaknya kita Apain?" tanya Willy pada keempat temannya. Levin menatap buas kearah Dwight.
"Kita cicipi tubuhnya gimana?" semua menatap Levin bingung.
"Lo gilaaa, homo Lo ya!" bentak Adios.
"Aishh gue cuma pengen lihat aja seberapa murahnya cowok ini." smirk Levin. Dwight menggeleng ketakutan.
"Wajahnya aja mulus, gimana dalamnya." kata Levin melecehkan Dwight. Semua bersmirk dan menyetujui Levin begitupun kedua kakak Dwight, Ricko dan Nathan. Dwight meronta, ia tidak mau ia tidak serendah itu, apalagi sampai disentuh para lelaki brengsek ini. Dwight meronta tapi tenaganya kalah.
"Diam bisa enggak sih!" bentak Willy.
"Lo teriak kita pukul!" ancam Ricko. Levin yang tak sabar menarik jaket Dwight hingga lepas dan merobek seragam yang dipakai Dwight. Dwight tak bisa berkata karena mulutnya di tutup oleh dasinya sendiri yang dipakaikan oleh Nathan.
"Wuiihhh adalah cowok semulus ini?" ledek Adios.
"Dia mau jadi cewek tapi keluar malah jadi laki." ejek Nathan, semuanya tertawa. Dwight terus meronta. Karena Dwight terus meronta. Willy memukulnya. Dan saat Adios hendak mencumbunya, Dwight menendang selangkangan Adios. Membuat Adios geram.
"Gue enggak nafsu sumpah! Lo bikin kita muak" mereka memukul habis-habisan Dwight disana, sampai Dwight merasa tidak bergerak, mereka bersmirk dan turun dari lantai itu. Sedangkan Dwight memaksa untuk tetap sadar namun tidak bisa, seketika dunianya gelap.
Dwight terbangun, ia meringis karena luka nya kembali bertambah. ia melihat kebawah, apa yang mereka lakukan, terakhir mereka langsung pergi. Apa dia tidak disentuh oleh mereka? Namun seragamnya sobek, dan dia hanya punya itu, besok bagaimana? Batin Dwight bergejolak. Dia berjalan keluar sebelum itu ia mengenakan jaketnya yang masih aman. Ia berjalan tertatih kedepan dan menutupi wajahnya dengan tudung jaket. Ia duduk di halte sendirian melawan dinginnya angin sore menuju malam. Ia tak sadar bahwa ia terisak mengingat perlakuan buruk orang-orang padanya. Memang apa salahnya memiliki wajah yang cantik, yang penting kan dia lelaki, kan banyak lelaki yang cantik. Tak lama ia merasa pusing karena dia belum makan, sebelum kesadarannya hilang, ia seperti mendengar suara perempuan yang panik. Setelahnya ia tak mendengar apa-apa karena ia jatuh pingsan.
. . .
Dwight tersadar, aroma maskulin menyeruak di indera penciumannya. Warna kamar dominasi dark choco dan monochrome menyapa netranya pertama kali. Kamar ini sangat mewah, berbeda dengan kamarnya yang sempit dan lusuh. Kamar kedua kakaknya tidak seperti ini, jikapun iya tak mungkin mereka berdua membawanya ke kamar mereka.
"Lo udah bangun?" tanya seorang gadis dengan suara bassnya. Ia mendekat. Seperti tahu apa yang ingin dikatakan lelaki itu,
"Gue Aeeza, Lo kemarin pingsan jadi gue bawa kesini karena gue enggak tahu rumah Lo dimana." kata Aeeza sambil sedikit tersenyum. Tampan, batin Dwight. Dwight tersenyum membuat Aeeza membatin, cantik.
"Lo pingsan karena belum makan, ayo sarapan bareng gue di bawah atau gue bawain kesini?" tawar Aeeza. Dwight berusaha bangun untuk duduk. Aeeza membantunya. Ternyata hari sudah pagi, dia tak berangkat sekolah. Bukan itu masalahnya, dia pasti akan dihajar habis-habisan oleh Ibunya karena tidak pulang dan membuat sarapan. Ia menoleh pada Aeeza yang kondis wajahnya tak beda jauh darinya namun kadar tampannya tidak berkurang. Aeeza juga sama saat membantu Bibi membantu Bibinya membersihkan luka di wajah Dwight membuat Aeeza sedikit terpana karena cantiknya Dwight.
"Ngerepotin kamu, oh ya Aeeza nama aku Dwight." kata Dwight memperkenalkan diri.
"Lo cantik," kata Aeeza frontal. Dwight tersipu, baru kali ini ia mendengar seseorang selain Deva yang mengatakan bahwa ia cantik dengan tulus.
"Kamu juga t-tampan." kata Dwight malu-malu. Aeeza mengangguk tapi sedetik kemudian ia terkejut, membuat Dwight juga ikut terkejut.
"A-apa t-tapi gue perempuan" kata Aeeza. Dwight terkejut ia kira Aeeza lelaki.
"Ma-maaf s-saya k-kira kamu lelaki" katanya. Aeeza tersipu tapi mana kelihatan kulitnya tidak seputih Dwight.
"Ayo makan mau gue bawain kemari atau bagaimana?" tanya Aeeza.
"Saya yang kebawah saja" kata Dwight. Aeeza membantu Dwight turun. Dwight menoleh kesana-kemari melihat betapa mewahnya rumah Aeeza, rumahnya juga mewah tapi tidak semewah ini.
"Biasa aja kali lihatnya" kata Aeeza sambil terkekeh. Dwight menunduk malu.
"Silahkan duduk nona-nona." Kata Bibi, Aeeza menahan tawanya. Sedangkan Dwight meringis.
"Saya lelaki Bu" katanya. Sang Bibi pun terkejut.
"Eh masa sih, wah nona saya ini tampan dan tuan ini cantik, apa jiwa kalian tertukar?" frontal Bibi. Aeeza hanya menggelengkan kepalanya mendengar Bibi sang asisten rumah tangga mulai melantur lagi. Dwight hanya menatap makanan mewah didepannya. Ia tak pernah dibawa ke luar untuk mencicipi masakan barat seperti ini, ia hanya akan makan makanan sisa dirumah. Aeeza dan Bibi bingung melihat Dwight yang hanya diam saja.
"Makanannya enggak cocok sama Tuan Muda ya?" tanya sang Bibi. Dwight langsung menggeleng.
"Kalau begitu ayo makan, atau Lo enggak terbiasa makan berat ya, ha ha" tawa Aeeza. Bibinya ikut tersenyum.
"Enak kok sarapan pakai makan berat begini, biar tambah gemuk. Lihat tuh badanmu kurus kering." kata Aeeza. Dwight akhirnya mengambil beberapa saja, padahal sebenarnya dia ingin memakan semuanya mencicipi semuanya. Aeeza yang dapat menangkap raut keinginan Dwight berbadan basi mengambil seluruh lauk dengan dalih meminta Dwight untuk ikut mencoba. Bisa Aeeza tangkap raut senang di mata Dwight. Aeeza berfikir setelah melihat wajah lebam di wajah Dwight, dia pasti mengalami hal yang sama kan disekolahnya. Aeeza akan mendekati Dwight dan menjadi temannya. Karena Aeeza pikir Dwight sama terlukanya seperti dia.
Selesai sarapan, Dwight bingung ia takut pulang tapi ia harus pulang. Tapi ia benar-benar takut dengan Ibunya yang pasti sudah marah besar.
"Dwight melamun saja, ini jus semangka semoga Lo suka" kata Aeeza yang kemudian duduk di sofanya.
"Aeeza, saya harus pulang. Ibuku pasti mencariku." kata Dwight.
"Benar juga, ayo gue anterin." tawar Aeeza.
"Enggak, biar saya saja. Saya bisa pulang sendiri." kata Dwight.
"Lo hafal perumahan gue emang?" ledek Aeeza. Dwight berfikir, benar juga ya dilihat dari luar kebanyakan rumah adalah rumah mewah ini pasti kawasan elit terkemuka.
"Ayo buruan naik." ajak Aeeza pada Dwight yang melongo kearahnya.