Amel dan Arman kembali ke ruko, tapi Amel hanya mengantarkan Arman sampai depan ruko. Mereka saling melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Dari mana Lo?" tanya Danang.
"Dari cafe sebelah," jawab Arman.
"Kenapa tadi Amel datang kok kayak mau nangis?" tanya Angga.
"Dia di datengin sama Bunga!" jawab Arman
"Bunga? Cari penyakit itu anak!" Angga terlihat kesal.
"Sudahlah itu urusan gue, ntar gue kasih pelajaran itu anak." Arman menenangkan kedua sahabatnya. Tapi diam-diam Angga tidak terima karena bunga menemui Amel dan membuatnya sedih.
***
Malam tiba, Arman menutup ruko dan pulang bersama sahabatnya, namun sesampainya di rumah Arman pamit pergi untuk mencari makanan padahal waktu di jalan Arman sempat di tanyai untuk membeli makan, tapi dia menolak dia ingin segera sampai rumah.
"Lah tadi katanya nggak mau makan?" tanya Danang.
"Tiba-tiba lapar, tadi di depan gang kayak ada yang jualan. Lo mau nggak?" tanya Arman.
"Boleh deh," jawab Danang.
"Lo, Ngga?" Arman beralih kepada Angga.
"Nggak deh, gue nanti pulang dulu!" tolak Angga.
"Oke," Arman dengan motornya keluar dan memesan lontong keliling itu namun dia tinggal sebentar.
"Pak saya lontong dua ya, saya tinggal dulu sebentar," ucap Arman.
"Siap mas Arman," sahut pedagang lontong itu.
Arman ternyata bertemu dengan Bunga di sebuah jalan yang agak sepi.
"Kenapa, Man?" tanya Bunga saat Arman berhenti di depannya dan mematikan motornya.
"Lo ngomong apa sama Amel?" tanya Arman dengan nada wajar.
"Oh dia ngadu!" Amel tersenyum sinis.
"Lo ngomong apa?" tanya Arman dengan nada membentak.
"Gue cuma ingetin kalau nggak seharusnya dia dekat-dekat dengan pacar orang," jawab Bunga seakan tidak memiliki salah.
"Kita sudah putus! sekali lagi Lo datangi dia Lo berurusan dengan gue!" ancam Arman.
"Lo siapanya? Segitunya Lo belain dia?" tanya bunga dengan nada mengejek.
"Siapa gue nggak penting, tapi Lo sudah melibatkan orang lain dalam masalah kita." Arman menahan diri agar tidak emosi.
"Lo yang bawa dia masuk dalam hubungan kita," sangkal Bunga.
"Iya gue, karena gue suka sama dia dan sekarang dia jadi pacar gue, PAHAM!" Arman menatap tajam ke arah bunga.
"Lo bohong, dia saja bilang kalau ngga punya hubungan sama Lo," ungkap Bunga dengan nada mulai bergetar.
"Terserah Lo mau percaya atau tidak! Yang jelas jangan coba-coba ganggu dia lagi." Arman menyalakan mesin motornya dan segera pulang.
Arman mengambil lontongnya dan segera menuju rumahnya. Dia bersikap tidak terjadi apa-apa di depan kedua sahabatnya.
"Ngga, Lo makan dulu." Arman menyerahkan dua bungkus lontong kepada dua sahabatnya.
"Nggak, Lo makan aja," tolak Angga.
"Gue sudah tadi," jawab Arman.
"Pantes Lo lama," sahut Danang.
"Iya! Makan gih."
Arman tidak napsu makan karena melihat Bunga seakan tidak memiliki salah terhadap Amel. Dia yang awalnya tidak ingin membenci Bunga kini merasa setiap ingat wajahnya hanya rasa benci dan membuatnya emosi.
Setelah menyantap lontong bersama Danang, Angga pamit pulang karena besok dia harus bertemu dengan salah satu kliennya.
***
Bunga diam-diam berteman dengan kakaknya Amel, Bunga segera menghubungi kakaknya Amel. Rasa benci dan tamak kini menyelimuti hati Bunga walaupun perjodohannya telah di batalkan Arman tetap tidak menerimanya. Bukan pada Bunga letak kesalahannya melainkan Arman membenci kedua orang tua Bunga.
Siska adalah kakak Amel, dia berbeda dengan Amel. Siska hampir setiap hari keluar dengan temannya sekolah dia di tempat elit dulunya, sedangkan Amel sempat di pondok pesantren waktu SMP namun karena ibunya sakit SMA dia sekolah di umum.
Usaha es yang di jaga oleh Amel adalah usaha Siska dengan temannya, karena Siska tidak mengurus bisnis itu dengan baik. Amel tidak ingin uang yang telah di keluarkan oleh ayahnya sia-sia begitu saja. Dia mengalah untuk tetap menjaga kios itu. Awalnya Amel mengatakan jika Amel menjaga usaha itu dengan kakaknya. Tapi Budi segera mengetahui bahwa sebenarnya Siska tidak pernah mengurus usaha itu. Sehingga Budi menghentikan usaha itu.
Bunga mulai berteman dengan Siska karena dia mengetahui siska kakak dari Amel. Hal itu di ketahui saat dia membuntuti Amel. Bahkan dia ingin menghancurkan usaha Arman. Dia mengira bahwa ruko itu di sewa oleh Arman karena pemilik ruko itu adalah ayah dari Amel.
Sementara itu, Amel mulai menghubungi Arman melalui pesan WhatsApp.
"Assalamualaikum," tulisnya dalam pesan yang di kirimkan kepada Arman.
"Wa'alaikumsalam," jawab Arman.
"Mas, maaf sebelumnya. jika boleh saya kasih saran. Jangan lakukan apapun dengan mbak Bunga. Saya takut rasa bencinya semakin menjadi," balas Amel.
"Kamu nggak perlu khawatir, mulai sekarang kamu menjadi tanggung jawab saya," tulis Arman.
"Tapi mas, mbak Bunga masih suka sama mas Arman, jadi wajar kalau begitu sikapnya!" pesan Amel.
"Kamu tidur saja, sudah malam nggak usah mikirin kejadian tadi siang," tulis Arman.
"Baik, mas. Assalamualaikum," Amel mengucapkan salam tanda penutup pesannya.
"Wa'alaikumsalam," balas Arman di baca oleh Amel tanpa di balas.
Arman antara harus bahagia atau tidak atas hubungan barunya dengan Amel. Di lain sisi dia senang karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi di sisi lain Arman takut kalau hubungannya membahayakan Amel karena hubungan masa lalunya masih menghantuinya.
"Gue harus jaga Amel," batin Arman dengan tekat besar.
"Gue sudah memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya dia tanggung jawabku." Arman membulatkan tekatnya
Jarum jam menunjukkan pukul 00:00 Arman menoleh ke arah Danang sudah terlelap. Arman segera meletakan ponselnya di atas kepala dan memejamkan matanya. Berharap esok hari tidak ada masalah muncul di kehidupannya lagi.
***
Sedangkan Angga yang masih terjaga, mencoba menghubungi Amel namun tidak ada jawaban. Angga mengira Amel benar-benar masih bersedih. Angga memutuskan menghubungi Bunga. nampak di layar ponselnya nomor Bunga sedang online. Segera Angga mengirim pesan kepada Bunga.
"Bunga, Lo masih belum tidur kan?" tulisnya.
Walaupun statusnya online Bunga tidak langsung membaca pesan dari Angga. Angga segera mengirim pesan kedua.
"Bunga gue mau bicara sama Lo," tulisnya lagi
"Apa sih malam-malam, menggangu saja!" balas Bunga.
"Gue mau bicara sama Lo," jawab Angga.
"Besok saja sih, ini sudah malam." Bunga menolak ajakan Angga.
"Oke besok gue tunggu Lo di taman jam 10:00," pesan Angga.
"Ya kalau gue ingat dan nggak sibuk ya!" balas Bunga seakan meremehkan Angga.
"LO HARUS DATANG!" Angga menulis dengan tegas.
"Iya-iya, mau ngomong apa? Penting banget kah?" tanya Bunga.
"Datang saja besok!"
"Oke!"
Percakapan mereka berakhir dan bunga tidak terlalu memikirkan tentang Angga. Sedangkan Angga memikirkan keadaan Amel. hanya saja dia tidak bisa memperlihatkan di depan sahabatnya. terlebih dia merasakan sakit hati saat melihat Amel menarik tangan Arman. apalagi mereka sempat berboncengan. Angga akhirnya terlelap dengan ponsel masih berada di atas dadanya.