Chereads / Cinta dan kasta. / Chapter 19 - TEMPAT USAHA BARU

Chapter 19 - TEMPAT USAHA BARU

Danang menginap di rumah Arman. Karena mereka kini sama-sama tidak memiliki siapapun. Bedanya Danang masing memiliki om atau tante di sekitaran rumahnya. sedangkan Arman kini benar-benar sendiri.

Berita yang warisan sudah tersebar kemana-mana. hanya saja tidak ada yang percaya dengan berita itu. karena jika di lihat dari kehidupan Arman dan ibunya sebelumnya hanya rumah itu yang mereka miliki. Arman bersyukur jika tidak ada orang yang percaya dengan berita itu.

***

Keesokan harinya Arman datang ke makan ibunya, dia meluapkan segalanya di atas makam ibunya. tanpa sengaja Bunga melihat Arman yang duduk bersimpuh di samping makam ibunya.

"Man!" panggil Bunga. Arman segera menoleh dan mengusap air matanya.

"Kenapa?" tanya Arman.

"Bisa tidak setelah dari makam kita bicara dulu?" tanya Bunga.

"Aku mau bekerja," jawab Arman dengan ketus.

"Sebentar aja..." Bunga memohon kepada Arman.

"Nggak bisa!" Arman menghempaskan tangan bunga yang memegang bahunya.

Arman pergi meninggalkan bunga. namun Bunga segera mengejar Arman.

"Man! Aku nggak jadi nikah." ucapan Bunga berhasil menghentikan langkah Arman. Bunga dengan senang segera berlari ke arah Arman.

"Tidak ada urusannya denganku, mau kamu nikah atau tidak bukan urusan ku," kata Arman dengan ketus saat bunga baru saja sampai di hadapannya. dan Arman memilih pergi meninggalkan Bunga begitu saja.

Kaki bunga lemas seketika melihat amarah yang terpancar dari wajah laki-laki yang dia cintai dan dia perjuangkan.

Sedangkan Arman berjalan semakin menjauh tanpa menoleh lagi kearah bunga yang mematung di depan makam.

Semenjak saat itu Bunga tidak lagi menghubungi Arman atau mengejar Arman. Dia memilih mengikuti keinginan ayahnya tentang usaha barunya.

***

Hari-hari terakhir di stand hampir saja usai. Arman, Angga dan Danang membantu Arman mulai pindahan ke ruko. Beberapa peralatan mereka beli untuk mengisi ruko. Bahkan beberapa malam terakhir mereka setiap pulang dari stand selalu memasang beberapa interior di dalam ruko.

Hingga akhirnya mencapai h-2 mereka telah menyelesaikan semua interior dan beberapa perlengkapan masak di dalam ruko. hanya kurang bahan-bahan saja. Bahkan Arman telah membeli kulkas baru untuk meletakan minuman dingin dan beberapa bahan keban dan burger.

"Man, Lo butuh karyawan kah?" tanya Angga di sela-sela mereka istirahat di dalam ruko.

"Enggak dulu, kita belum tahu seberapa ramaikah wilayah ini," jawab Arman.

"Ya sudah, sementara waktu Danang saja yang membantumu. Aku kembali mengurus bisnis properti ku."

"Oke!" Arman mengacungkan jempol ke arah Angga.

Disaat Arman dan Angga berbicara, Danang malah tertidur dengan pulasnya di karpet yang mereka gunakan untuk istirahat. Arman dan Angga ikut merebahkan badannya. namun lama-lama mata mereka juga terpejam.

Suara adzan berkumandang, Arman dan kedua sahabatnya terbangun dan melihat jam tangannya menunjukkan pukul 03:45. Seketika dia membangun kan sahabatnya.

"Ngga! Angga!"

"Nang! Danang! sudah subuh nih," ucap Arman dan menggoyangkan tubuh kedua sahabatnya.

"Huuuuuaaaamm" Angga menggeliat dan menguap. sedangkan Danang seperti biasa dia susah untuk di bangunkan jika subuh.

Arman menggunakan jurus jitu untuk membangunkan Danang. Dia menekan hidung Danang hitungan detik dia akan bangun.

"Lo apaan sih, masih malam ini loh," protes Danang.

"Malam apanya! Subuh nih. Kita juga tidur di ruko," jelas Arman.

"Ha! Kok bisa?" tanya Danang sembari mengumpulkan nyawanya.

"Noh lihat," Arman menunjuk jam yang ada di ruko.

Danang mengusap wajahnya dan mengucek ke dua matanya. Dia mulai melihat sekelilingnya.

"Lah kok beneran di ruko," ucap Danang.

"Jangan banyak omong. Ayo mandi, wudhu dan sholat."

"Angga mana?" tanya Danang.

"Mandi!" jawab Arman.

Setelah selesai mandi semua mereka semua menuju masjid yang tak jauh dari ruko baru Arman.

***

Selsai sholat Arman dan Danang pulang kerumahnya masing-masing. Sedangkan Angga kembali dengan aktivitasnya menjadi pebisnis properti.

Angga sejak kuliah sudah mendalami bisnis tersebut, hingga dia mendapatkan dukungan dari ayahnya. Dia menolak meneruskan menjaga toko mebel milik Agus. lantaran dia ingin menjadi arsitek. namun dia belum bisa mencapai cita-cita nya tersebut.

Hari ini Arman dan Danang mengendarai motornya menuju mall tempat mereka berjualan. Danang dengan gesit menata setiap sudut stand sebelum membuka kedainya. namun pandangan Danang tertuju kepada segerombolan gadis yang berjalan di depan kedainya.

"Man!" panggil Danang.

"Ya!" sahut Arman tanpa menoleh ke arah Danang.

"Lihat!" ucap Danang.

"Apa sih?" tanya Arman dengan nada kesal.

"Liat tuh," kata Danang sambil mengarahkan telunjuknya ke gerombolan gadis itu dan Arman melihat arahan Danang. Dia melihat sosok gadis yanga tak asing baginya.

"BUNGA!" ucap mereka berdua bersama saat salah satu gadis berbalik dan nampak wajahnya.

"Lah kenapa bunga jadi begitu," ucap Danang dengan heran.

"Sudahlah bukan urusan kita," sahut Arman dengan cuek dan acuh tak acuh. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya. Dan sesekali dia melirik kearah stand milik Amel.

Danang ikut melanjutkan pekerjaannya. Danang mulai mengisi saus dan mayones di dalam botol. Sedangkan Arman mengiris sayuran dan meyiapkan daging dan sosis untuk isian. Kebab dan Burger.

Saat Arman dan Danang sedang sibuk, Amel datang dan menyapa Danang. "Selamat pagi mas Danang!" sapa Amel.

"Eh Amel, pagi Amel. Sudah datang ya," sahut Danang. Amel membalas dengan senyuman ramah namun matanya melirik ke arah Arman. Dia ingin sekali menyapa Arman namun Arman tidak bergeming sama sekali saat mendengar suara Amel. Bahkan tidak menoleh sedikitpun.

"Mas Angga nggak ikut, Mas?" tanya Amel kepada Danang.

"Tidak! Dia sudah mulai bekerja lagi," jawab Danang.

Mendengar Amel menanyakan Angga tiba-tiba tangan Arman bergetar. Jantungnya berdegup kencang bahkan tanpa alasan dia kesal mendengar Amel menanyakan Angga.

"Oh, jadi nggak ketemu lagi dong. Padahal kita di sini tinggal dua hari ya mas," ucap Amel.

"Nanti juga kesini kok. Kan kita mau pindahan ke ruko bapak kamu," ungkap Danang.

"Kalau boleh tahu ruko ayahku yang dimana, Mas?" tanya Amel.

Danang mengehentikan pekerjanya dan menoleh ke arah Amel.

"Yang itu loh, depannya SMA sama SMP itu." Danang keasikan ngobrol dengan Amel. sedangkan Arman semakin kesal mendengar mereka berbicara.

"Nang! Lanjutin ini," ucap Arman dengan kesal dan menyodorkan sayuran selada ke hadapan Danang.

"Lo mau kemana?" tanya Danang.

"Ke toilet," jawab Arman dengan ketus dan segera berjalan cepat menuju toilet.

Danang dan Amel tidak menghiraukan Arman, mereka kembali bekerja dengan tugas masing-masing. Sedangkan Arman yang sampai di toilet menghadap ke cermin besar yang ada di dalam toilet. Dia menatap tajam dirinya. Bahkan dia mengambil napas panjang untuk meredakan detak jantungnya yang berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Dia membasuh mukanya dan membasahi rambutnya yang bagian depan. Berharap suasana hatinya kembali normal. tanpa alasan dia kesal mendengar Amel berbicara akrab dengan Danang.