Chereads / Cinta dan kasta. / Chapter 25 - SALING PEDULI

Chapter 25 - SALING PEDULI

Setelah melakukan sholat Jumat Arman dan Danang tidak langsung kembali ke ruko. Mereka mencari warung untuk makan siang. Arman dan Danang melihat beberapa pedagang nasi Padang dan warung lainnya. namun pilihannya jatuh kepada bakso lontong. saat Arman dan Danang sedang menyantap bakso kikil di depannya. Dia melihat Bunga berbicara dengan seorang wanita yang mirip dengan wanita yang tadi membuat masalah di tempat Arman di seberang jalan.

"Lo juga lihat kan?" bisik Danang kepada Arman yang menatap tajam ke arah Bunga.

"Iya!" jawab Arman dengan dingin.

"Lo mikir yang sama kayak gue nggak?" tanya Danang.

"Entah! Gue mencoba berfikir positif bahwa mereka mungkin saling kenal." Arman mengalihkan pandangannya ke bakso yang masih panas di depannya.

Danang hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. saat Arman selesai makan dia menoleh kembali ke arah bunga ternyata mereka sudah pergi. Hati Arman merasa ada yang aneh dengan bunga namun dia berusaha tidak berburuk sangka. Begitu pula dengan Danang. dia orang pertama yang merasa aneh dengan sikap Bunga setelah putus dengan Arman.

***

Setelah makan siang Arman kembali ke ruko dan nampak beberapa motor terparkir di depan rukonya. karena siang itu tiba-tiba grimis turun, membuat beberapa orang berlarian untuk berteduh. salah satunya di depan ruko Arman. Arman tidak pernah mempermasalahkan hal kecil seperti ituu. beberapa dari mereka memang sengaja untuk menunggu pemilik KnB PATI buka.

Greeeeekkkkk.....

Suara rolling door terbuka. Arman dan Danang di serbu para anak muda yang masih membawa tas ransel di punggungnya. nampaknya mereka sengaja tidak langsung pulang saat Bell sekolah berbunyi.

"Kak, aku mau kebab Mozarellanya satu. atas nama Nella."

"Aku juga kak! Santi."

"Aku burger kak! Dian." Mereka menyebut nama mereka agar saat pesanan jadi Arman maupun Danang gampang memanggilnya.

Suara mereka bersautan untuk pesan kepada Danang. Dengan cekatan Danang menulis semua pesanan. dan Arman masih menyalakan kompor agar panggangannya panas terlebih dahulu.

Pembeli duduk di kursi yang kosong untuk menunggu pesanan masing-masing jadi.

"Man, Lo tadi nggak jadi beli kantong kresek?" tanya Danang yang memegang beberapa lembar kantong kresee.

"Astaga! aku lupa!" Arman menepuk dahinya.

"Lah ini gimana? Sudah ramai loh?" tanya Danang yang mulai panaik.

"Lo keluar dulu deh, biar gue yang handle di sini," jawab Arman.

"Lah! Lo bisa semua sendiri. Masalahnya gue juga belom hafal daerah sini tokonya sebelah mana."

"Udah, nggak apa-apa." Arman meyakinkan Danang.

Mereka berdebat tanpa sadar ada sepasang telinga yang mendengarnya.

"Aku aja yang beli," sahut suara wanita.

"Amel!" sahut Danang dan Arman bersaaman.

"Iya! Aku aja yang beli. Mana contohnya." Amel meminta contoh kepada Danang.

"Beneran nggak apa-apa?" tanya Danang yang sama juga ada di pikiran Arman.

"Nggak apa-apa mas. Lagian aku juga mau pesan lima kebab dari pada aku nunggu lama mending aku beli kantong kreseknya. Apa lagi mas Danang belum hafal daerah sini kan," kata Amel dengan wajah yang sumringah.

"Terima kasih," ucap Danang dan di ikuti oleh senyuman Arman.

"Ini uangnya!" Danang memberikan beberapa lembar uang. namun Amel tidak mengambilnya dan malah pergi begitu saja.

Amel yang sepanjang jalan membayangkan senyuman Arman membuatnya merasa terbang di atas awan. Bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.

Amel membelokan setir motornya dan segera mengendalikan dirinya. Ia segera masuk dalam sebuah toko kecil yang tak jauh dari ruko Arman.

"Kak ada kantong seperti ini?" tanya Amel seraya menunjukkan contoh kantong yang dia bawa tadi.

"Oh ada kak, mau berapa?" tanya penjaga toko tersebut.

"Empat kak," Jawa Amel.

Penjaga toko segera mengambil kantong yang di inginkan oleh Amel.

"Ini kak!" penjaga toko itu memberikan kantong tersebut kepada Amel.

"Berapa?" tanya Amel.

"Empat puluh ribu," jawab penjaga toko itu. Amel segera memberikan satu lembar uang lima puluh ribu. dan segera pergi setelah mendapatkan kembaliannya.

Amel berlalu dan meninggalkan toko tersebut. tak butuh waktu lama Amel sampai di ruko Arman. Arman dan Danang terkejut melihat ambil kembali dengan cepat.

"Loh! Lu sudah balik?" tanya Danang saat Amel masuk kedalam ruko.

"Sudah! Nih!" Amel memberikan kantong kresek tersebut kepada Danang. Walaupun dia sedang berbicara dengan dandang namun diam-diam Amel melirik kearah Arman.

"Terima kasih ya!" Danang ingin mengganti uang yang digunakan untuk membeli kantong kresek tersebut.

"Apa sih? Nggak usah!" Amel menolak uang dari Danang.

"Yakin nih?" tanya Danang.

"Iya," jawab Amel dengan menganggukan pelan.

"Terima kasih, Amel." Danang merasa senang dengan kepribadian Amel.

"Punya gue masih lama?" tanya Amel seraya menatap wajah Arman.

"Enggak! Sebentar lagi kok," jawab Arman.

Amel mengangguk dan pergi mencari tempat duduk untuk menunggu pesanannya jadi.

Beberapa saat kemudian Danang memanggil pembelinya.

"DIAN! Burger pedas," teriak Danang untuk memanggil pemilik pesanan tersebut.

"AMEL! Lima kebab Mozarella!" kini giliran Amel.

Amel berdiri dan menuju sumber suara yaitu Danang. Ama menyodorkan satu lembar uang lima puluh ribu, namun matanya tetap melirik kearah Arman.

"Terima kasih," ucapkan Danang.

"Sama-sama, gue pergi dulu ya!" Amel pamitan kali ini Arman menatap ke arahnya dan saling tersenyum satu sama lain.

Hati Amel benar-benar senang hari ini. Bahkan seandainya ruko tersebut sepi dia ingin sekali berteriak untuk meluapkan kesenangannya. Sepanjang jalan tidak berhenti untuk senyum. Arman benar-benar menguasai hati dan otak amel. begitu pula dengan Arman, diam-diam dia juga senang karena kedatangan Amel. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat bahkan dia berusaha mengendalikan bibirnya yang ingin tersenyum. Danang diam-diam juga mengamati gerak-gerik Arman.

"Lo kenapa?" tanya Danang dengan wajah yang curiga.

"apaan?" Arman dengan pertanyaan Danang.

"Lo kayaknya sedang nyembunyiin sesuatu!" Danang menatap tajam kearah Arman membuat Arman salah tingkah.

"Enggak ada," sahut Arman dengan wajah malu malu.

"Tapi....." Baru saja Danang ingin protes tiba-tiba pelanggan datang dan berdiri di depan meja Danang.

"Silakan kak!" sapa Danang kepada pelanggannya dan hentikan percakapannya dengan Arman.

Sementara Danang melayani pelanggan. Arman mengucap mengusap wajahnya agar tidak terlihat canggung atau salah tingkah. Walaupun sebenarnya masih wajah Amel juga memenuhinya pikirannya.

Hingga detik ini Arman masih kalau mengetahui sejak kapan dia menyukai Amel. Yang dia tahu dan dia rasakan adalah dia merasa tidak senang jika Amel terlalu akrab dengan orang lain. namun dia juga belum tahu bahwa sebenarnya Amel memiliki rasa yang sama kepada dirinya. Terlebih dia mengetahui sikap Budi kepada Angga sangatlah berbeda. Arman tidak ingin ingin mendekati terlebih dahulu jika pada akhirnya Amel bersama Angga. Arman memilih memendam dalam-dalam perasaannya terlebih dahulu. Karena dia juga tidak ingin merusak persahabatannya dengan angga.

Hari itu ia lewati dengan lancar seperti hari-hari sebelumnya. Hanya saja hatinya lebih gembira dari pada hari sebelumnya karena kedatangan Amel. Arman dan Danang pulang pukul 21:00 dengan mengendarai motor Arman. Dan malam itu juga Danang tidur di rumah Arman.