Delvin menoleh ke arah Andi yang tengah menatapnya dengan mata tajamnya. Ia menyunggingkan senyum tipis.
"Lo tau, gue hanya bisa melamun tentang Ilona saja," ucap Delvin dengan senyum yang melengkung indah pada bibirnya.
Andi langsung menjatuhkan tubuhnya di atas sofa empuk yang saat ini tengah ia duduki. "Hadeh! Ilona dan Ilona, seperti kehabisan seorang perempuan saja di dunia ini," gerutu Andi.
Delvin mengabaikan apa yang dikatakan oleh Andi barusan. Ini tentang hatinya yang sudah penuh untuk memuja satu nama, dan itu hanya Ilona. Tidak ada satu orang pun yang bisa menggantikannya.
Meskipun mereka saling berlomba untuk mendapatkan hati seorang Delvin, tapi tetap saja pemenangnya adalah Ilona.
"Mendingan lo tidur sana!" Andi menyuruh Delvin untuk melanjutkan kembali tidurnya. "Ketimbang terlalu banyak menghalu seseorang yang tidak ada di sini."
