Chereads / Apakah Kita Bisa Menyatu? / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

Kenzo menatap Delvin dengan tatapan tajam. ia merasa heran dengan lelaki yang merupakan kekasih dari Ilona, kenapa baru kelihatan sekarang?

Delvin menatap Kenzo lesu. "Aku mau memastikan ini Ilona apa bukan, Kak?"

Kenzo menarik napasnya dalam-dalam. Bukan Delvin saja yang tidak menyangka jika ini akan terjadi, melainkan seluruh anggota keluarganya pun tidak berbeda jauh.

"Itu benar Ilona--adikku." Kenzo berbicara dengan tegas.

Delvin menatap Ilona yang masih memejamkan matanya. Berharap jika mata indah itu segera terbuka, tapi sayangnya itu hanya sebuah harapan.

Ilona tak kunjung membuka mata, tetap tertidur dengan sangat nyenyak hingga lupa untuk terbangun. Keadaannya yang seperti ini, sangat membuat semua orang yang mencintainnya begitu terpukul.

"Ilo ... kamu kapan bangun?" Delvin meraih tangan Ilona dan mulai menciumnya.

Semua perlakuan Delvin tidak luput dari pandangan Kenzo. Ia tidak bisa melarang sama sekali, karena sepengetahuanya itu adalah sepasang kekasih dan ia tidak punya hak untuk mengacau.

Kenzo berjalan ke arah kursi sofa yang ada di bagian sudut ruang rawat ini. Menjatuhkan tubuhnya untuk melihat sepasang kekasih, tapi dengan keadaan yang berbeda.

"Vin," panggil Kenzo tegas.

Delvin segera menoleh ke arah Kenzo yang tengah duduk santai, dan terlihat kepenatan di wajahnya.

"Iya, kenapa, Kak?" Delvin bertanya dan belum kunjung beranjak dari tempat berdirinya di samping Ilona tersebut.

Kenzo menepuk bagian kursi yang kosong, dan bermaksud untuk Delvin duduki. Ia ingin berbicara hal yang sangat penting bersama lelaki yang begitu dicintai oleh adiknya tersebut.

"Kamu sini duduk sama Kakak, mau bicara hal yang penting sekarang."

"Sebentar, Kak."

Delvin berjalan menuju ke tempat Kenzo duduk. Bagian sudut ruang rawat itu, terdapat satu buah kursi sofa dan ia duduk di sana, berdampingan sebelah lelaki yang merupakan kakak dari mantan kekasihnya itu.

Kenzo menunggu Delvin dengan tubuh yang menyandar pada kursi tersebut. Mencari sedikit kenyamanan untuk tubuhnya yang terasa sangat pegal.

"Mau bicara sama aku ya, Kak? Tentang apa?"

Kenzo mengangguk dan menatap Delvin serius.

"Apa kamu masih menjadi kekasih Ilona?"

Delvin dengan lemah menggeleng. Ingin rasanya bilang jika ia masih menjadi kekasih dari Ilona, tapi itu di luar kenyataannya sekarang ini.

Delvin sekarang bukan lagi kekasih dari Ilona, itulah kenyataan sesungguhnya.

"Kami berdua sudah putus, Kak," lirih Delvin yang menundukkan wajahnya.

"Putus? Kapan itu?" Kenzo spontan berteriak karena rasa terkejutnya.

Saat melihat ini masih berada di rumah sakit, bahkan berada di dalam ruang rawat, Kenzo menutup mulutnya.

"Sebelum Ilona kecelakaan, Kak." Delvin menarik napas dalam-dalam, rasanya untuk berucap begitu saja pun berat sekali.

"Apa kamu mengetahui kecelakaan, Ilo?"

Delvin menjelaskan secara detail pada Kenzo yang menyimaknya dengan sangat baik. Ia mulai menceritakan apa yang diketahuinya saat itu, dan betapa terkejutnya saat mendengar atas nama mantan kekasihnya.

Kenzo sesekali mengangguk, dan menjadi pendengar yang baik saat Delvin bercerita. Sangat disayangkan juga, jika hubungan mereka yang sudah lama terjalin, kini kandas.

"Sebenarnya, aku sendiri tidak mengetahui secara langsung jika Ilo kecelakaan, Kak. Waktu hendak pulang, melihat mobil yang sudah ringsek, dan melihat platnya, sangat kaget kalau itu adalah milik Ilo."

"Sudahlah, yang terpenting sekarang adalah ... kamu mendoakan Ilona agar cepat siuman." Kenzo memutuskan dengan sangat bijak.

Iya, memang seperti inilah. Jika belum jodohnya, maka sekeras apa pun mencoba bertahan tetap saja akan terberai pada akhirnya.

Kenzo dengan bijak, tidak begitu mempermasalahkan apa yang terjadi dengan hubungan adiknya. Ia hanya butuh doa yang terbaik, agar Ilona bisa secepatnya pulih.

"Iya, kalau untuk itu pasti." Delvin berucap hal itu, dan segera beranjak dari tempat duduknya.

Delvin tidak enak hati jika berlama-lama ada di ruangan ini, sedangkan ia bukan lagi siapa-siapa. Hanya sebatas mantan saja, dan itu yang membuatnya kurang nyaman.

"Kak, aku permisi dulu ya, mau pulang sekarang," pamit Delvin yang berjabat tangan dengan Kenzo.

Kenzo mengangguk. "Ya sudah, hati-hati pulangnya."

"Siap, Kak."

Delvin beranjak untuk pergi dari hadapan Kenzo. Ia ingin pulang ke rumah secepatnya, sebelum nanti dicurigai oleh Nikita--ibunya.

Sesampainya, di pintu ruang rawat, Delvin melihat Kenzi yang berjalan ke arahnya.

"Wah! Ada Delvin nih, abis nengok Ilo, ya?" tegur Kenzi dengan senyum cerah menyambut Delvin.

Delvin ikutan tersenyum saat disapa oleh Kenzi. "Iya, Kak."

"Udah mau pulang, Vin?"

"Iya, tadi udah cukup lama Kak jenguknya."

"Okey deh, hati-hati pulangnya."

Kenzi menepuk pundak dari Delvin pelan. Senyumnya masih mengembang di bibir, dan berubah saat mulai masuk ke dalam ruangan Ilona.

Mungkin itu yang biasa disebut dengan berpura terlihat baik-baik saja di hadapan semua orang, tapi ketika tengah sendiri itu semua tidak akan mampu dilakukan lagi.

Kenzi masuk ke ruangan tersebut, dan menghampiri Ilona yang masih sangat nyaman sekali memejamkan matanyaa, sedangkan ia sangat ingin sekali untuk mendengar celotehannya saat ini.

Ah, ini yang biasa disebut orang-orang tentang rindu.

"Kak, gimana keadaan Ilo?" tanya Kenzi pada Kenzo yang duduk dengan mata terpejam.

"Masih seperti itu, belum ada perkembangan sama sekali."

"Oh, Tuhan. Apa kamu tidak berpikir untuk memindahkan Ilona ke rumah sakit yang lebih besar saja, Kak?" usul Kenzi mengingat kondisi Ilona yang belum kunjung sadar juga.

Kenzo nampak berpikir, dan mempertimbangkana usulan dari adiknya tersebut.

Tidak sanggup juga jika terlalu lama melihatnya dengan kondisi seperti saat ini, dan mungkin dipindahkan ke sebuah rumah sakit yang peralatannya sudah canggih itu merupakan ide menarik.

"Kamu cari rumah sakit mana yang peralatannya itu sudah memadai, dan tentunya terbaik," suruh Kenzo pada adik lelakinya tersebut.

Kenzi mengangguk. "Kamuu benar, nanti aku akan cari informasi dulu, baru akan mengusulkan itu."

"Secepatnya!"

"Pasti. Aku pun tidak sanggup melihat kondisi Ilona yang seperti ini, dan ingin secepatnya melihat dia pulih."

Kenzo mengangguk dan membenarkan perkataan dari Kenzi barusan. Tidak bisa dipungkiri, jika ia sendiri pun rindu dengan semua tingkah konyol dari Ilona, juga celotehan manja yang selalu keluar setiap saat.

Ilona sangat disayang di dalam keluargannya. Apa pun yang selama ini dimintanya akan selalu dituruti oleh kedua kakaknya, dan juga sekaligus dididik untuk mandiri ketika yang menjadi keinginannya tidak bisa dipenuhi, maka ia akan berusaha sendiri.

Katanya, jika dimanja terlalu berlebihan, maka anak itu akan berubah menjadi kurang ajar. Dan orangtua Ilona tidak akan berlebihan ketika menuruti kemauannya.

"Kak, tadi Delvin ke sini nengok Ilo, kah?" tanya Kenzi yang sangat ingin tahu akan kedatangan Delvin.

Kenzo mengangguk. "Kurang lebih seperti itu. Apa yang kamu duga itu benar tentang hubungan mereka berdua."