Gadis yang sempat di dorong oleh orang-orang tadi, mendekat pada Salma, mengambil pulpen Salma yang jatuh dan hendak mengambil catatannya.
Salma mengambil itu kembali.
"G-gue cuman mau benerin catatan Lo, itu salah gue," ucapnya terbata-bata,
Salma menggelengkan kepalanya, "Nggak perlu, It's okay," sahutnya, kemudian Salma kembali duduk untuk mengulang kembali catatan miliknya.
Salma mendongakkan kepalanya karena gadis itu tidak kunjung beranjak dari tempat duduknya, "Gak kenapa-napa kok, cuman catatan doang. Aku bisa ngulang lagi," ucap Salma meyakinkan, jika gadis itu terus berada di depan mejanya, papan tulis akan tertutup oleh tubuhnya. Meskipun mungil, tetapi itu menutupi pandangan Salma.
"By the way, gue Juni," gadis itu memperkenalkan diri dan mengajaknya berkenalan.
"Aku, Salma," jawab Salma,
"Gue anak MIPA 3, kalau Lo mau ketemu gue, ke kelas aja!"
Gadis itu melangkah menjauh ke arah pintu keluar sebelum hilang di telan belokan kelas.
Salma tidak ambil pusing, dan kembali fokus pada catatannya.
Hari pertama
"Ama, gimana sekolah kamu?"
Salma melepas sepatunya, "It's just a school, just like any other school," jawabnya santai, masuk ke kamarnya dan menghiraukan panggilan ibu nya. Ralat, panggilan istri dari ayahnya.
Sekolah Salma berada jauh dari rumah miliknya, dan mengharuskan dia untuk menetap di rumah istri baru ayahnya, karena itu dekat. Tetapi, Salma sudah dibelikan rumah oleh ayahnya, dekat dengan sekolah dan jauh dari rumah ibu tirinya. Itu kesepakatan.
"Ama? She looks so familiar with calling me by that name, so annoying,"
Mungkin memang ayahnya yang menyuruh istri barunya memanggil Salma dengan panggilan yang biasa mereka ucapkan, tetapi Salma tetap merasa terganggu karena mereka adalah stranger bagi Salma.
Salma masuk ke kamar dan mengambil koper miliknya, dia akan bergegas pergi ke rumah baru miliknya.
"Sendiri itu menyenangkan," ucapnya bergumam, sebelum mengemasi barang-barang nya.
This is not where Salma should be, itu pikirnya saat pertama kali menginjakkan kakinya di dalam rumah keluarga baru ayahnya.
Salma membawa pakaian yang dia bawa kemarin, dan beberaoa sepatu yang sempat dia keluarkan.
Sebelum keluar dari kamar yang dia tempati tiga malam itu, Salma menghela napasnya panjang dan menjatuhkan dirinya ke atas kasur. Sangat menyenangkan bisa sejenak tinggal disana. Istri dari ayahnya terlihat baik, tetapi Salma tidak pantas untuk berada disana karena itu bukan keluarganya. Salma berjanji hanya menumpang selama tiga hari karena kunci pagar rumah barunya belum di setting ulang, yang membuat ayahnya tidak mengizinkan Salma untuk tinggal disana saat itu.
"Worried?" Salma tertawa sumbang mengeja kata itu.
Dia melakukan peregangan sebentar, kemudian menarik kopernya keluar.
Sekitar satu setengah jam lagi, orang rumah yang lain akan datang. Salma tidak ingin mengganggu acara keluarga mereka.
Saat keluar kamar, Salma langsung disambut dengan istri ayahnya.
"Kamu mau kemana?" tanyanya,
"Pergi ke rumahku," jawab Salma singkat,
"Aku membawa mobil ayah, tolong beritahu dia nanti. Aku akan mengembalikan nya melewati supir pribadi, terimakasih atas makanan dan tempat tinggalnya, Aku permisi," Salma menarik kopernya keluar dan mengambil kunci mobil yang diletakkan di laci atas sebelah rak televisi. Ayahnya memiliki kebiasaan yang bisa terbilang mudah dihapal, menaruh kunci mobil disana dan beliau akan berangkat menggunakan supir pribadi atau jika sedang ada urusan mendadak, beliau akan menaiki mobilnya sendiri.
***
Salma bisa mengendari mobil, melanggar peraturan lalu lintas memang. Tetapi, tidak ada supir yang bisa membantunya dan dia juga mengendarai tanpa ugal-ugalan, itu menurutnya tidak masalah. Meski tidak dapat dibenarkan juga.
Salma sudah menetapkan alamat rumahnya ke dalam GPS yang ada pada mobil milik ayahnya itu, kemudian secara perlahan, mobil bergerak keluar dari halaman besar rumah ayahnya.
"Sebenernya gak kenapa-napa kalau semisal aku tinggal sama mereka, cuman rasanya gimana ya ... They have a new family, me? Ganggu kayanya,"
Salma menghela napasnya.
Dia berhenti di lampu merah, memejamkan matanya sejenak. Dan kembali melajukan kendaraannya sampai ke rumah baru itu.
Salma tidan datang ke pernikahan kedua orangtuanya, dia tidak datang ke pernikahan kedua ayahnya, dan tidak datang ke pernikahan kedua ibunya. Dia tidak diperlukan, sejujurnya Salma malu jika harus datang kesana.
"Sebaik-baik nya adalah, mengintrospeksi diri sendiri,"
Hari kedua
Salma melepas handuk yang dia kenakan dan masuk ke dalam walk in closet untuk berganti pakaian ke sekolah. Ternyata, rumah yang akan dia tempat benar-benar sudah layak huni. Kulkas terisi penuh, pakaiannya telah sampai dan telah disusun rapih, sepeda, mobil, dan kendaraan bermotor sudah disediakan. Rumah yang besar dan nyaman.
Salma kehilangan fokusnya, "Apalagi yang aku inginkan?" ucapnya bergumam,
"Ini sudah cukup, terimakasih Yaallah,"
Hari ini, hari kedua dia bersekolah. Ternyata sekolah tidak seasik yang dia pikirkan, bagaimana bisa dia tidak memiliki teman saat hari pertama sekolahnya?
"Ah, teman?" dia bergumam, teringat salah satu siswi yang menubruk meja nya dan siswi nakal lainnya yang merusak buku catatan miliknya.
"Teman?"
Salma menghela napasnya dan fokus memakai seragam. Saat melihat banyaknya outer tergantung rapih di dalam walk in closet miliknya, ada satu cardigan yang menarik perhatian Salma.
"Padahal dia sudah tau bahwa itu palsu, kenapa melabrak ku yang memakai barang yang jauh lebih asli daripada dia?"
Salma berdecak, dia tidak suka gadis begitu. Lebih baik berteman dengan gadis yang berpakaian sederhana tetapi tidak pernah merendahkan fashion anak lainnya, tidak dengan gadis itu.
"Dia masuk blacklist ku," ucapnya berdesis.
Salma menyingkirkan cardigan itu ke bawah dan memakai cardigan dengan warna coffe untuk dipakainya ke sekolah hari ini, itu terlihat nyaman dan membuatnya hangat. Dia sudah menata rambutnya menjadi bergelombang dengan poni samping yang terlihat lucu dan berkelas. Backpack tas berwarna hitam sudah ada di tangannya, yang terakhir adalah ... Ponselnya.
"Lah, kemana?" gumamnya,
Sepertinya dia lupa menaruh ponselnya dimana. Karena dari semalam, Salma langsung pergi tidur dari siang hingga pagh menjelang tanpa sempat melihat ponselnya.
Dia menghampiri minibag yang dia kenakan kemarin dan menemukan ponselnya disana, karena tidak di charger semalaman, Salma membawa powerbank untuk mengisi daya ponselnya.
"Hari ini supir dan pembantu sudah masuk ke rumah," Salma teringat itu.
Ibunya yang mengirim supir pribadi dan pegawai untuk membersihkan dan merawat rumahnya, memasak, mencuci baju, dan sebagainya.
Apa yang kurang dalam hidup Salma?
"Tidak ada,"
Salma berjalan kearah pintu keluar, disana sudah ada pria paruh baya yang terlihat sedang memanaskan mobil
"Non Salma?" tanyanya, nada bicara yang sopan dan enak di dengar.
Salma mengangguk, "Iya, Pak!" jawabnya,
"Mau berangkat sekarang, Non?" tanya supir itu,
Salma mengangguk, kemudian dia masuk ke dalam mobil agar bergegas sampai sekolahan.
Selama di perjalanan, Salma menyalakan ponselnya. Apakah ada berita atau pesan masuk memberitakan akan sesuatu? Atau seperti biasa, hanya laporan bahwa uang bulanannya sudah masuk, dan nasihat agar belajar lebih baik lagi? Salma menggaruk hidungnya karena akan menduga hal itu sudah memenuhi beranda WhatsApp nya. Tetapi, ada salah satu notifikasi asing yang masuk ke dalam ponsel.
~Ran added you to the group~