Chereads / GOOD LUCK SALMA / Chapter 4 - empat. Library date

Chapter 4 - empat. Library date

Juni mengernyitkan dahinya kemudian dia tertawa, "Kan gue yang ngajak, Sal. Ya boleh lah, gimana sih?"

"Boleh, naik kendaraan aku aja,"

Tidak ada salahnya memulai berteman dengan orang lain, keliatannya Juni juga bukan anak yang nakal dan dia sangat ekstrovert. Meski dia akan kelelahan jika mengikuti apa yang Juni bicarakan dan apa yang Juni lakukan, tapi tidak masalah.

"Oke, gue balik ke kelas dulu, bentar lagi bel kayanya. BYE SALMA!"

Salma hanya menganggukkan kepalanya dan sedikit menyunggingkan senyum, Juni sangat positif vibes untuknya. Tidak banyak yang Juni bicarakan selain tentang Ran dan keinginannya serta sesekali berbicara tentang keinginannya. Yang Salma suka dari Juni adalah, gadis itu tidak memiliki rasa ingin tau berlebih tengang siapa Salma dan tentang kehidupan Salma.

"Dia lucu," ucap Salma bergumam, kemudian dia kembali fokus pada ice cream miliknya lagi.

Ketika dia sedang sibuk memakan ice cream miliknya, terlintas sesuatu di otaknya.

'Apa ini sejenis cinta yang terhalang impian masing-masing?' itu yang ada di otak Salma.

"Menurut ku, Ran tidak setampan itu. Apa mungkin dia perhatian? Pintar? Sudah pasti, atau ... Mungkin Juni suka padanya karena satu alasan kuat," ucapnya bergumam.

Selana beberapa tahun dirinya hidup, Salma tidak pernah menyukai orang lain secara nyata karena hidupnya hanya ada di dalam rumah dan keluar sesekali, itupun hanya untuk berlibur. Di negara lain, atau di kota lain yang tidak mungkin ditemukan secara tiba-tiba orang yang dia suka.

"Kecuali Jaehyun," gumamnya.

Jaehyun adalah satu-satunya orang yang Salma suka secara nyata, kenapa nyata? Karena Salma sudah pernah bertemu dengan pemilik nama Jung Jaehyun itu.

"Dia sangat tampan," ucap Salma dengan senyuman mengembang.

Tiba-tiba seseorang datang ke depan mejanya dengan tangan menyerahkan selembar brosur.

Salma mendongakkan kepalanya, itu Ran.

"Ada apa?" tanya Salma,

"Lo mau ikut eskul apa, biar gue sekalian data ke ruang guru," ucapnya,

"Ah, sama kaya Juni," jawab Salma,

"Lo harus punya pilihan sendiri, gak kreatif,"

Salma mengernyitkan dahinya, "Itu urusan aku, gak usah ikut campur," jawab Salma dengan nada datar seperti yang Ran keluarkan.

"Terserah," jawab Ran kemudian pria itu berlalu dari kelas meninggalkan Salma yang sendirian.

Lagian apa hak nya melarang dan menasehati? Lagipula ikut eskul apapun itu adalah hak miliknya, meski ikut-ikut atau bahkan hanya ingin singgah sementara untuk satu semester.

"Ck," Salma menatap wajah ice cream nya yang masih banyak, mood makannya sudah menghilang saat Ran mengeluarkan suara yang sangat tidak enak di dengar tadi.

Dia pergi keluar kelas untuk membuang ice cream itu. Ini adalah salah satu perbuatan yang tidak patut di tiru, tetapi itu adalah kebiasaan Salma yang sudah disingkirkan.

Salma, pemilik mood swing terparah yang menurutnya tidak ada yang punya. Dia bisa mendadak ingin makan sesuatu dalam jumlah banyak, tetapi bisa mendadak tidak menginginkan makanan itu dan berakhir seperti ice cream tadi. Dia akan membuangnya, jika sudah disentuh dia sedikit.

"Jangan buang makanan, mubazir,"

Salma mengurungkan tangannya yang hendak memasukkan kotak ice cream itu ke dalam bak sampah.

Dia menatap orang yang menegurnya, Ran, kemudian melepas pegangannya pada kotak eskrim dan membuatnya masuk ke dalam bak sampah sepenuhnya.

Salma melirik datar pada Ran, kemudian dia melenggang pergi ke kantin padahal jam istirahat sisa sepuluh menit lagi.

"Melihat wajahnya sangat memuakkan," gumam Salma.

Saat sampai kantin, itu masih ramai. Dan banyak yang menatap dia, tetapi Salma hanya berjalan saja menuju kursi yang kosong, banyak kursi kosong tetapi kantin tidak bisa dibilang sepi.

"Pesen apa neng?"

Salma menatap ke kiri, ah, itu seperti nya penjual yang menawarkan.

"Strawberry juice nya satu, Bu," sahut Salma,

Selama pesanan dibuat, dia memeriksa ponsel yang sedari tadi tidak dibuka. Beberapa pesan langsung masuk, dan yang teratas adalah Juni. Tadi, Juni memintanya untuk menyimpan nomor ponsel nya, gadis itu banyak mengirimkan pesan singkat.

'Jangan kebanyakan makan ice cream, nanti Lo sakit gigi,' Salma membaca pesan terakhirnya, gadis itu lucu. Dan terlihat sangat perduli pada sekitarnya.

"Ini pesanannya,"

Salma sekalian memberikan bayarannya sesuai dengan harga.

"Sekolah ini tidak buruk, hanya saja kurang menyenangkan,"

Katanya mau mencari buku sains? Kenapa jadi membeli buku novel?" 

Salma bergumam ketika melihat Juni yang senang berada di bagian buku novel fiksi remaja yang sedang best seller, mereka bahkan hanya melewati sekumpulan buku sains yang dicari oleh Juni. Sejujurnya ketertarikan Salma terhadap buku novel sangat tipis, dan buku sekolah pun sama. Dia hanya tertarik dengan seni yang langsung bisa dipraktekkan tanpa harus memikirkan teori dan cara mengekstrak kemampuannya itu.

"Sal, lo baca novel ini deh. Sumpah, gue gak boong, lo bakal ketagihan," seru Juni,

Salma menatap buku yang ada di rak novel itu, "Aku tau beberapa karangan kak Tere Liye, cuman aku ga terlalu berminat sama buku," jawab Salma jujur, dia bisa bosan berada terlalu dekat dengan buku. Bahkan buku pelajaran pun jika memang bukan hal mendesak seperti UTS atau ujian harian, serta ujian-ujian lainnya, Salma tidak akan menyentuh buku-buku miliknya di rumah.

"Gak mau tau, Lo harus baca series ini," Juni membawa dua buku sama sekaligus, satu untuknya dan satu untuk Salma.

"Buku sains kamu?" ingat Salma pada Juni,

Gadis itu menjawab dengan cengiran lebarnya kemudian melihat buku novel yang bertumpuk dia bawa. Ada sekitar lima novel miliknya, dan satu novel yang akan diberikan pada Salma.

"Duit gue gak cukup kayaknya," gumam Juni,

Salma tertawa pelan, "Buku sains apa sih memangnya?" tanya Salma,

"Tentang tata Surya, itu bagus. Gue sempet mau beli berkali-kali, cuman gagal, karena novel-novel ini lebih menggoda," jawab Juni santai,

Dia memang sudah sering datang ke toko buku, terlalu sering. Tetapi alasan membeli buku tentang tata Surya dan alam hanya menjadi awal saja, ketika sudah sampai di toko bukunya, dia akan datang ke slot ini, novel dan buku tentang kisah fiktif karangan seorang author.

"Kamu cari deh bukunya, ini buku biar aku bawa ke depan," ucap Salma menawarkan bantuannya,

"Gak kenapa-napa?" tanya Juni, merasa tidak enak.

"No problem, Jun. Nanti aku tunggu di restoran depan. Niat awal kamu kan beli buku tata Surya, masa gak kebeli," tukas Salma,

Dia memang bukan orang yang rajin, tetapi dia selalu menetapkan tujuannya sampai dapat. Meski itu hal kecil sekalipun, sepertinya Juni harus berteman dengannya.

"Ini biar aku yang bawa," Salma mengambil alih buku yang ada di pelukan Juni, menjadi di pelukannya.

"Nanti uang Lo sekalian gue ganti sama uang makan tadi,"

Salma menarik kedua sudut bibirnya, "Gak usah dipikirin," ucapnya kemudian dia berjalan menuju ke kasir dan membayar.

Sebelum sampai di toko buku, Salma dan Juni sedikit mengalami perdebatan tentang kendaraan siapa yang harus dibawa. Karena Salma tidak mendapatkan jemputan tepat waktu, tetapi dia menelpon supirnya yang lain untuk membawakan mobil pribadi untuknya, beruntung Juni sudah membuat SIM karena gadis itu lahir lebih dulu, ya kurang lebih begitu.