"Kamu, mau jadi kekasiku?"
Marta menatap serius dan dalam pada kedua manik mata polos nan teduh lelaki di hadapannya ini.
Ia sedang tak salah bicara, namun ia sedang serius dengan perkataannya barusan.
Beberapa detik setelah kedua matanya menatap manik mata Alan yang terlihat bersinar di matanya, Marta mengatakan sebuah hal konyol itu tanpa sadar.
"A-apa yang seda–"
'Kamu baru saja mengatakan apa!!" seru seorang lelaki berusia 30 tahun, menatap adik perempuannya dengan pandangan sengit.
Kedua manik mata Marta langsung teralihkan. Ia memandang wajah Kakak tertuanya yang tampak marah kepadanya.
"Eh? Apa maksudnya dengan ekspresi wajah jahat itu?" tanya Marta, mengerutkan keningnya tak mengerti.
Tama menatap Marta dengan pandangan tajam dan sesekali mendengus kesal.
Ia berusaha menahan amarahnya karena Marta sedang sakit. Tapi dongkolnya, Tama merasa benar-benar kesal saat mengingat berulang kali jika Adik Perempuannya itu baru saja menembak lelaki yang tak ia kenal.