"Welcome to Firma Hukum Bagaskara dan Rekan murid most wanted SMA Angkasa Jaya dan primadona Kampus Galaksi Gemilang!" Akbar begitu lantang dan lugas memanggil wanita yang saat ini sedang berdiri dari jarak yang lumayan jauh darinya.
Sambutan dari Akbar berhasil membuat atensi para bawahannya teralihkan, dan menjadi objek perhatian semua pasang mata jujur saja membuat Ghea merasa risau.
"Ih … apaan sih?" Raut wajah Ghea yang mendadak menjadi kepiting rebus membuat Akbar tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengacak rambut wanita itu.
"Akbar!" seru Ghea dengan nada yang tidak keras tapi sangat lantang.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang juga baru tiba dan memandang mereka penuh rasa tidak suka. Bahkan tanpa sepengetahuan Ghea dan juga Akbar dia mengabadikan kedekatan keduanya lewat kamera gawainya. Entah akan dijadikan hanya dia yang tahu.
"Lo … maksudku kamu nggak bareng Suci?" tanya Ghea dengan nada segan karena saat ini antara dia Akbar ada batasan yang harus keduanya jaga dengan sangat baik yaitu hubungan antara atasan dan bawahan.
"Nggak usah kaku gitu, Ghea. Macam kanebo kering tahu nggak. Ama Suci aja kita masih manggil dengan panggilan lo gue," kelakar Akbar disertai dengan tawa renyah.
"Kamu dan Suci 'kan memang sahabatan, sedangkan kita? Kamu dan aku hanya nggak lebih dari teman sekelas." Apa yang dikatakan Ghea memang benar bahkan Akbar tidak tahu harus menanggapinya dengan cara yang seperti apa. Dia dan Ghea memang tidak seakrab Suci, mungkin itu adalah alasan kenapa Ghea sedikit segan pada Akbar.
"It's ok. Senyamannya kamu aja."
"Mau ke ruanganku? Karena tugas-tugasmu nanti akan dijelaskan oleh sang tuan putri tapi kayaknya dia belum datang juga." Tawaran yang diberikan oleh Akbar memang tidak ada salahnya untuk diterima.
"Woi … tunggu gue!" Saat hendak memasuki lift langkah Akbar juga Ghea terhenti saat kala mendengar ada teriakan yang sungguh tidak asing di telinga keduanya.
"Udah tinggalin aja, siapa suruh telat." Tanpa pikir panjang Akbar lekas menarik tangan Ghea untuk memasuki lift.
"Bar … berani lo tinggalin gue, gue bakalan resign."
DEG~~~
Jantung Akbar seakan ingin melompat keluar meninggalkan tempatnya saat mendengarkan ancaman yang Suci todongkan pada dirinya.
Ghea pikir usia 24 tahun sudah cukup untuk mendewasakan Suci dan Akbar, tapi dia salah umur tak dapat diukur oleh angka, melainkan pola pikir yang semakin matang.
Kenapa Akbar takluk dengan ancaman receh yang diberikan oleh Suci? Tentu saja apa yang diucapkan oleh ibu dari Mentari Raysia Diantra memang benar adanya.
Suci tanpa Akbar akan tetap menjadi dirinya yang normal, bahkan jika tidak tidak bekerja di Firma Hukum Hukum Bagaskara dan Rekan dia akan secepat kilat menduduki pucuk pimpinan Firma Hukum milik keluarganya.
Lalu bagaimana dengan Akbar tentu saja dia akan menjadi orang yang tak tentu arah. Hanya Suci pegangan dia selama ini.
"Urusan kita belum selesai!" ucap Suci dengan tatapan nyalang. Dia lekas mengambil posisi di antara Akbar juga Ghea.
Akbar hanya bisa pasrah, sepertinya dia menyadari kalau dia telah salah memilih lawan tadi.
"Ghea udah lama nunggunya?" tanya Suci dengan senyum sumringah di kedua bibir ranumnya. Sungguh kontras dengan kondisi hatinya saat sekarang.
"Nggak kok," kilah Ghea.
Tanpa mereka sadari kini mereka telah berada di lantai tujuh ruangan ini. Sebenarnya ruangan Ghea berada di lantai lima, tapi Suci mengajak Ghea ke sini untuk dijelaskan tentang tugasnya.
KREK~~~
Pintu ruangan Suci terbuka dan menyibakkan aroma lavender dari dalamnya, aroma kesukaan wanita dengan paras cantik secantik namanya itu.
"Duduk dulu, Ghe!" Suci mempersilahkan Ghea untuk duduk sedangkan Akbar yang sedari tadi menyadari kalau dirinya salah dalam bertingkah hanya bisa terdiam membisu.
"Lo kenapa nggak duduk?" tanya Suci dengan nada datar pada sang sahabat. Suci sebenarnya tidak bisa marah terlalu lama dengan Akbar, mengingat saat ini sahabat yang dimiliki Suci hanyalah Akbar.
"Gue ke ruangan gue aja, Ci." Dibandingkan berada didekat Suci, saat ini Akbar lebih memilih untuk menghindar saja. Ini adalah jalan ninja yang paling benar menurut Akbar.
"Sensi banget, sih," umpat Suci saat Akbar benar-benar menghilang dari balik pintu ruangannya.
"Kamu juga sih galak benar ama dia." Suci hanya diam menanggapi apa yang tadi dikatakan Ghea.
Apa benar yang dikatakan Ghea kalau dirinya memang sudah terlalu kelewatan dengan Akbar. Entahlah, biar itu menjadi urusan nanti saja.
"Ghe, kita langsung saja, ya?" Ghea tahu ke mana arah pertanyaan Suci saat ini jadi dia hanya mengangguk tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh wanita di hadapannya ini.
"Sesuai dengan surat yang kamu terima kemarin, kamu diterima kerja di sini dengan jabatan Partner Muda dan berada satu team dengan orang nomor satu di Firma Hukum ini, Malik Bagaskara."
"Sampai di sini ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Suci karena dia bisa melihat dengan jelas kalau istri dari Haris Setiawan ini sedang dilanda sebuah kebingungan.
"Anu Ci … Pak Malik 'kan orang nomor satu di Firma ini. Kok aku bisa, ya diterima dengan jabatan yang tinggi dan tanpa ada seleksinya sama sekali?"
Tentu saja Suci sudah mewanti-wanti hal ini pasti terjadi. Untungnya juga Suci sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang terarah tentu.
"Pak Malik mendesak untuk segera untuk dicarikan rekan seteam yang kompeten di bidang hukum perdata. Pada akhirnya aku dan Akbar sepakat untuk merekomendasikan kamu pada dia."
Penjelasan Suci begitu lantang dan juga lugas membuat Ghea mempercayainya tanpa ada sedikit saja keraguan yang dalam dirinya.
"Tugasku?" Mungkin ini adalah pertanyaan yang paling mendasar dan paling pasti akan ditanyakan oleh Ghea.
"Ya tugas kamu sama seperti yang lainnya. Kamu membantu dalam perkara-perkara yang sedang dia tangani. Kamu tuh harusnya bersyukur berada dalam team yang sama dengan Pak Malik. Kalau sama Akbar mungkin kamu akan dijemput lebih cepat oleh Malaikat Izrail."
Tawa Suci dan Ghea seketika menggema di seluruh sudut ruangan karena keluhan Suci yang terkesan lucu tersebut.
"Lagian kamu juga, sih."
Kening Suci mengernyit dan kedua alisnya saling bertautan saat mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Ghea.
"Aku? Memang ada apa dengan aku?" tanya Suci seraya menunjuk dirinya sendiri.
Bersambung ….