Chereads / Friendship With Forbidden Love / Chapter 13 - Tidak Gratis

Chapter 13 - Tidak Gratis

Mendengar apa yang dikatakan oleh Suci, Manda tampak kesusahan meski hanya untuk meneguk salivanya saja.

"Kamu adalah orang yang menjudge dirimu sendiri kalau kamu adalah orang yang mengenal Akbar dengan sangat baik setelah aku dan Firman. Tapi tanpa kamu sadari kamu adalah orang yang paling tidak mengenal Akbar?" Manda tak ingin melontarkan kalimat apa pun untuk membela dirinya karena memang dia merasa kalau telah melakukan sebuah kesalahan yang besar.

"Ci ... udah dong! Malu tahu nggak." Mendengar apa yang dikatakan oleh Akbar barusan, Suci lantas membawa titik atensinya pada lelaki yang hari ini mungkin saja dikatakan sebagai paling malang hari ini.

"Malu? Justru mereka sendiri yang membukakan jalan untuk mempermalukan dirinya sendiri. Gue jelaskan ke lu, kali aja lu lupa, Bar." Malik memberikan interupsi untuk tidak membantah atau menyela sedikit saja apa yang sedang Suci katakan.

"Udah, ya? Kita balik ke ruangan lu harus sidang kan hari ini?" Tak ada respons yang diberikan oleh Suci saat mendengar apa yang dikatakan oleh Akbar, hanya tatapan sengitnya yang tidak surut menatap Manda dan juga Malik saat ini.

"Ci ... ayo!" Karena tak kunjung mendapat respons dari Suci, Akbar memutuskan untuk menarik paksa sang sahabat untuk meninggalkan ruangan orang nomor satu di Firma Hukum Bagaskara dan Rekan.

"Bar, lu kenapa sih?" tanya Suci sesaat setelah mereka meninggalkan ruangan Malik Bagaskara.

"Kontrol emosi lu, gue hanya minta itu ke lu apakah itu hal yang sulit untuk lu lakukan?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh Akbar lantas membuat kedua manik mata milik Suci membeliak.

"Bar, kita ini sudah sahabatan berapa lagi sih? Kok gue berasa lu nggak kenal ama gue?"

"Kita bahas ini di ruangan gue!" Suci yang merasa tidak ada pilihan lain hanya menuruti apa yang dikatakan oleh sang sahabat, Akbar Maulana Bagaskara.

Kini Akbar dan juga Suci telah berada dii ruangan Akbar, hanya ada mereka berdua saat ini. Kesunyian seakan menyelimuti, tidak ada lagi Suci dengan semua sifat keras kepala yang dia miliki dan luapkan sejak tadi.

Hanya detik jam, yang terdengar di antara keheningan di ruangan orang nomor dua di Firma Hukum Bagaskara dan Rekan.

"Lu itu orang yang paling mengenal gue dengan sangat baik, Bar. Seharusnya lu sudah sadar kalau gue adalah orang yang paling sulit untuk mengendalikan emosi gue, sejak dulu, sekarang atau mungkin nanti." Mendengar apa yang dikatakan Suci, Akbar hanya memijat pelan pangkal hidungnya.

"Ci ... satu hal yang harus lu selalu ingat adalah ego kalau sudah saling berbenturan maka perpisahan adalah pemenangnya. Gue rasa lu sudah lebih dari cukup untuk mengeri hal tersebut 'kan?" Diam mungkin itu adalah jalan ninja terbaik yang sedang diambil oleh Suci.

Jika dia menimpali apa yang dikatakan oleh Akbar maka itu sama saja dengan dia membuka luka lama yang telah dia tutup dengan serapat mungkin.

"Apa susahnya sih berdamai dengan kenyataan, Ci?" Mendengar apa yang dikatakan oleh Akbar dia hanya bisa memutar kedua manik matanya malas. Suci sudah lebih dari mengerti apa yang dimaksud oleh Akbar yang sebenarnya.

"Bukan gue yang nggak bisa berdamai dengan kenyataan hanya saja cinta lu ama Manda yang membuat lu lemah dengan semua ini." Senyum manis dengan deretan gigi putihnya dia tampilkan di hadapan Suci, tapi sayang hal tersebut tidaklah mampu untuk membuat seorang Suci Indah Lestari menaruh rasa iba yang sangat tinggi pada dirinya.

"Lu itu cowok, Bar! Please be strong, not for me, but for you!" Melihat binar penuh harap yang terpancar dai kedua manik mata milik Suci, Akbar seperti tidak punya nyali untuk menolak apa yang menjadi keinginan Suci, apalagi dia selalu menempatkannya sebagai prioritas utama dalam hidupnya.

"As your wish princess!" kata Akbar yang memilih untuk menyelesaikan perdebatan ini.

Suci lalu membawa kedua manik matanya ke arah jam yang saat ini sedang melingar dengan sangat indah di pergelangan tangannya.

"Kita sepertinya sudah harus berangkat sidang, Bar!" Mendengar apa yang dikatakan oleh Suci, Akbar lantas berdecap sebal.

Terbesit satu tanya dalam benak Akbar saat mendengar apa yang dikatakan oleh Suci. "Dengan kata lain lu nyuruh gue ikut sidang dengan kondisi wajah saat ini?" Antara ingin tertawa atau berbagi simpati, Suci bingung harus menanggapi seperti apa perkataan Akbar.

"So?" tanya Suci dengan tatapan yang tak terbaca untuk Akbar.

"Backup me, please?" Untuk hal yang ini Suci telah menduganya sejak awal.

"Nggak ada yang gratis di dunia ini, Bar," kata Suci dengan memperlihatkan tatapan puppy eyes miliknya, Suci tahu kalau itu adalah titik lemah dari orang-orang yang ada dalam hidupnya saat ini.

"Mau gue transfer berapa sih?" Jika diberikan satu keinginan maka Suci akan meminta untuk melahap manusia yang saat ini ada di hadapannya.

"Lu kira Mahendra sudah bangkrut sampai gue harus minta transferan dari lu?" tanya Suci dengan membeliakkan kedua manik matanya ke arah sang sahabat.

"Makanya lu kalau ngomong yang jelas pea! Lu mau apa memangnya mau apa?"

Bersambung ....