"Jangan suka bercanda soal hati. Karena persoalan hati, tak sebercanda itu"~ Senja
"Saya kira kak Arga hanya bercanda."
"Saya enggak bercanda, saya serius Senja." ucap Arga serius menatap Senja.
Senja hendak menjawab pertanyaan Arga, namun suara Arum memutus pembicaraan mereka. Kemudian Arga dan Arum pergi ke ruang sekretariatan meninggalkan Senja sendirian.
"Senja.." teriak Rina dari kejauhan. Senja berjalan menghampiri Rina.
"Kenapa?" tanya Senja lirih.
"Gak ada. Cuma pengen manggil kamu aja hehe" ujar Rina disertai dengan cengirannya.
"Sen, tadi kamu sama kak Arga sedang membicarakan apa? Kok kayak serius banget" tanya Rina penasaran.
Senja sedikit melamun, mimikirkan pertanyaan Arga yang belum sempat dia jawab.
"Hei, malah nglamun ini anak" senggol Rina.
"Eh, eng..enggak. Enggak membicarakan apa-apa Rin." jawab Senja agak tergagap.
"Udah ayo, kita ke halaman. Upacara penutupan sudah akan dimulai." ucap Senja. Kemudian mereka berdua berjalan menuju halaman utama untuk mengikuti upacara penutupan. Ternyata Arga dan Arum beserta dengan anggota BEM yang lain sudah bersiap di sana. Mempersiapkan barisan dan segala sesuatunya.
Senja mengamati Arum yang selalu mengekor kemana pun Arga pergi. Bahkan mereka selalu berdampingan, selalu bersama mengerjakan sesuatu. Dari pandangan matanya, Senja merasa jika mereka sangat serasi saat bersama. Senja mendengar beberapa rumor jika Arga dan Arum sedang menjalin hubungan. Entah dari mana Senja mendengar rumor tersebut. Yang terpenting saat ini, dia harus bisa mengendalikan perasaan dan juga hatinya. Dia tidak mau jatuh terlalu dalam pada pesona Arga.
Senja, Rina, dan mahasiswa lainnya sedang manata barisan dipandu oleh Dika yang ada di depan mereka. Senja berada di barisan paling depan, karena tubuhnya yang cukup tinggi dibanding yang lain. Entah sejak kapan Dika pergi dari hadapan mereka dan digantikan oleh Arga. Senja tidak menyadari kehadiran Arga karena terlalu sibuk meluruskan barisannya.
"Agak maju dikit dek." kata Arga tegas sedikit cuek pada Senja yang ada di depannya. Senja tersentak kaget melihat Arga yang tiba-tiba muncul. Senja tidak menjawab, namun dia melakukan apa yang di minta Arga. Senja bingung dengan sikap Arga yang berubah-ubah. Kadang bersikap dingin, kadang perhatian dan kadang berubah cuek seperti sekarang.
Senja terus mengamati Arga yang sibuk menata barisan agar terlihat rapi. Beberapa kali pandangan mereka bertemu. Namun lagi-lagi, Arga terlihat cuek bebek pada Senja.
Akhirnya upacara penutupan pun di mulai. Ada beberapa orang yang silih berganti memberi sambutan. Bapak Rektor memberikan sambutan paling terakhir sekaligus menutup secara resmi serangkaian kegiatan masa orientasi yang telah berlangsung selama tiga hari.
Para mahasiswa langsung membubarkan diri sesaat setelah upacara penutupan berakhir. Memilih untuk segera pulang menuju rumah masing-masing. Halaman utama di kampus Lazuardi seketika menjadi ramai. Senja menunggu Rina yang sedang berbicara dengan temannya. Dari kejauhan nampak Arga yang sedang berjalan menuju ke arahnya.
"Gimana, pertanyaan saya yang tadi. Sudah ada jawaban apa belum ?" tanya Arga sedikit tersenyum ke arah Senja.
"Pertanyaan yang mana yaa kak?" jawab Senja pura-pura. Dia sebenarnya ingat betul maksud pertanyaan Arga.
"Yang tadi. Sebelum upacara Sen. Ulangi lagi ?" ucap Arga lembut. Senja merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Arga. Dia bingung harus menjawab apa. Senja tidak ingin rasa kekagumannya diketahui oleh Arga. Dia berusaha menutupi sekuat tenaga. Meski terkadang hati dan pikirannya tidak sejalan. Dia berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, namun tidak berhasil.
Arga masih menunggu jawaban Senja.
Namun tiba-tiba Arga tertawa. Senja bingung melihat perubahan ekspresi Arga. Beberapa saat yang lalu Arga terlihat cuek sekarang tiba-tiba terlihat bahagia. Senja masih tidak bisa memahami Arga.
"Kenapa kak?" tanya Senja.
"Wajah kamu itu loh. Lucu banget kalau lagi bingung." jawab Arga masih dengan tertawa.
"Enggak usah di jawab pertanyaan saya tadi. Saya cuma bercanda." ucap Arga santai kemudian dia berjalan meninggalkan Senja yang mematung.
"Kak Arga." panggil Senja tiba-tiba. Arga membalikkan badannya.
"Kenapa?" tanyanya.
"Jangan suka bercanda soal hati kak. Karena persoalan hati, tak sebercanda itu." ujar Senja serius. Menatap lekat Arga yang ada di depannya. Senja terlihat sedikit marah. Karena menurutnya, Arga telah mempermainkan perasaannya. Arga terdiam, tidak bisa menjawab.
Senja meninggalkan Arga. Berjalan menuju Rina yang sudah menunggunya di seberang sana. Senja masih tak percaya dirinya bisa mengucapkan hal itu pada Arga. Tapi tak mengapa. Biar Arga tau, jika Senja tidak suka bercanda soal hati.
Arga masih melihat punggung Senja yang semakin menjauhinya. "Apa dia sudah keterlaluan pada Senja?" batinnya. Dia hanya bisa melihat Senja yang sedang berjalan menuju halte yang ada di samping kampus.
Perkataan Senja tadi menyadarkan Arga, bahwa dia sudah sangat keterlaluan kali ini. Bagaimana bisa dia bercanda pada Senja yang notabene baru dikenalnya. Arga memang tipikal orang yang suka bercanda. Namun sayang, Arga tidak menyadari jika candaannya banyak membuat orang lain terutama wanita salah paham. Candaan Arga terlalu mengarah ke urusan hati.
Senja dan Rina akhirnya masuk ke dalam bus yang akan menghantarkan mereka pulang. Namun tiba-tiba Arga datang dari arah depan.
"Boleh saya bicara sebentar sama Senja?" tanya Arga pada Rina. Rina yang terkejut akan kehadiran Arga hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kemudian dia berpindah di bangku belakang. Arga meminta ijin pada Senja untuk duduk di sampingnya.
"Boleh saya duduk di sini? Sebentar saja." ucap Arga lirih. Untungnya tidak banyak penumpang di dalam bus ini.
Senja melirik sekilas ke arah Arga yang berdiri di sampingnya. Kemudian dia hanya menganggukkan kepala, memberikan ijin untuk Arga duduk.
Beberapa menit kemudian masih tidak ada pembicaraan di antara mereka. Sunyi, yang kini dirasakan Senja. Senja masih menunggu Arga berbicara.
"Saya mau minta maaf soal tadi. Maaf jika candaan saya sudah keterlaluan." ucap Arga lirih. Senja masih belum menjawab. Dia memberikan waktu untuk Arga melanjutkan perkataannya. "Tidak seharusnya saya bercanda seperti itu pada orang yang baru saya kenal" lanjutnya. Senja menoleh ke arah Arga begitu juga dengan Arga. Beberapa detik pandangan mereka bertemu. Kemudian Senja mengalihkan pandangannya keluar jendela. Menatap jalanan yang semakin ramai oleh kendaraan bermotor.
"Sudah saya maafkan kok kak." jawab Senja lirih. "Lain kali jangan di ulangi lagi", lanjutnya.
"Kak Arga gak tau kan, gimana isi hati orang yang kak Arga bercandaiin. Gimana kalau dia mengira itu serius? Kalau dia salah paham bagaimana?" tanya Senja masih menatap keluar jendela.
Arga terlihat sedikit bingung. Dia tidak tahu maksud perkataan Senja barusan.
"Maksudnya ?" tanya Arga kemudian, mencoba mencari arti dari perkataan Senja.
Senja tidak menjawab, dia hanya menghela nafas, kemudian membuangnya pelan. Senja diam, begitu juga dengan Arga. Karena tidak ada jawaban dari Senja dan sudah tidak ada yang dia bicarakan, akhirnya Arga pamit untuk turun. Karena bus yang dia tumpangi ini bukan jurusan ke rumahnya.
"Sampai ketemu besok di kampus dan semangat untuk kuliahnya yaa." ujar Arga sebelum turun dari bus.
"Saya berharap kita tidak pernah bertemu lagi kak Arga, besok dan seterusnya." batin Senja sambil menatap nanar Arga yang turun dari bus.