Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kenangan yang Mengikuti

🇮🇩Erma_Yunita_3795
--
chs / week
--
NOT RATINGS
36.5k
Views
Synopsis
Semua tidak akan pernah tahu bagaimana ending kehidupan. Setiap kebahagiaan pasti ada kesedihan yang terselip di dalamnya. Begitu juga rumah tangga Naura seorang wanita kuat yang sejak gadis dapat menjadi tulang punggung keluarga dan bisa mencukupi kehidupan keluarganya. Kehidupan Naura semakin bahagia ketika bertemu dengan seorang laki-laki bernama Aldi. Laki-laki sederhana yang mampuh memikat hati Naura dan bisa menerima segala kekurangan Naura. Jika berbicara pada kelebihan sudah di pastikan semua orang bisa menerimanya. Perjalan mereka untuk sampai pada moment yang sangat sakral hanya membutuhkan waktu satu tahun. Perasaan Naura tidak bisa di uangkapkan lagi dan hanya bisa di jelaskan dengan kata. Akan tetapi, tidak semudah itu kehidupan yang bahagia akan selamanya bahagia pasti selalu ada masa air mata menetes karena kesedihan. Menjelang tiga tahun inilah sebuah kesalahan Aldi yang membuat rumah tangganya memenemui jalan terjal. Semua tertulis indah dalam setiap bab yang akan tersajikan di sini. Selamat membaca.
VIEW MORE

Chapter 1 - Awal Kisah

Tiga tahun sudah pernikahan antara Naura dan Aldi berjalan dan selama tiga tahun itulah kedua pasangan ini terus mencoba untuk mendapat keturunan. Keturunan yang akan membuat rumah tangga mereka menjadi lengkap dan sempurna.

Naura selalu merasa bersalah kepada Aldi, rasa bersalah yang teramat besar dan selalu menjadi beban berat di kepala Naura.

Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam Naura masih terjaga, kedua matanya masih belum tidur ketika suami tercinta belum juga pulang ke rumah. Sebenarnya Aldi sudah mengirimkan sebuah pesan kepada Naura malam ini Aldi pulang terlambat karena pekerjaan yang belum selesai dan menyuruh untuk tidur duluan tanpa harus menunggunya.

Akan tetapi, Naura sebagai seorang istri ingin selalu memperlihatkan kelebihannya kepada suami. Naura ingin selalu menyambut kedatangan Aldi dan memberikan senyuman manis untuk suami tercintanya itu. Hal yang sangat sederhana akan tetapi selalu bisa memunculkan sebuah senyuman dan terlihat indah diwajah suaminya itu serta sekarang sudah menjadi candu bagi Naura.

Naura beberapa kali mengecek ponselnya dan kini jam sudah menunjukkan pukul 23.00 kedua mata Naura tidak tahan lagi untuk terbuka dan akhirnya memilih untuk melipatkan tangan sebagai bantal tidurnya di atas meja makan.

Baru saja Naura memejamkan mata terdengar suara ketokan pintu dan di susul dengan suara seseorang yang sangat dikenalnya. Naura langsung beranjak dan melangkah menuju pintu.

"Loh, kenapa belum tidur?" Sebuah pertanyaan yang langsung dilontarkan Aldi ketika melihat baju sang istri.

Naura mencium tangan Aldi lembut dan mengambil tas kerjanya. Aldi juga meperlakukan Naura begitu manis dengan sebuah kecupan di kening Naura.

Naura memajamkan matanya, menikmati rasa nyaman yang menguasai penuh dirinya.

"Mana mungkin aku bisa tidur sedangkan suamiku belum pulang. Meski kamu pulang larut malam aku akan selalu menunggumu."

Aldi merangkul pinggang Naura dan mereka berdua masuk kedalam rumah dengan senyuman yang menghiasi bibir mereka berdua. Perasaan bahagia tengah menyelimuti mereka. Sepertinya memang selama tiga tahun moment ini selalu menghiasi rumah tangga mereka.

Perlakuan sederhana yang bisa begitu berdampak baik bagi kehidupan rumah tangga mereka.

Tangan Aldi bergerak keatas dan kini mengelus lengan Naura yang terbalut switer untuk melindungi dari udara dingin malam. Switer yang dikenakan untuk menutupi lengan atasnya karena sekarang Naura memakai dress diatas lutut. Entahlah, Naura selalu suka jika berdandan ketika menunggu suaminya itu.

"Cepatlah mandi aku akan menyiapkan makanan. Makanan tadi sudah dingin."

Naura yang saat itu akan melangkah menuju kedapur dihadang Aldi dengan tangan yang melingkar diperut ramping milik Naura dan menahannya.

Untuk sejenak keduanya saling pandang lalu segera Aldi menarik kursi yang ada didekatnya agar Naura menemaninya makan malam.

"Aku tidak ingin membuatmu capek. Duduklah disini aku akan segera kembali dan tidak usah menyiapkan makanan lagi. Tadi atau sekarang masakanmu tetap saja terasa enak."

Sekali lagi Aldi mengecup kening Naura dan lagi-lagi Naura merasakan kenyaman yang luar biasa lalu tersenyum dan merapikan rambut suaminya yang sedikit berantakan mungkin akibat kelelahan saat bekerja.

"Cepatlah mandi agar kamu tidak sakit."

Aldi mengambil tasnya yang tadi dibawa Naura masuk untuk dibawanya ke kamar dan meninggalkan Naura yang sudah duduk di kursi ruang makan memandangi punggung suaminya sampai menghilang.

"Perlakuanmu yang seperti ini adalah salah satu faktor untuk aku selalu menunggumu," gumam Naura memilih untuk meluruskan kedua kakinya di bawah meja makan dan menunggu Aldi selesai dari aktivitasnya.

***

"Apakah enak? Atau lebih baik aku panaskan lagi? Kalau tidak akan aku masakkan dengan menu yang baru," ucap Naura yang duduk di hadapan Aldi yang sedang menatap Aldi menyantap makanan yang sudah lima jam lalu di siapkan.

Kali ini Aldi sangat terlambat mengirimkan pesan.

Aldi menelan makan yang ada di mulutnya sebelum menjawab pertanyaan Naura yang beruntun itu.

"Sudah aku katakan, makanan ini akan tetap saja enak meski sudah dingin. Kamu sudah makan? Kalau belum akan aku buatkan telur goreng pedas kesukaanmu." Aldi menawarkan Nuara untuk membuat makanan kesukaannya karena melihat Naura yang sepertinya juga belum makan.

"Sangat tidak pantas jika kamu pulang kerja melayaniku, yang seharusnya aku sebagai istrimu yang melayanimu," ucap Naura menambahkan ikan goreng sambal merah kesukaan Aldi.

Keduanya memang sama-sama memilki kesamaan soal rasa makanan yaitu pecinta pedas.

Aldi tersenyum dan mengelus tangan Naura menggunakan punggung tangannya yang masih bersih.

"Makanlah yang banyak dan segera beristirahat," lanjut Naura ketika Aldi mengambilkan nasi dan juga lauk ke dalam piringnya.

Seorang wanita akan menjadi ratu jika tepat memilih pria dan kalimat itu kini di benarkan oleh Naura yang selalu di jadikan ratu oleh Aldi.

***

Malam berlalu sangat cepat dan sekarang rumah yang tidak terlalu besar akan tetapi menampilkan gaya elegand dan penuh pesona itu sudah terlihat dua orang yang sibuk dengan pekerjaannya.

Naura yang sibuk di dapur serta membereskan rumah sedang Aldi yang menyiapkan diri untuk pergi ke kantor.

"Jangan lupa makan siang, kalau kurang tambah makanan lagi atau aku yang menghantarkan."

"Ini bahkan cukup membuatku kenyang sampai malam. Kamu istirahatlah di rumah sudah dari pagi kamu sibuk."

"Bukan sibuk, akan tetapi sudah menjadi keharusan bagi seorang istri. Kabari secepatnya jika lembur."

Naura mencium tangan Aldi serta Aldi mengecup kening Naura lalu dengan senyuman yang di perlihatkan keduanya kini Aldi sudah berjalan keluar.

Memang sesederhana itu akan tetapi memberi kebahagiaan yang luar biasa.

***

Matahari kini sudah berada di tengah-tengah langit dan kini Naura sudah berada di butiknya. Kegiatan sampingan Nauran selain menjadi seorang ibu istri. Naura masih ingat betul bagaimana dia membangun butik ini, butik yang di bangun menggunakan jerih payahnya sendiri sama sekali tidak ada campur tangan orang lain dan butik ini sudah di bangun sebelum Naura mengenal Aldi.

Setelah selesai dengan pekerjaan rumah setiap harinya memang Naura pergi ke butik tidak banyak memang yang Naura lakukan hanya mengawasi karyawannya bekerja dan selebihnya duduk diruangan kerja untuk melihat berbagai macam fashion yang sangat digemari oleh konsumen.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengharuskan Naura untuk menghentikan perhatiannnya pada berbagai majalah dan juga layar laptop yang menampilkan berbagai macam gambar baju dan aksesoris lainnya.

"Masuk."

"Maaf, mbak mengganggu," ucap Mawar salah satu karyawan yang bertugas sebagai operasiol dan merangkap menjadi asisten Naura jika sedang berada di butik.

"Iya Mawar ada apa?" Naura kini sepenuhnya mengalihkan perhatian kepada Mawar.

"Ada seseorang yang ingin bertemu mbak Naura?"

Kening Naura berkerut seketika dan langsung mengingat janji apakah ada yang terlewatkan hari ini.

"Siapa?"

"Fila."