Kedua manik mata Dara tampak hidup.
Setidaknya jika dibandingkan dengan sorot malas dan tidak pernah menunjukkan ketertarikan pada sekitarnya, sekarang mata Dara berbeda. Ada banyak yang berkelebat dalam mata coklat tua nyaris hitam itu.
Kekecewaan, kemarahan, rasa muak, segala macam hal bercampur, membuat mata Dara terbuka sedikit lebih lebar dan menatap tajam; nyalang.
Gadis itu jauh lebih hidup dengan kemarahan yang tengah menelannya. Untuk satu detik yang terasa amat lambat, Nata terpesona. Gadis yang begitu datar kini menunjukkan sedikit lekuknya. Nata tidak pernah tahu kalau mata Dara bisa tampak sehidup itu.
Tetapi kemudian gadis itu kembali membuka mulut, berujar dengan kata-katanya yang bagai pisau terasah; tajam. Siap dihunuskan pada siapapun yang mengacau dengan gadis itu.
Dan gadis itu menghunuskannya pada Nata. Dengan pelan tapi pasti. Melukai Nata dengan cara paling lambat yang mana membuat sakitnya jauh lebih menyiksa.