Mata Nata tidak lepas dari dari semua drama yang terjadi di sana. Setiap ekspresi yang terlukis, tidak ada satu pun yang lepas dari perhatiannya. Nata mematri semuanya dalam ingatannya meski dia tidak berniat begitu. Dia hanya tidak bisa menahannya saat itu berhubungan dengan Dara.
Setiap ekspresi yang tampil di wajah gadis itu secara otomatis terekam oleh mata Nata bagai kamera, dengan ingatan sebagai penyimpanannya. Dia hanya merasa tidak bisa membiarkan ekspresi itu luntur tanpa diabadikan.
Sekarang, gadis pemilik ekspresi itu sedang berjalan menjauh dari kedua pemain drama yang lain. Ah, bukan menjauh. Lebih tepat disebut meninggalkan. Mengingat gadis itu sendiri yang memutuskan untuk menghentikan drama sampai di sana.
Nata menghela napas.