"Nggak!" Dengan keras Jase membantah. Mana mau ia dibawa ke Negara orang. Lagipula, jika tidak ada ayahnya, siapa dia ada diantara mereka?
"Aku punya keluarga disini. Lagian kenapa harus pindah sih? Jessi baru memulai karir, dia juga kenal sama aku. Kok kalian sembarangan aja ambil keputusan?"
"Bukan sembarangan. Tapi, ya memang begitulah seharusnya. Gue ikut bunda pulang kesana. Kita disini belum punya tempat tinggal tetap. Lagipula kan rumah yang di Jakarta punya papah," balas Jeno kali ini membuat Jase terdiam.
"Tapi, gue gak mau Jessi ikut kalian."
***
Makan siang kali ini terasa kurang berselera. Semua masakan ini Jase sendiri yang memasaknya tanpa bantuan orang lain. Piring sudah tersedia di hadapan mereka, tapi belum ada satupun yang menyentuh makanannya.
Jase menyesal karena semua masakannya tidak ada yang bisa Jessi makan. Ia tidak tahu sih jika Jessica akan datang. Jika tahu kan ia bisa menyiapkan nasi merah untuknya makan.