Monster yang berusaha kukalahkan adalah monster dari peringkat C, namanya Hell Snake. Ini monster yang memiliki tubuh seperti ular raksasa, tapi kepalanyanya bercabang tiga. Jenis monster tipe reptil. Memiliki tampilan yang menakutkan terutama ukurannya yang sebesar kepala.
Bagaimana bisa aku berani?
Entahlah ....
Sepertinya bagus sambil melatih skillku.
Aku berusaha menyembunyikan keberadaan. Memanjat batang pohon, aku mengintainya yang sedang meliuk-liuk di bawah. Hanya satu yang perlu kukalahkan.
Mengambil napas dalam-dalam, aku berusaha menenangkan diri. Setelah yakin, aku mengarahkan pistol. Di saat bersamaan aku mengaktifkan Sharp Eyes dan Danger Detection. Keduanya termasuk ke dalam skill ultimate Justice Hero pemberian dari dewi itu. Sharp Eyes agar aku bisa memiliki penglihatan yang lebih bagus lagi dalam menentukan koordinat. Ini termasuk bisa melihat dalam kegelapan malam dan penglihatan jarak jauh. Sementara Danger Detection, aku hanya berjaga-jaga untuk kejadian tak terduga.
Michael telah memberi penjelasan singkat tentang efek skill-skill bawaan.
Dalam diam, kuarahkan pistol. Mencoba mencari bagian titik vitalnya seperti kepala, mungkin, aku butuh lama untuk menyesesuaikan posisi. Lagipula makhluk itu tak pernah diam dan terus meliuk-liuk berkeliling. Polanya tak berubah yaitu melingkar. Jadi, aku sudah mulai paham ke mana arah tujuannya.
Sudah siap.
Saatnya untuk meluncurkan serangan. Serangan yang kumaksud bukan peluru biasa, tapi sekaligus mengaktifkan skill Confinement. Aku harus mengurungnya lebih dulu sebelum membunuhnya.
Tepat sebelum aku berhasil menarik pelatuk, makhluk itu menghilang. Eh? Ke mana dia? Sontak aku panik.
Di saat itulah Danger Detection- ku memberi sinyal. Sinyalnya ada di atas kepala. Kepala?!
Aku sontak langsung turun dari pohon, meloncat ke tanah tanpa takut patah kaki. Keputusan yang tepat karena begitu aku turun ke bawah, pohon itu gosong setengah badan dan yang kulihat adalah monster itu melayang-layang dengan kedua sayap mungilnya yang tidak bisa kulihat sebelumnya. Jadi, dia bisa terbang?
Uh, ini lebih menyulitkan daripada yang kukira.
Aku berusaha kabur dari pengejaran. Monster itu bisa mengeluarkan angin panas dari berbagai mulutnya. Membakar tanpa api lebih menyeramkan asal kalian tahu. Tanpa sadar, benda yang terkena hawa panas dari mulutnya seketika lenyap.
DOR!
Dia mengejarku. Aku tak punya pilihan meluncurkan peluru-peluru perunggu untuk meminilisir pergerakannya, tapi aku tahu itu masih belum cukup. Pergerakannya lebih lincah.
Tenang, aku tidak akan dimakan. Begitulah sugesti yang berusaha sejak tadi kutanam.
Sambil melarikan diri dari pengejaran, pohon-pohon di sekitar kujadikan persembunyian. Aku tidak hanya berlari, tapi juga sambil mencari waktu yang tepat untuk meluncurkan efek Confinement milikku. Dia harus dikurung terlebih dahulu karena terus bergerak-gerak.
Aku mencoba mengintip hanya untuk diembus hawa panas dari mulutnya. Jika aku tidak langsung lari ke sisi lainnya, aku akan langsung mati. Sialan! Makhluk ini lebih gesit dari dugaan. Tidak hanya bisa bergerak dengan cepat di tanah, tapi juga bisa terbang.
Aku kembali ke atas pohon begitu dia di bawah. Apakah aku terbang? Tidak! Sebenarnya aku tidak punya skill itu. Yang kulakukan hanyalah menurunkan massa tubuh sampai nol dan mendorongnya hingga bisa melayang di udara. Seperti para astronot di bulan di mana sekitarnya tak ada gravitasi. Aku belajar di buku Panduan Sihir. Aku bisa belajar terbang, tetapi nanti. Itu lebih susah dari dugaan belajar daripada membelinya.
Perbedaan skill Fly dengan ini terletak pada kemampuan melayang di udara. Maksudnya kalau terbang bisa semaunya. Mengatur arahnya, menurunkan kecepatan, menambah kecepatan, meliuk-liuk di udara, atau sebagainya. Kalau yang kugunakan tadi untuk bisa melayang di udara, aku harus mendorong tubuhku. Tingkat kekuatannya tergantung penggunaan. Salah-salah aku bisa meloncat lebih tinggi dari pohon. Menambah kecepatan dan mengurangi kelajuan juga tidak bisa. Itulah kelemahannya.
Monster itu cepat. Begitu aku ada di atas pohon, dia langsung menoleh ke arahku. Tapi saat itu juga aku meluncurkan skill Confinement. Tidak benar-benar yakin posisinya sudah pas, tapi lari terus juga tak bagus. Lagipula kalau staminaku habis, tidak akan cukup untuk memakai skill.
Namun, ini keberuntungan. Tembakanku mengenai sasaran. Monster itu langsung terbungkus dari jaring tak kasat mata yang membungkus seluruh tubuhnya. Dia mengeluarkan suara yang agak nyaring dan mengganggu. Dia mulai mengembus napas panas secara sembarangan membuat tumbuhan di sekitar seketika hangus. Untuk membuatnya diam, kuluncurkan peluru perak. Lagi-lagi tepat sasaran dalam jarak sejauh ini.
Turun ke bawah, aku mendekatinya lagi tanpa takut. Sekarang monster itu sudah tidak bisa bergerak lagi.
"To–tolong aku ...."
Hm?
Apakah aku mendengar sesuatu?
Melihat-lihat sekitar, aku tak menemukan sesuatu seperti orang yang tengah meminta pertolongan. Apa aku salah dengar kali, yah?
"To-tolong ... jangan bunuh aku ...."
Tidak!
Aku tidak salah dengar lagi.
Masalahnya ... suara siapa itu? Siapa yang mau dibunuh?
Aku sudah memakai Sharp Eyes sampai tingkat maksimal, tetapi tak ada satu pun hal aneh. Hantukah? Tidak. Hantu di sini berbeda dari dunia nyata yang aku ketahui. Makhluk itu takkan muncul jika aku tak menyelesaikan tantangan memang membasmi makhluk itu. Kalau begitu siapa? Hanya aku dan ....
Hm?
Melihat ke arah monster itu lagi, dia sekarang sudah meringkuk kesakitan.
"Jangan sakiti aku ... tolong!"
Oi, oi, tak mungkin monster ini yang berbicara bukan? Bukannya monster makhluk tak berakal yang diciptakan dewi itu? Tapi tidak ada lagi selain monster ini yang ada di sini bersamaku.
Masalahnya ... apa yang harus aku lakukan?
"Kalau kau mau melepaskanku, aku akan bersumpah setia padamu."
Apakah ucapan monster bisa dipercaya? Eh? Monster? Aku manusia, tapi seringnya perkataanku tak dipercayai orang lain, kecuali Nata. Mengatakan hal seperti itu pada monster sama sekali tak pantas untuk manusia sepertiku.
Cuma ... apa yang harus aku lakukan? Aku dalam mengerjakan tantangan lho. Kalau begini, mau tak mau aku akan bertanya pada Dewi itu.
"Selamat! Jarang ada yang mau memeriksa atau sadar dengan monster yang akan kalian bunuh. Oh, tidak tahukah? Aku tak bilang semua monster itu tak berakal. Ada manusia yang 'melakukan sesuatu' sampai berubah menjadi monster lho. Itulah kubilang merepotkan terlalu banyak mengurus makhluk-makhluk seperti mereka. Jika dia bisa memberikan kesetiaan pada orang lain, kutukannya akan terangkat. Tapi tidak banyak yang berhasil karena mereka lebih dulu dibunuh sebelum bicara."
Aku tertarik dengan kalimat 'melakukan sesuatu' yang sengaja ditekankan dewi itu. Apakah di sini juga ada semacam pantangan? Jadi apakah monster ini salah satu yang pernah membuat kekacauan atau masalah?
Kalau begini, aku sepertinya harus melepaskannya. Tapi aku masih sedikit ragu. Jadi aku bertanya.
"Tapi kamu enggak ngeluarin napas panas lagi, 'kan?"
"Setelah ... kontrak dibuat, kutukanku diangkat."
"Bagaimana bikin kontraknya?"
"Dengan menerima sumpah setiaku, kontrak sudah diajukan."
"Kalau begitu, aku terima sumpah setiamu." Aku tidak bisa memikirkan apapun lagi. Jadi aku hanya mengikuti alur.
Saat itu terjadi sesuatu yang menakjubkan lagi di depan mataku. Kurunganku di nonaktifkan. Berjaga-jaga kalau monster ini akan meluncurkan serangan, tapi sepertinya aku terlalu parno. Tubuh monster itu malah bercahaya. Cahaya yang terang sampai menyilaukan. Aku menyipitkan mata, menghalaukan cahaya yang mengganggu penglihatan. Ketika cahaya itu perlahan redup, monster itu menghilang.
"Terima kasih, Tuan Arga. Dengan ini sekali lagi, aku Lola, akan bersumpah setia padamu. "
Sebagai gantinya, seorang gadis muncul. Aku mengira dia lebih muda sedikit dariku. Dia mengenakan gaun yang kebesaran untuk tubuhnya yang agak mungil dari kulit ular. Dia memberikan senyuman yang manis, tapi Nata punya senyuman yang jauh lebih manis.
Entah apa yang dilakukannya sampai berubah menjadi monster.
"Ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diri. Dari mana kau tahu namaku?"
"Hm? Siapapun yang nyoba bunuh aku, aku bisa langsung tahu namanya. Aku panik! Kukira pada akhirnya aku terbunuh di sini setelah berjuang selama dua tahun dalam tubuh monster ini. Tapi tidak kusangka akan lepas dari kutukan. Sekali lagi, terima kasih, Tuan Arga."
Sepertinya aku mulai terbiasa dipanggil tuan.
Dia bilang sudah menjadi monster selama dua tahun. Itu artinya dia jauh lebih lama di sini daripada kami. Kemungkinan besar sudah banyak pengalaman dan pengetahuannya tentang dunia ini bahkan sampai berubah menjadi monster. Aku penasaran, tapi sepertinya aku bisa tanya kapan-kapan.
"Lola, aku bisa mengenalkanmu dengan yang lain."
"Huum, tenang aja. Dulu aku orang yang ramah kok."
"Kau bisa tinggal bersama kami."
"Terima kasih, Tuan Arga."
"Tapi sebelum itu kuperingatkan satu hal. Kalau kamu merasa aku tidak berlaku adil, tolong ingatkan!"
"Eh?"
"Dan jangan berbuat kecurangan dalam bentuk apapun! Aku bisa meniadakanmu."
Lola memasang wajah bingung, tetapi dia hanya mengangguk dan langsung memasang ekspresi ceria. Eh, apa dia benar-benar paham maksudku? Ya sudahlah.
Dengan begitu, tantangan kali ini berakhir dengan sukses. Mengapa sukses padahal monsternya masih hidup? Mendapatkan sumpah setia dari manusia yang dijadikan monster itu termasuk sukses. Kemungkinan lebih untung daripada sekadar membunuhnya. Ya, aku tidak tahu apa keuntungannya. Tapi aku yakin dia akan berguna nantinya.
*
TBC