Setelah puas menangis, dia keluar dan mencuci wajahnya berkali-kali agar tidak terlihat jika dia habis menangis. Zabran membuka pintu toilet setelah merapikan pakaiannya.
" Kamu darimana saja, Zab?" tanya Harun yang sudah duduk kembali di depan ruang IGD.
" Maaf, Ba! Zab tadi ke toilet sebentar.
Zibran yang melihat kakaknya merasa aneh, karena wajah Zab yang terlihat murung walaupun dia tersenyum.
" Assalamu'alaikum!" sapa Ezzah dan Anil yang datang dengan membawa sebuah tas.
" Wa'alaikumsalam Wr. Wb!" jawab mereka bertiga.
" Aba! Bagaimana Ummi?" tanya Ezzah dengan matanya yang terlihat sembab.
Gadis itu duduk di samping Harun dan memeluk Harun dengan mata yang kembali berkaca-kaca.
" Masih di dalam!" jawab Harun yang memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang.
" Kak! Tadi Kak Yasmin mencari kakak!" kata Anil pada Zabrna.
" Ada apa? Astaughfirullah! Kakak sampai melupakan dia!" kata Zab memejamkan matanya sesaat.
" Kak Yasmin hanya berpesan agar kakak jangan lupa untuk menghubunginya!" kata Anil.
" Trima kasih!" kata Zabran lagi.
Ponsel Anil bergetar, tapi dia mengabaikan begitu saja dan Zabran yang berada di sampingnya mengetahui hal itu.
" Angkat saja, siapa tahu penting!" kata Zabran pada adiknya.
" Iya, Kak!" jawab Anil.
Anil meraih ponselnya yang berada di dalam celana kainnya. Deg! Jantung Anil berasa ingin meloncat melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Dengan cepat dia menolak panggilan itu, Zabran yang melihat sekilas, pura-pura tidak tahu. Kembali ponsel itu bergetar dan saat Anil akan mereject, Zabran menegurnya.
" Jawab saja! Siapa tahu penting, karena dia nggak akan menelpon kembali jika memang tidak penting!" kata Zabran.
" Iya, Kak!" jawab Anil.
Semua adik Zabran sangat menurut pada Zabran, karena Zabran tidak pernah sekalipun marah atau melakukan hal yang semena-mena pada mereka meskipun sebagai saudara tua. Anil menjauh dari tempatnya dan keluar ke area taman dekat IGD.
" Anil!" sapa sebuah suara.
" Wa'alaikumsalam! Ada apa?" tanya Anil datar.
" Kenapa kamu belum datang?" tanya suara itu lagi.
" Saya ada urusan penting!" kata Anil.
" Apakah lebih penting dari kakakku?" tanya suara itu lagi.
" Apa sebenarnya mau kamu? Semua yang kamu mau sudah saya lakukan! Apa kamu mau nyawa saya juga?" tanya Anil dingin.
" Kamu...Aku tidak mau tahu, kamu harus datang, kalo tidak, aku akan datang menemui keluarga..."
" Cukup! Baiklah, saya akan kesana, tapi kira-kira 30 menit lagi!" kata Anil menahan amarahnya.
" Ok!" jawab suara itu lagi.
Anil mematikan panggilan itu dan mengusap wajahnya. Astaughfirullah! Bagaimana hamba harus mengatakan semua ini dalam keadaan Ummi yang seperti sekarang ini? batin Anil.
" Zab! Ini sudah hampir 2 jam, kenapa Tantemu tidak juga memberikan kabar?" tanya Harun.
Zab menatap wajah sayu ayah sambungnya, pria tengah baya itu terlihat begitu lelah dan khawatir.
" Ummi masih berada di ruang ICCU, Ba! Ummi..."
" Ruang...ICCU?" ucap Harun terkejut.
" Apa maksudmu? Kenapa Ummimu ada disana?" tanya Harun lagi.
Ditatapnya wajah putra sulungnya dengan penuh tanda tanya.
" Ummi...Koma!" kata Zabran pelan.
" Apa?" teriak semua yang ada disana.
" Astaughfirullah, Ummiiiiii!" tangis Ezzah.
" Ap...apa maksudmu, Zab?" tanya Harun yang sudah berdiri dan mendekati Zabran.
" Kom...koma? Ken...kenapa Ummi bisa koma?" tanya Harun yang mencoba tegar dihadapan putrinya.
" Jantung Ummi bermasalah!" kata Zabran.
" Ya Allah! Astaughfirullahaladzimmm! Ummi...tidak! Ummi jangan lakukan ini pada Aba!" ratap Harun dengan tubuh yang luruh ke lantai.
" Aba!" ucap Zabran terkejut dan memeluk Abanya.
" Aba bisa mati, Zab!" kata Harun frustasi.
" Astaughfirullah! Ba, istighfar! Istighfar!" ucap Zab tanpa bisa menahan lagi airmata yang tadi telah keluar.
ZIbran dan Ezzahpun ikut menangis mendengar perkataan kakak mereka.
" Ummi, Kak! Ezzah takut, Kak! Ummi..."
" Sssttttt! Istighfar! Istighfar! Astaughfirullahaladzimmmm!"
" Astaughfirullahaladzimmm!"
Anil yang masuk kembali ke dalam ruang IGD terkejut melihat keempat orang yang sangat disayanginya saling berpelukan dan menangis.
" Ummi!" gumam Anil mengepalkan kedua tangannya.
Matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sesak, dia masih menerka-nerka apa yang terjadi pada Umminya dan dia tidak berani mendahului kehendak Allah.
" Kak!" panggil Anil pada Zibran.
" Ada apa? Ummi..."
" Ummi koma, Nil!" jawab Ziibran yang pundaknya disentuh Anil.
" Astaughfirullahaladzimmm! Ummi!" ucap Anil lemas di kursi tunggu.
Dia menatap Abanya yang menangis dipelukan kakak tertuanya. Sementara di rumah, Yasmin, Ezzar dan Fiza menunggu dengan harap cemas kabar dari Zabran.
" Kak! Kok, belum ada kabar dari Kak Zab?" tanya Fiza.
" Makanya, punya mulut jangan ember!" sindir Ezzar.
" Zar! Apa kamu merasa perbuatan Fiza salah?" tanya Yasmin dengan penuh kelembutan.
" Kalo dia nggak ember, Ummi nggak bakal pingsan, Kak!" sahut Ezzar.
" Dan kamu akan terus melakukan perbuatanmu itu?" tanya Yasmin.
Ezzah diam, Yasmin tahu kejadian tadi dari cerita Fiza yang tadi datang ke kamarnya untuk memberitahu jika Fatma pingsan.
" Apa kamu mau Aba dan Ummi menanggung dosa akibat perbuatanmu itu?" tanya Yasmin lagi.
Ezzar lagi-lagi hanya diam.
" Kak Yas yakin kamu tahu apa akibat dari perbuatanmu dalam agama kita! Apa kamu tahu jika Ummi sangat menyayangimu, Zar?" tanya Yasmin lagi.
Ezzar mangangkat wajahnya dan melihat Yasmin.
" Iya! Ummi pernah bilang sama Kakak jika dia sangat mengkhawatirkan kamu karena hanya kamu yang tidak mau mengikuti jejak kakak-kakakmu, meskipun kamu saat dirumah tekun melakukan ibadah!" kata Yasmin.
Ezzar menatap foto Umminya yang ada di dinding, dimana mereka berfoto bersama saat Anil lulus dari pondok.
" Ummi selalu mendo'akan kamu agar kamu dijauhkan dari pergaulan yang salah. Apa kamu tahu jika Ummi selalu berusaha melindungimu dihadapan Aba? Apa kamu sadar, berapa banyak kebohongan yang Ummi lakukan pada suaminya? Pada surganya? Demi menutupi putra bungsunya?" tutur Yasmin.
Deg! Jantung Ezzar berdetak dengan kencang, semua kata-kata Yasmin membuatnya terkejut. Apakah karena itu, dia tidak pernah dimarahi Abanya walaupun dia pergi kemanapun dan pulang jam berapapun? Mata Ezzar berkaca-kaca, tak lama setetes airmata jatuh di pipi laki-laki itu. Ummi! batin Ezzar. Yasmin tahu semua itu dari Zabran, karena Zabran sangat dekat dengan Fatma dan Zabran selalu cerita pada Yasmin tentang keluarganya sebelum insiden antara Yasmin dan Zibran dulu.
" Ba! Aba pulang saja sama Ezzah, biar Zab yang jagain Ummi disini!" kata Zab.
" Tidak! Ummimu pasti mencari Aba kalo nanti bangun!" kata Harun.
" Ba! Ummi akan marah pada Zab kalo sampe Aba sakit!" kata Zab lagi.
" Aba harus sehat jika ingin Ummi bangun!" kata Zab lagi.
" Ayo, Ba!" ajak Zibran.
" Ezzah mau disini, Kak!" kata Ezzah.
" Kamu pulang sama Aba, tidak ada yang bisa dilakukan! Lebih baik kita berdo'a untuk kesehatan Ummi!" kata Zabran lagi.
Akhirnya semua pulang ke rumah kecuali Zabran, pria itu mengirim pesan untuk istrinya.
@ Assalamu'alaikum, Yas...Tolong jaga Aba, aku masih harus disini menjaga Ummi!
tulis Zabran
Ting! Terdengar bunyi dari ponsel Yasmin. Yasmin meraih ponselnya dan melihat sebuah pesan dari suaminya. Wajahnya terangkat dan melihat ke arah kedua adik iparnya.
" Apa ada kabar dari Ummi?" tanya Fiza.
" Kak Zab mengirim pesan!" kata Yasmin.
Kedua adik iparnya menatap wajah yasmin dengan penuh kekhawatiran.
" Semoga Ummi sudah sadar dan bisa pulang!" kata fiza.