Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 71 - Part 28

Chapter 71 - Part 28

@ Wa'alaikumsalam,,Ins Yaa Allah,,Bagaimana keadaan Ummi

balas Yasmin.

Ting! Kembali ponsel Yasmin berbunyi.

@ Ummi...koma...tolong jaga adik-adik dan do'akan semoga Ummi segera bangun

Deg! Deg! Jantung Yasmin serasa ingin keluar membaca kalimat yang dikirim oleh suaminya. Yasmin terdiam, pikirannya melamun kemana-mana, dia takut juga was-was memikirkan keadaan ibu mertua yang sangat dikagumi dan dihormatinya itu.

" Kak Yas!" panggil Fiza yang melihat Yasmin hanya diam saja.

" Kak!" sekali lagi Fiza memanggil Yasmin dan kali ini dia menggoyangkan lengan kakak iparnya itu.

" Hmm?"

" Kak Zab bilang apa? Bagaimana Ummi?" tanya Fiza lagi.

Yasmin menatap sedih ke arah adik iparnya, tanpa dia sadari setetes airmata membasahi pipi mulusnya.

" Kak...Kak...Yas...nangis? Kenapa? Apa...Ummi? Kak! Apa Ummi baik-baik aja?" bertubi-tubi pertanyaan yang Fiza lontarkan kepada Yasmin akibat melihat airmata yang jatuh diwajah kakak iparnya.

" Ummi...koma!" jawab Yasmin tanpa berniat untuk menyembunyikan apapun.

" Ummiiiiii!" teriak Fiza sambil menangkup wajahnya di kedua pahanya.

" Kak Yasmin bohong!" kata Ezzar yang tidak percaya dengan perkataan Yasmin.

" Untuk apa Kakak bohong!" sahut Yasmin dengan airmata yang terus menerus mengalir.

" Ummiiii! Ummi harus sembuh! Ummi nggak boleh tinggalin Fizaaaaa!" ucap Fiza yang tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh ke samping dan pingsan.

" Fizaaaa!" teriak Yasmin dan Ezzar bersamaan.

Ezzar segera membaringkan Adiknya itu di sofa yang diduduki Fiza dan Yasmin. Yasmin bergeser agar Ezzar bisa meluruskan kaki adiknya itu.

" Letakkan kepalanya di kaki kakak, Zar!" kata Yasmin mengusap airmatanya.

" Iya, Kak!" jawab Ezzar dengan wajah khawatir.

" Ambilkan minyak angin di kotak obat!" kata Yasmin.

" Iya, Kak!" jawab Ezzar.

" Masya Allah, Non Fiza kenapa, Non?" tanya Embun.

" Fiza pingsan Mbak!" jawab Yasmin.

" Ya Allah! Kenapa bisa sampe pingsan, Non?" tanya Embun lagi.

" Ummi koma!" jawab Yasmin dengan dada yang terasa sesak.

" Innalillahi Ya Allah! Ustadzahhhh!" ucap Embun lemas.

PRT yang sudah lama ikut dengan Fatma itu terduduk di lantai dan menangis memikirkan majikannya yang sangat baik padanya.

" Ya Allah! Sembuhkan beliau, Ya Allah! Beliau orang baik, orang dermawan, ambil segala penyakitnya, Ya Allah!" do'a Embun.

" Aamiin! Semoga do'a kita semua diijabah Allah SWT, mbak!" sahut Yasmin.

" Aamiin, Non!" balas Embun.

" Ini, Kak!" kata Ezzar.

Yasmin menerima botol minyak angin dan membukanya. Dia membalurkan sedikit ke tangannya lalu mengoleskan ke pelipis Fiza. Kemudian dia mendekatkan ujung botol yang terbuka di depan hidung Fiza agar gadis itu tersadar.

" Za! Bangun dek! Fiza! Bangun, sayang!' kata Yasmin dengan sabar.

Perlahan Fiza menggerakkan matanya dan membukanya. Dia menatap ke depan, terlihat langit-langit rumahnya.

" Ummi!" ucap Fiza yang langsung terduduk.

" Kak Yasssss!" kembali Fiza menangis.

Ternyata ini bukan mimpi! batin Fiza yang berharap semua yang di dengarnya hanyalah sebuah mimpi belaka. Yasmin memeluk erat adik iparnya itu dan mereka berempat menangis dengan caranya masing-masing. Ezzar terlihat sangat terpukul mendengar berita tentang Umminya. Maafkan Ezzar, Ummi! Maafkan Ezzar! batin Ezzar. Fatma memang sangat menyayangi putra bungsunya itu, karena dia sangat mirips seperti suaminya. Hanya saja sifatnya yang berbeda, Ezzar sedikit pemberontak, karena itu Fatma memberikan perhatian extra pada putranya itu.

Keadaan Fatma masih sama seperti kemarin, ini hari ke tiga Fatma berada di ICCU. Zabran tidak pernah sekalipun meninggalkan rumah sakit. Zabran, Zibran, Anil dan Harun secara bergantian membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an di telinga Fatma dan Ezzah bergantian dengan Fiza membantu mendirikan shalat Fatma.

" Ba! Ezaar mohon, izinkan Ezzar menemui Ummi!" pinta Ezzar saat mereka selesai sarapan.

Harun bergeming, dia hanya diam dan merapalkan ayat suci Al Qur'an dibibirnya.

" Ba! Ezzar benar-benar menyesal dan minta maaf! Ezzar berjanji nggak..."

" Cukup! Katakan semua itu pada Ummimu!" potong Harun.

" Iya, Ba! Ezzar akan meminta maaf sama Ummi! Ezzar akan terus meminta maaf sampai Ummi bangun, Ezzar..."

" Tidak! Jangan pernah kamu datang ke rumah sakit!" kata Harun tegas.

" Ba! Tapi..."

" Apa telingamu tidak mendengar?" teriak Harun emosi.

" Zar! Cukup! Kamu pergi ke sekolah saja!" kata Zibran memegang tangan adiknya.

Zibran tahu akan seperti apa akhir dari perdebatan ini nantinya jika diteruskan. Sebelum hal itu terjadi, Zibran segera membawa adiknya itu ke kamarnya untuk berganti pakaian dan pergi ke sekolah.

" Kak!" panggil Ezzar.

" Kakak akan bicara sama Aba! Kakak hanya berharap, kamu tidak mengulangi hal ini lagi!" kata Zibran.

" Iya, Kak! Ezzar janji!" kata Ezzar.

" Ins Yaa Allah!" sahut Zibran.

" Iya, Kak! Ins Yaa Allah!" beo Ezzar.

Ezzar mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah dan memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

" Jangan nekat! Langsung pulang setelah sekolah selesai!" pesan Zibran.

" Iya, Kak!" jawab Ezzar yang terkejut dengan ucapan kakaknya.

" Kakak tidak akan bertanggung jawab atau membantumu kalo kamu sampe nekat!" kata Zibran memperingatkan adiknya.

Zibran sangat tahu bagaimana sifat adik bungsu laki-lakinya itu. Dia tidak perduli dengan apapun jika sudah menginginkan sesuatu.

Ezzar yang masih tidak diizinkan untuk pergi ke rumah sakit karena dikhawatirkan akan membuat gaduh rumah sakit, meskipun pemuda itu memohon pada Abanya, hanya bisa pasrah. Harun masih tidak mau berbicara atau berinteraksi dengan putra bungsunya itu, dia menganggap semua yang terjadi karena putranya itu. Zabran dan Zibran sering mengingatkan jika semua adalah kehendak Allah SWT, tapi mata hati pria yang sangat takut kehilangan istri tercintanya itu masih benar-benar tertutup.

" Ba! Kasihan Ezzar! Dia juga ingin melihat Ummi!" kata Zibran pelan.

" Tidak!" sahut Harun.

" Ba! Zib tahu bagaimana perasaan Aba, tapi..."

" Cukup! Aba lelah!" kata Harun yang langsung berdiri dari kursinya dan masuk ke dalam kamarnya.

Dirumah selalu dibacakan do'a bersama untuk kesembuhan Fatma. Seluruh isi rumah mengikuti kegiatan tersebut dengan ikhlas.

" Assalamu'alaikum, Ummi! Ini sudah hari ke-7, apa Ummi tidak mau bangun? Apa tidak lelah tiduran terus? Ummi selalu bilang sama Aba kalo jangan kebanyakan tidur, nanti lupa ibadah!" suara Harun mengalun di telinga istrinya.

Rasa sesak menghimpit rongga dadanya, airmata ditahan sekuat mungkin agar tidak terjatuh. Ya Allah, sungguh berat cobaanMu kali ini! Astaughfirullahaladzim! Maafkan hamba yang merasa tidak mampu menghadapi cobaanMu ini! Harun menangis didalam hati sambil bermunajah pada Sang Pencipta.

" Aba...rasanya nggak sanggup...Aba...sangat merindukan Ummi...Ya Allahhhh..."

Tiba-tiba tubuh Harun lemas dan kepalanya terjatuh di brankar Fatma. Tidak ada yang tahu jika Harun pingsan di sana, karena perawat yang menunggu ruangan Fatma sedang keluar untuk mengambil sesuatu. Sedangkan Zabran dan Ezzah pergi sarapan.

" Ustadz!" panggil perawat itu saat melihat Harun tertidur.

Tapi Harun bergeming.

" Ustadz Harun!" panggil perawat itu lagi.

Karena tidak ada jawaban, perawat itu mencoba membangunkan Harun.

" Usta....dz...Masya Allah!" perawat itu langsung keluar ruang ICCU dan memanggil dokter yang berjaga disitu.

" Dokter! Ustadz Harun..."