Chereads / SEASON 2 TERANG DALAM GELAPKU / Chapter 68 - Part 25

Chapter 68 - Part 25

Masya Allah! Cantik sekali istriku! batin Zabran tanpa melepaskan tatapannya pada wajah istrinya. Sementara Yasmin tersipu malu dan membuat kedua belah pipinya merona merah akibat perbuatan suaminya.

" Ak...aku ingin...bu...buang air kecil!" ucap Yasmin terbata.

Zabran sangat gemas melihat tingkah istri yang ditakdirkan Allah untuknya itu. Dengan langkah pasti, Zabran membawa Yasmin ke dalam kamar madi dan mendudukkan wanita itu di atas kursi dekat closed.

" Jika sudah selesai panggil aku!" kata Zabran datar.

" Iya!" jawab Yasmin pelan.

Zabran membuka balkon kamarnya dan menghirup udara dalam-dalam guna menahan hasratnya yang tiba-tiba muncul. Beberapa saat kemudian, dia masuk ke dalam dan berdiri di depan pintu kamar mandi.

" Ehm...Kak..."

Tanpa menunggu Yasmin menyelesaikan perkataannya, Zabran membuka pintu dan masuk ke dalam kamar mandi. Dilihatnya Yasmin sudah berganti dengan gamis yang diambilkannya tadi. Tiba-tiba Zabran mengepalkan kedua tangannya mengingat kelancangan adiknya menyentuh istrinya. Zabran mendekati Yasmin dan menggendongnya lagi untuk di bawa ke ranjang. Perlahan pria tampan itu meletakkan istrinya di ranjang mereka, ranajng yang belum pernah mereka pakai secara berdua sebagai suami-istri.

" Aku akan mengambilkan makanan untukmu!" kata Zabran.

" Trima kasih, Kak!" kata Yasmin lembut.

Zabran memejamkan kedua matanya mendengar suara lembut istrinya. Dia bergegas keluar dari kamar dan menuruni tangga untuk menuju ke dapur.

" Bagaimana istrimu?" tanya Harun.

" Alhamdulillah baik, Ba!" jawab Zabran.

" Minta maaf pada adikmu, dia hanya berusaha membantu saja!" kata Harun sabar.

" Seharusnya dia menghubungi Zab, Ba! Lancang sekali dia menyentuh istriku!" ucap Zabran marah.

" Cukup! Ini meja makan! Bukan ajang perdebatan!" kata Fatma kesal.

" Maaf, Ummi!" ucap kedua pria itu.

" Ambilkan istrimu makan dahulu, baru kita makan sama-sama!" kata Fatma.

" Zab makan dengan Yasmin saja, Ummi!" kata Zabran.

" Baiklah!" jawab Fatma.

Pria yang baru saja berumah tangga itu, mengambil nasi dan lauk untuk dirinya dan juga untuk istrinya. Sementara Anil, Ezzah dan Ezzar yang baru datang saat semua telah terjadi, hanya melongo tanpa tahu apa yang terjadi. Mereka hanya saling tatap dan melihat pada Fiza yang menaikkan kedua bahunya. Sedangkan Zibran yang duduk di dekat Harun hanya diam saja. Zabran berjalan ke arah tangga menuju ke kamarnya untuk memberikan makan dan minum yang dibawanya.

" Setelah shalat dzuhur Aba dan Ummi akan pergi ke rumah Om Daffa dan akan kembali malam hari!" kata Fatma.

" Fiza ikut, Ummi!" rengek Fiza.

" Ezzah juga, Ummi!" kata Ezzah.

" Biar Zib yang anter, Ummi!" kata Zibran.

" Kita bicarakan itu nanti saja! Sekarang kita makan dulu!" kata Fatma yang duduk di dekat suaminya.

Mereka semua makan dengan tenang dan diam, hanya sesekali suara sendok dan piring terdengar pelan. Tidak lama setelah selesai makan siang, mereka berkumpul di ruang tengah untuk menurunkan isi perut mereka.

" Jam berapa kita pergi, Ummi?" tanya Zibran.

" Tunggu 30 menit lagi!" jawab Fatma.

" Anil nggak bisa ikut, Ba! Anil harus kembali ke kampus karena ada acara pengajian!" kata Anil.

" Ezzar juga nggak bisa ikut, Ezzar mau ke rumah Ustadz Salim, Ba!" kata Ezzar.

" Ngapain ke rumah Ustadz Salim, Zar?" tanya Ezzah mengerutkan keningnya.

" Kepo aja, Kak!" jawab Ezzar.

" Ezzar!" tegur Harun.

" Iya, maaf! Ada yang perlu Ezzar konsultasikan sama beliau!" kata Ezzar.

" Kenapa nggak ke Kak Zab ato Aba aja?" tanya Ezzah lagi.

Ezzar hanya diam saja tidak bisa menjawab, karena apa yang dikatakan Ezzah memang benar adanya.

" Kan nggak bisa liat Syifa!" celetuk Fiza.

" Adek!" tegur Ezzah melotot.

" Maaf!" ucap Fiza yang menyadari perbuatannya.

" Nggak bisa liat...Syifa?" ucap Fatma membeo.

Ezzar menatap tajam adikbungsunya, jantungnya berdetak sangat kencang karena merasakan aura yang tidak enak saat ini.

" Astaughfirullah, Ezzar!" ucap Fatma menggigit bibirnya dan menatap putranya.

" Kenapa kalo nggak bisa melihat Syifa?" tanya Harun.

Ezzar terdiam.

" Siapa Syifa memangnya?" tanya Harun lagi.

" Apa kami mengajarkan kamu berbohong, Zar?" tanya Harun mulai marah.

" Jawab!" bentak Harun.

" Nggak, Ba!" jawab Ezzar kaget lalu menundukkan kepalanya.

" Apa kami mengajarkan kamu mendekati perempuan yang bukan muhrimmu atau mengajarkan kamu berpacaran?" tanya Harun menatap tajam putranya.

Ezzar lagi-lagi hanya bisa diam mendengar pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Harun sambil meremas tangannya yang berada diantara kedua pahanya. Sialan lu Fiz! batin Ezzar marah.

" Jawab Zar! Apa kamu tidak mendengar pertanyaan Aba?" teriak Harun lagi dan kali ini dia terlihat sangat marah.

Fatma terkejut mendengar teriakan suaminya, dia tidak pernah mendengar suami yang sangat di hormati dan dicintainya itu mengeluarkan suara sedemikian kerasnya. Semua yang mendengar menjadi merasa ketakutan karena sikap Aba mereka yang baru mereka lihat saat ini.

" Tidak, Ba! Ezzar salah! Ezzar minta maaf!" jawab Ezzar gemetar.

" Aba menyuruhmu sekolah di pesantren kamu tidak mau! Aba menyuruhmu sekolah sambil nyantren kamu juga tidak mau! Jika bukan karena Ummimu yang menahan Aba untuk tidak memaksamu, kamu tidak akan seperti ini!" kata Harun marah.

Fatma tersentak mendengar perkataan suaminya, hatinya sakit tapi dia merasa bersalah karena menuruti kehendak putranya sehingga sekarang menjadi seperti ini.

" Apa kamu tidak melihat kakak-kakakmu? Mereka dengan ikhlas ke pesantren demi mendapatkan bekal ilmu agama untuk menghadapi keras dan kejamnya dunia. Jika kamu memang tidak berniat untuk bersekolah dan ingin menikah, Aba akan menta'aruf Syifa, karena Aba tidak mau menanggung dosa besar karena salah satu titipanNya telah melakukan hal bodoh!" kata Harun yang berdiri dari duduknya.

" Ayo, Ummi! Kita ke rumah Ustadz Salim!" kata Harun.

" Tidak, Ba! Jangan! Ezzar ngaku salah! Ezzar berjanji nggak akan lagi melakukan itu!" tiba-tiba Ezzar berlari dan bersimpuh memegang kaki Harun, dia menangis meminta maaf.

Fiza yang melihat semua itu menjadi merasa bersalah, karena akibat mulut embernya, kakaknya sampai dimarahi oleh Abanya.

" Jangan merasa bersalah! Kamu sudah benar melakukan ini semua!" bisik Zibran yang kebetulan duduk di dekat Fiza.

Fiza menatap kakaknya dengan wajah sedih.

" Di keluarga kita tidak ada yang seperti itu!" kata Zibran tersenyum lalu memeluk bahu adik bungsunya itu guna memberikan kekuatan agar menghilangkan rasa bersalahnya.

" Ezzar janji, Ba! Ummi, tolong Ezzar!" mohon Ezzar menatap Fatma yang sudah berkaca-kaca.

Sebagai seorang ibu, hatinya sakit melihat keadaan putranya itu, tapi sebagai seorang muslim, dia sama sekali tidak akan membenarkan perbuatan putranya. Fatma menundukkan kepalanya, dia menahan semua perasaannya.

" Ezzar janji, Ba!" mohon Ezzar lagi.

" Kamu benar-benar membuat kecewa Aba dan Ummi! Ya Allah! Ampuni dosa hamba karena tidak bisa mendidik putra hamba!" ucap Harun menangkup wajahnya lalu mengusapnya dengan kasar.

" Aba!" ucap Fatma lemah.

Tiba-tiba tubuh Fatma bergetar dan perlahan pandangannya menjadi kabur. Tubuh ringkih itu kemudian roboh.

" Ummiiiii!" teriak Ezzar yang melihat tubuh Umminya limbung.