Ryo, berjalan menaiki jalan mendaki yang dihimpit gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo setelah upacara kelulusan SMAnya. Motto hidupnya adalah; Hidup tenang dan damai. Ia tak ambil pusing ketika dia dinyatakan tidak memiliki bakat ataupun potensi untuk menjadi Rifter, ketika ia menginjak usia sepuluh tahun. Walaupun ia sendiri terus mendapatkan perundungan karena selalu menjadi yang terlemah.
Usia sepuluh tahun adalah angka normal untuk manusia di era ini menunjukan tanda-tanda bahwa ia adalah seorang Rifter dan kekuatannya akan terbangkitkan ketika ia dewasa sepenuhnya. Bahkan nilai-nilai selama masa sekolah Ryo tidak buruk ataupun menonjol, 'mediocre'.
Terlahir yatim-piatu dan hidup dari tunjangan pemerintah, membuatnya tidak bisa berpangku pada siapapun, delapan tahun hidup di panti asuhan, seseorang mengadopsinya dan ayah angkatnya tiba-tiba saja menghilang setelah suatu tragedi terjadi.
Tetap hidup di era yang dihantui kekacauan adalah penghargaan terbesar dalam hidup ia tak bisa meminta lebih dari yang sudah ia dapatkan.
Ryo tinggal di sebuah apartemen peninggalan ayah angkatnya. Apartemen seluas sepuluh kali sepuluh meter di pusat Tokyo adalah sebuah kemewahan di Jepang setelah era Kiamat Kecil.
Area tokyo yang dulu seluas ratusan kilometer persegi, kini hanya tersisa bahkan tak sampai setengah bagiannya. Jika bukan karena tembok benteng menjulang tinggi yang di bangun pada era Kiamat Kecil, Tokyo pasti sudah hancur tak terisa sedikitpun. Situasi serupa juga terjadi di seluruh negara di bumi, setiap negara memusatkan sumber daya mereka di satu kota.
Kini di gugusan kepulauan di pasifik yang memiliki sejarah agung nan panjang, hanya tersisa dua kota yang dapat di tinggali manusia secara layak yaitu Tokyo dan Kyoto.
Sirene tanda matahari akan segera terbenam melenguh nyaring diseluruh kota hingga terdengar ratusan mil jauhnya, memperingatkan semua penduduk bahwa jam malam akan segera diberlakukan.
Walaupun keseimbangan hukum ruang dan waktu di bumi lebih stabil, tetapi bukan berarti sudah aman, pada malam hari portal Dimensional Rift yang menghubungkan dimensi dunia lain kerap muncul entah dari mana dan menyebabkan Anomali Dimensi.
Pergesekan perbedaan kerapatan dimensi menyebabkan hukum ruang dan waktu bergeser hingga radius puluhan kilometer. Waktu seakan melambat, Gravitasi menjadi sepuluh kali lebih kuat, angin topan, badai awan magnetik yang mengangkat semua benda dari logam melayang ke udara dan bencana alam lainnya yang tak terbayangkan.
Tetapi itu bukanlah hal yang terburuk, bencana yang sesungguhnya adalah ketika ada mahluk dari semesta lain yang keluar melalui portal Dimensional Rift. Mereka datang dengan bentuk tubuh yang belum pernah dibayangkan oleh manusia, dengan kekuatan fisik mereka yang luar biasa serta kecerdasan jauh di atas manusia, mereka dengan mudah membasmi manusia dalam satu kota. Pada saat portal terbuka, disitulah para Rifter menjalankan tugas mereka untuk melindungi manusia.
Tak heran jika menjadi Rifter didambakan dan dielukan oleh manusia, kejayaan, kekayaan dan kehormatan. Dan tak jarang, kekuatan yang dianugerahkan pada mereka membuat mereka sombong, memandang rendah mereka manusia yang lemah. Namun itu tak mengapa, selama umat manusia memiliki kekuatan untuk melawan.
Pemerintah Dunia mengabaikan persoalan kecil seperti itu, apalagi di era dimana kekuatan adalah yang berbicara. Tidak boleh membunuh manusia ataupun mahluk bumi lainnya. Itulah aturan tangan besi bagi seluruh Rifter yang harus di patuhi, jika mereka melanggar, mereka harus siap menyerahkan nyawa mereka sendiri kepada neraka.
Ryo membuka kulkasnya dan mengambil sekaleng bir ketika masih mengalungkan handuknya dan bertelanjang dada, "Selamat atas ulang tahunmu, dan kelulusanmu," ucap Ryo kepada diri sendiri. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menghela nafasnya dan menyalakan televisi, menggonta-ganti saluran televisi dengan mata bosan. Ia terpaku pada sebuah breaking news.
"Sebuah portal akan terbentuk di atas langit pusat kota Tokyo, ukuran yang diperkirakan kecil, level bahaya: Rank C. Para Rifter sudah bersiaga di jalan sekitar pusat kota, bagi para penduduk harap tetap tenang dan didalam rumah, demikian yang dapat kami sampaikan." Pembawa berita perempuan cantik itu dengan sangat piawai bersilat lidah di depan kamera.
Ryo mengerutkan keningnya, sebuah portal di tengah kota? Mahluk bodoh mana yang nekad menyusup menggunakan portal di tengah kota? Dia melempar remotnya kesamping, berjalan menuju altar shinto yang ia gunakan untuk berdoa pada ayahnya. Sebuah Katana dengan bilah berwarna hitam mengkilap dan sebingkai foto dirinya bersama ayahnya dengan latar belakang gedung megah berwarna putih. Peninggalan ayah angkatnya yang tersisa, ia merawat baik-baik dua benda itu bersamanya.
Kekhidmatan Ryo terhenti karena suara ledakan keras di langit, kilat menyambar ganas seperti tombak perak raksasa berlomba-lomba untuk menghujam Bumi.
Boommm!!!!
Ia sangat terkejut dan menutup telinganya ketika sebuah ledakan sangat keras diatas langit, gelombang kejut segera menyebar ke segala penjuru dan memecahkan kaca-kaca tebal gedung pencakar langit. Ryo segera berlari ke arah beranda, ia tak percaya dengan yang ia lihat, sebuah portal Dimensional Rift sudah terbentuk sempurna tak jauh di atas kepalanya.
Perkiraan yang disampai berita dadakan itu ternyata jauh lebih rendah dari yang sampaikan.
"Sialan!" umpat Ryo, dengan langsung mengunci pintu beranda dan menyambar pedang peninggalan ayahnya.
Untuk sejenak ia ragu untuk segera lari ke tempat yang lebih jauh atau tetap tinggal. "Jika aku keluar, besar kemungkinan aku terperangkap Anomali Dimensi, csk!!"
Namun terlambat sudah, ukuran portal itu mendadak membesar, tingkat bahayanya naik menjadi level B, Anomali Dimensi terbentuk sempurna hingga radius sepuluh kilometer, waktu didalam radius Anomali Dimensi menjadi sangat lambat, semua gerakan yang Ryo lakukan terasa sangat berat.
Itulah yang terjadi ketika manusia biasa terperangkap dalam Anomali Dimensi, kemampuan fisik dan otak menjadi terbatasi di dalam Anomali, ini lah yang mengakibatkan manusia mengalami kekalahan besar.
Satu sosok mahluk segera mencoba keluar dari portal, para Rifter Rank C berusaha sekuat tenaga untuk menahan mahluk itu. Tetapi mereka tidak cukup kuat menahannya, mahluk itu segera melompat keluar dari portal dan mendobrak pintu balkon apartemen Ryo.
Sekuat tenaga ia berlari ke pintu keluar tapi sekuat apapun ia mencoba, tubuhnya bahkan belum bergerak sejauh satu meter dari tempat semula. Mahluk dengan perawakan besar dan berwajah bengis itu segera menjangkau Ryo dan mencekik lehernya dengan tangannya yang besar.
Dengan putus asa Ryo meronta dengan tubuh yang makin melemas. Ia menatap dalam-dalam mata mahluk itu, sekelebat ingatan saat ia masih kecil terlintas di pikirannya.
Makhluk menatap Ryo dengan mata yang berbendar merah, tubuhnya bersisik dengan wajah seperti spesies ikan asing.
Tenggorokan Ryo seperti terbakar dan kehabisan napas, "Apa ini adalah akhir dari segalanya bagiku?" pikir Ryo, putus asa.
Di saat-saat genting itu, seorang perempuan mendobrak pintu masuk apartemen Ryo, dengan santainya berjalan di tengah Anomali Dimensi seperti berjalan di taman bunga dengan memegang pistol di tangan kiri dan pedang berwarna merah menyala di tangan kanannya. Dia melepaskan tiga tembakan ke arah mahluk di depannya, tapi peluru yang ia tembakkan tidak terpengaruh Anomali, melesat tepat mengenai bahu dan lehernya sehingga melepaskan cengkramannya pada leher Ryo.
Mahluk itu meraung sangat keras hingga memekakkan telinga, tapi perempuan albino berambut putih itu tak bergeming, kini ia mengacungkan pedangnya, "Release!" setelah satu kata itu terucap gelombang kejut sangat kuat terlepas dari tubuhnya dan menghempaskan mahluk itu dan menetralkan Anomali Dimensi.
Hentakan yang sangat kuat itu merusak semua perabotan di dalam apartemen, Ryo tersungkur dan menghela napas dalam-dalam, mencoba menghirup udara sebanyak yang ia bisa.
"Wanita muda ini adalah Rifter?!" teriak Ryo dalam hatinya ketika melihat sosok penyelamat hidupnya.
Tubuhnya tinggi semampai, mengenakan busana casual, jaket kulit feminim warna hitam, tank top, celana jeans dan sepatu boot tinggi. Raut wajahnya sangat tegas rambutnya yang putih berkelebat indah dan menambah pesonanya.
"Jangan bergerak, sedikitpun," ucap perempuan itu, baik mahluk itu ataupun Ryo tak bisa bergerak sedikitpun seperti mematung. Walaupun anomali sudah dinetralkan, tapi seperti ada kekuatan lain yang menahan tubuh mereka, dan kekuatan itu berasal dari perempuan berambut putih itu.
Mahluk itu kembali meraung, ia langsung berlari ke arahnya. Perempuan itu melepaskan dua tembakan dan tepat mengenai mata mahluk buas itu. Ia mengayunkan pedangnya sebanyak tiga kali dan mahluk itu berhenti bergerak maupun bersuara. Tubuhnya langsung ambruk dan terpotong menjadi tiga bagian setelah perempuan itu mengibaskan darah dan lendir yang menempel pada pedangnya. Melihat hal itu, mulut Ryo kelu, bahkan ia lupa untuk bernafas.
"Luar biasa! Inikah kekuatan Rifter Ranking Elit?!" gumam Ryo.
"Syukurlah kau masih hidup," ujar perempuan itu sembari menyarungkan pistolnya ke holster di pinggangnya, pedang panjang yang ia gunakan berubah wujud menjadi cair seperti darah dan masuk ketubuhnya lewat telapaknya.
Ia membereskan mayat mahluk yang ia potong-potong dan melemparnya kembali ke dalam portal, "Close!" Portal itu perlahan menutup dengan sendirinya dengan satu gerakan tangan.
"Kau menyelamatkanku, terima kasih," ucap Ryo seraya menundukan kepala.
"Tak masalah, aku hanya menjalankan tugas. Menyelamatkanmu? Aku tak salah dengar? Aku dikirim kesini untuk membereskan satu kecoa laut seperti itu? Jika temanku mendengar kejadian ini, aku pasti sudah menjadi bahan olokan mereka sekarang."
Perempuan itu malah terlihat sangat kesal dan berbicara sedikit angkuh, walaupun akhirnya dia membantu Ryo untuk bangun.
"Maaf jika aku membuatmu kesal," kata Ryo dengan nada sedikit memelas.
"Aku kesal ketika melihat orang lemah yang tak berdaya dan malah hidup bermalasan seperti ini, aku tak mengerti kenapa Ryuji begitu memanjakanmu, penerus White Raven malah sangat lemah seperti ini," lidahnya berdecak-decak ketika beberapa kali mengumpat kata.
Ryo tak memperdulikan itu, akan tetapi kata "Ryuji" menyambar dirinya bahkan lebih keras dari guntur.
"Hei tunggu dulu?! Bagaimana kau bisa mengenal ayahku? Siapa kau sebenarnya?"
"Elena, Elena Katyushka, Rifter Rank S Mistress Of White Raven, ya boleh dibilang aku adalah tuan putri dari White Raven. Lalu ayahmu Ryuji adalah pendiri White Raven."
"Tunggu dulu," Ryo terperanjak saat mendengar kata White Raven, "Maksudmu, Asosiasi Rifter White Raven? Asosiasi Rifter terkuat yang bahkan bisa menyaingi Asosiasi Rifter Dunia dan bahkan memiliki Akademi, Daerah otoritasnya sendiri, dan berdiri seperti layaknya kerajaan kecil yang menguasai separuh Washington? Kau pasti salah orang, ayahku hanya pekerja jasa transportasi logistik perusahaan kecil."
"Yep, setengah Washington hanyalah halaman depan White Raven. Katana dengan bilah hitam mengkilap, dengan pola Hammon menyerupai sisik naga, tak salah lagi, Pedang Surga Terkutuk. Ryuji sengaja menutupi identitas aslinya, agar kau tidak terseret dunia ini."
Elena memperhatikan Foto yang di altar. "Lalu fotomu saat berusia sepuluh tahun bersama Ryuji berlatar belakang Akademi White Raven, walaupun sudah kusam, tapi aku bisa mengenal postur tubuh Ryuji yang tinggi kurus itu."
Mendengar semua hal itu, Ryo duduk terjatuh, pikirannya yang masih dilanda shock akibat serangan sebelumnya, mendapatkan sesuatu yang bahkan lebih membuatnya terkejut hingga jantungnya seakan berdetak diluar dadanya.
"Siapa sebenarnya Ryuji, dia yang selama ini aku anggap ayah, siapa sebenarnya dia?" Ryo berpikir sangat keras, peluh dan air matanya bercampur jadi satu dipipinya. "Lalu, apa maksudmu datang kemari?"
"Untuk menjemputmu," balas Elena.
"Lalu, bagaimana aku bisa tahu, jika kau yang sengaja membuka portal tadi, mengarang semua cerita dan sebagainya?"
"Ya ampun, asal kau tahu, aku punya aset sebanyak milliaran Units, aku bisa menggunakan dollar kertas untuk mengepel lantai rumahku jika aku mau, merundung seseorang demi uang bukan hobiku, aku datang kesini atas ramalan Ryuji, aku sendiri terkejut, ini bukan seperti ramalan lebih tepatnya Ryuji seperti mengintip masa depan sebelum dia pergi, jika kau tak percaya tunggulah lagi selama dua bulan, kejadian seperti ini pasti akan terulang lagi, kau ini sedang diincar oleh Sea's Abyss." Penjelasan Elena memborbardir akal sehat Ryo hingga ketitik kritis.
"Tetapi bagaimana kau ...?" Bibir Ryo di tahan dengan satu jari Elena, wajah mereka sangat berdekatan, Ryo menatap dalam-dalam pupil mata berwarna merah milik Elena, menyala terang seperti batu ruby.
"Shhh, kau terlalu banyak bicara Ryosuke Ryuji, sekarang kau tidurlah." Dengan satu sentuhan di tengah kening Ryo, dia membuatnya tertidur begitu saja.
***
,