Dinda menarik napas kali ini, seperti tidak bisa berkata apa-apa. "Apa kau mencoba membandingkan Angga dengan Tuan Justin?"
Mimi mengedikkan bahu. "Mungkin memang benar begitu. Aku hanya mencoba untuk mengarahkan padamu ke jalan yang tepat." Lalu dia berbicara lagi. "Karena Angga nyatanya tidak sebaik itu, Din. Dia terkenal play boy. Tapi lihatlah Tuan Justin! Dia kaya, pintar, dan tampan. Cobalah lihat pesona lelaki lain selain Angga!"
Mimi masih duduk di sana, lengannya disilangkan di depan dadanya. Dia terlihat seperti sedang mempertimbangkan untuk memukul kepala Dinda jika temannya itu masih mempertahankan cinta yang tidak masuk akal.
Sementara Dinda bisa membayangkan apa yang akan Mimi pikirkan jika Dinda mengatakan sesuatu tentang kenyamanan adalah hal yang mutlak dan itu tidak bisa tergantikan denga napa pun.
"Kamu mungkin tidak tau soal Angga," kata Dinda. "Angga itu baik, Mi."