Angga mendekatkan wajahnya lagi semakin dekat memperhatikan wajah di pangkuannya sekali lagi, benar! Wajahnya tidak asing. Ia sepertinya kenal wanita ini. "Jessy?" ucapnya pelan sambil menggumamkan nama wanita ini. Benar! Dia adalah Jessy, perempuan yang ditemuinya beberapa bulan lalu di depan kost Radit, ia sangat yakin itu, dan tidak salah lagi, Angga tak mungkin salah orang. Wanita ini bernama Jessy Stephanie, yang sampai sekarang ia tak tahu wanita ini adalah siapanya Radit.
Suara dari arah kemudi membuyarkan lamunannya, "Kak… Ini sudah sampai di rumah sakit." ucap laki-laki itu dengan nada pelannya agar tidak mengagetkan laki-laki di belakangnya ini yang sedang memangku wanita tenggelam itu.
"Oh iya terima kasih…?" ucap Angga terdiam bingung mau menyapanya dengan nama siapa, karena ia tidak tahu siapa laki-laki yang telah mengantarkannya dan Jessy ke rumah sakit.
"Panggil saja Satria, kenalkan nama saya Satria kak." ucap Satria tersenyum tipis menoleh ke belakang,
"Oh Satria, kenalkan nama saya Angga. Terima kasih Satria sudah membantu saya dan teman saya." ucap Angga berterima kasih pada laki-laki bernama Satria ini dan balik tersenyum tipis juga.
"Iya sama-sama Angga. Ayo Satria bantu ke dalam, jika nanti sudah beres baru Satria pulang." ucap Satria dengan nada yang begitu ramah. Satria berusaha menenangkan dirinya yang sebenarnya juga merasa panik sejak tadi, karena nyawa wanita ini berada di tangannya, ia memacu mobilnya begitu cepat agar cepat sampai di rumah sakit terdekat.
"Baiklah, terima kasih atas banyak bantuannya ya Satria." ucap Angga segera membuka pintu mobil dan turun dari mobil Satria. Satria mengikuti hal yang sama, ia juga turun dari mobilnya sendiri dan berlari memanggil perawat yang berjaga di depan pintu Rumah Sakit. Satria mendekat dan berkata, "Tolong, ada pasien yang baru saja tenggelam." ucap Satria pada salah satu perawat yang datang menghampirinya.
Angga berlari tergopoh-gopoh sambil menggendong Jessy dan mendekati perawat yang diajak bicara oleh Satria itu. Dengan segera perawat itu pergi dari hadapan Satria dan tak lama ia kembali membawa brankar untuk pasien. Angga langsung meletakkan tubuh basah kuyup Jessy diatas brankar yang sudah disediakan.
Perawat itu mendorong brankar Jessy menuju sebuah ruangan yang serba putih itu. Angga dan Satria dan Angga hanya berpandangan dan mengangguk kecil, mereka memutuskan untuk mengikuti arah perawat itu berjalan. Mereka berdua berjalan tanpa suara, mereka berdua sama-sama panik dengan keadaan Jessy. Satria yang tak mengenal Jessy saja merasa panik, bagaimana dengan Angga yang tahu bahwa siapa itu Jessy. Ia sangat bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang untuk menghubungi keluarga Jessy. Ia hanya mengenal Jessy sebatas nama lengkapnya, bukan akrab dengan perempuan itu.
Setelah sampai di depan ruangan, Angga dan Satria tidak dipersilahkan masuk oleh perawat dan Dokter yang akan menangani Jessy, dengan sopan perawat itu berkata, "Silahkan tunggu diluar, pasien akan kami periksa terlebih dahulu. Tolong hubungi keluarga pasien atau kerabat dekatnya." ucap perawat itu dengan nada ramah dan langsung masuk ke dalam ruangan membawa Jessy dan menutup pintunya kembali.
Angga terdiam menatap pintu yang tertutup itu, dan menoleh kearah Satria. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia sama sekali tidak mengenal siapa keluarga Jessy, kecuali… Radit? Ah ya! Dewa penolongnya, hanya Radit yang mengenal baik Jessy. Bagaimana jika ia menghubungi Radit? Tapi bukankah Radit lembur malam ini? Bisakah Radit datang? tanyanya dalam hati.
Suara Satria menyadarkannya, "Kak Angga sudah tahu mau hubungi siapa? Aku tidak kenal dengan perempuan itu. Kalau tidak salah tadi kak Angga menyebut namanya Jessy, berarti kak Angga kenal dengan perempuan itu?" ucap Satria dengan hati-hati agar tidak mengejutkan Angga, karena dari raut wajahnya ia tahu bahwa Angga sedang berpikir keras, yang ia sendiri tak tahu apa yang Angga pikirkan.
"Belum, aku belum tahu mau menghubungi siapa. Iya aku memang mengenal perempuan itu sebatas namanya Jessy, tapi aku tak mengenalnya akrab." ucap Angga jujur dengan apa yang ia tahu. Ia berpikir dua kali, haruskah ia menelepon Radit dan mengganggu Radit lagi yang sedang lembur? Ia sudah cukup merepotkan Radit dari sejak awal, masa sekarang akan merepotkan lagi? Tapi hanya Radit yang kenal akrab dengan Jessy. Siapa tahu saja Radit kenal dengan keluarga Jessy dan bisa menghubungi keluarga Jessy untuk kesini kan?
Mengingat tentang Radit, ia jadi teringat dengan sesuatu. Astaga! Pancingnya Radit masih tertinggal di pantai, beserta ikan yang sudah ia dapatkan tadi, hari sudah hampir gelap. Tak mungkin ia kembali ke pantai untuk mengambil pancingnya kan? Astaga! Ia sangat bodoh, kenapa sampai melupakan barang milik Radit. Ia harus siap mengganti baru pancing Radit sekarang, dan Angga hanya bisa pasrah akan hal itu.
Satria yang seperti tahu apa yang dipikirkan Angga, langsung membuka suara, "Kak Angga sedang kepikiran sesuatu ya? Satria hanya ingin beritahu kalau pancingnya kak Angga sudah Satria bawa ke mobil, Satria taruh di jok belakang mobil." ucap Satria tersenyum tipis mengatakan itu.
"Ah? Benarkah kamu membawa pancingku di mobilmu? Kenapa aku tidak sadar kamu membawanya?" tanya Angga merasa tak menyangka dan terkejut.
"Iya kak Angga. Mungkin kak Angga terlalu panik sehingga tidak memperhatikanku membawa pancingnya. Tenang saja kak, nanti ketika aku pamit pulang, akan aku bawakan pancingnya kesini beserta ikannya sekalian." ucap Satria tertawa kecil. Ia juga tak menyangka bahwa dikeadaan genting begitu, ia sempat-sempatnya membawa pancing Angga dan ikan yang didapatkan ke dalam jok mobil belakangnya. Untung saja itu benar milik Angga, jika tidak malunya akan setengah abad.
"Wah terima kasih banyak Satria, berkat kamu aku jadi tidak perlu mengganti pancing milik temanku. Itu bukan pancingku, tapi pancing milik temanku, sekali lagi terima kasih ya Satria. Hari ini kamu menjadi Dewa Penolongku." ucap Angga akhirnya bisa tersenyum sumringah setelah sejak tadi ia hanya bisa menampakkan raut wajah panik dan khawatirnya karena Jessy yang tak sadar-sadar dari pingsannya.
"Sama-sama kak Angga." ucap Satria ikut tersenyum seperti Angga yang sudah bisa menetralkan kepanikan yang melandanya sejak tadi.
"Aku sudah tahu mau hubungi siapa. Rencananya aku ingin hubungi temanku yang punya pancing itu, dia bernama Radit, karena dia kenal akrab dengan Jessy, kali saja dia bisa menghubungi keluarga Jessy." ucap Angga memberi tahu Satria keputusannya.
"Oh bagus itu kak Angga. Ayo di hubungi langsung kak, lebih cepat lebih baik kak." ucap Satria setuju dan menyarankan Angga untuk segera menghubungi Radit itu, agar keluarga Jessy bisa segera tahu dan menghampiri ke Rumah Sakit. Karena jujur ia tidak bisa menunggui Angga disini untuk menjaga Jessy, ia harus pulang sebentar lagi karena hari sudah mau gelap.
Angga mengangguk kecil dan langsung mengeluarkan ponselnya mencari nomor Radit di pencaharian. Setelah ketemu ia langsung menekan tombol panggil yang berwarna hijau itu di ponselnya. Tak menyangka ternyata Radit langsung mengangkat teleponnya. "Halo?" suara serak Radit dari arah seberang.
"Halo Radit? Kamu sedang lembur ya? Ada yang ingin aku bicarakan, tapi jangan terkejut ya?" ucap Angga dengan nada hati-hati.