"Tidak sibuk sih. Kerja, tetapi nanti dapat shift siang. Kenapa? Kenapa? Ayo cerita sama aku." ucap Radit menawarkan dirinya untuk menjadi tempat berbagi. Ia sangat senang jika bisa mendengarkan keluh kesah teman kostnya, walaupun Angga lebih muda darinya, tapi bagaimanapun juga ia sudah menganggap Angga seperti adiknya sendiri. Karena umur Angga yang terbilang tak terpaut jauh darinya.
"Jadi aku boleh cerita? Memangnya Radit mau dengarkan keluh kesahku?" tanya Angga memastikan sekali lagi bahwa benar ia boleh bercerita tentang hidupnya saat ini, dan memastikan bahwa Radit mau mendengarkannya, agar ia tidak rugi bercerita karena tidak didengarkan.
"Boleh Angga, duh kamu ini cerewet banget ya, padahal kamu laki-laki hm… Iya aku mau dengarkan keluh kesahmu. Memangnya mau cerita apa sih? Cepat ceritanya! Jangan buat aku penasaran." ucap Radit mulai jengkel karena Angga memulai dramanya dengan berbicara bertele-tele. Jujur saja, Radit tak suka jika lawan bicaranya banyak basa-basi. Radit tipe orang yang suka bicara lugas, tidak suka basa-basi, tidak suka bertele-tele. Karena itu hanya membuang-buang waktunya. Dan Radit hanya memiliki sedikit waktu, jadi Radit akan memanfaatkan waktunya dengan sebaik mungkin.
"Jadi begini…" ucap Angga menjelaskan masalahnya dari awal sampai sekarang tanpa ada terlewati sama sekali. Semuanya Angga ceritakan tanpa ada di tutup-tutupi. Angga benar-benar sedih menceritakannya, cerita itu seperti luka yang ada di hatinya. Ia bingung, sungguh bingung. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, di kota Gianyar ini hanya Radit lah yang ia kenal baik dan juga Ibu kost. Ia tidak mungkin meminta bantuan pada Radit juga pada tuan rumahnya. Jadi ia harus bisa mengurus dirinya sendiri, berusaha sendiri, kan?
"Oh begitu…" ucap Radit mengangguk-anggukkan kepalanya tanda ia paham dengan masalah Angga. Ia yang sejak tadi menggenggam ponselnya, langsung membuka layar kunci dan mencari kontak temannya dan menekan tombol panggil yang berwarna hijau. Radit menjauhkan dirinya dari Angga dan berbicara dengan temannya lewat ponselnya.
Tak tahu apa yang Radit bicarakan dengan temannya, Angga hanya diam memperhatikan dari kejauhan. Angga tak mendengar percakapan tentang apa yang dibicarakan Radit dengan lawan bicaranya. Tapi tak berapa lama Radit mendekati Angga dan tiba-tiba berkata,
"Besok kamu mulai bekerja di cafe Queen coffee ya, untuk tempatnya besok di share lock sama temanku. Nanti kamu di hubungi olehnya, nomormu sudah aku kirimkan ke dia tadi." ucap Radit dengan santainya, seakan-akan itu adalah hal biasa yang ia lakukan. Ia sama sekali tak menghiraukan raut wajah terkejut Angga ketika ia mengatakan itu pada Angga.
Angga mematung seperti orang bodoh di depan Radit, ia hanya bisa melotot dengan tatapan tak percaya. Bagaimana bisa ia tidak terkejut? Ia langsung mendapatkan tempat kerja tanpa ia minta pada Radit, dan tanpa berusaha sama sekali, bahkan dalam waktu yang kurang dari 10 menit. Siapa yang tidak terkejut ketiban rezeki nomplok begini? Angga masih belum bisa menutupi wajah terkejutnya, ia tak tahu harus mengatakan apa pada Radit. Entah kenapa saat ini, ia melihat Radit seperti Dewa Penolong untuknya. Apakah Radit ini memang titisan Dewa Penolong? Radit sangat baik, diam-diam menghanyutkan .
"Apa?" ucap Angga dengan raut wajah yang masih memancarkan rasa terkejutnya. Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Angga, tak ada kata lain. Angga seperti kehabisan kata-kata. Bibirnya terasa kering dan bungkam, lidahnya kelu, ia tak dapat berkata apapun lagi. Semuanya terlalu tiba-tiba, dan mengejutkan untuknya. Tapi jujur, ia sangat bahagia dan senang. Bahkan ia sendiri tidak kepikiran untuk bekerja sebelumnya, namun Radit langsung memiliki respon cepat dan mencarikannya kerja. Siapa yang tidak bahagia? Sungguh! Angga sangat bersyukur karena ada ditengah-tengah lingkungan yang sangat baik dan ramah terhadap hidupnya yang susah begini.
"Kenapa?" tanya Radit balik. Ia tak paham dengan respon Angga kenapa wajahnya sangat terkejut begitu? Apakah yang ia lakukan barusan itu mengejutkan bagi Angga? Tapi bukan kah wajar ia membantu Angga semampunya yang ia bisa? Kenapa respon Angga seberlebihan itu? Radit tidak paham dengan sikap yang ditunjukkan Angga sekarang.
"Kok kamu bisa gampang begitu carikan aku kerja? Terus kenapa kamu kepikiran solusi dari masalahku itu hanya dengan aku bekerja?" tanya Angga mulai bisa menteralkan rasa keterkejutannya dengan yang dilakukan Radit tadi. Ia sungguh tak menyangka jika ia bisa mendapat pekerjaan sekarang dan bisa bekerja mulai besok. Oh Tuhan! Apakah Angga sedang bermimpi sekarang? Jika iya, tolong jangan pernah bangunkan aku dari mimpi indah ini, ucapnya dalam hatinya. Sungguh! Angga tidak percaya jika ia bisa mendapatkan pekerjaan semudah ini.
"Iya bisalah. Apa sih yang tidak bisa seorang Radit lakukan? Ya tidak tahu, tiba-tiba kepikiran saja kalau sebenarnya kamu butuh pemasukan, nah mencari pemasukan hanya bisa dilakukan dengan kerja. Toh kampusmu santai kan? Jadi bisa kuliah sambil bekerja. Pokoknya yang semangat kerja dan kuliahnya. Aku yakin kalau kamu tekun, kamu pasti bisa bayar uang kuliahmu dengan jerih payahmu sendiri, seperti yang kamu inginkan, dan kamu bisa membantu orang tuamu untuk menebus emas peninggalan nenekmu itu." ucap Radit dengan nada yang sangat yakin, meyakinkan Angga bahwa Angga pasti bisa melakukan itu sesuai seperti apa yang ia harapkan. Jika ia tidak yakin, tak mungkin ia sampai repot-repot mencarikan Angga kerjaan ke temannya. Jika ini orang lain, mungkin ia akan mempertimbangkan keputusannya.
"Terima kasih Radit, kamu sangat baik padaku. Padahal kita tidak ada hubungan keluarga, tidak sedarah. Tapi entah kenapa aku merasa bahwa kamu menganggapku seperti keluargamu, seperti adikmu sendiri. Atau hanya aku yang terlalu berlebihan?" tanya Angga pada Radit dan menatap Radit meminta pendapatnya. Ia merasakan begitu. Ia merasa bahwa Radit sangat sayang padanya, seperti keluarganya sendiri. Atau mungkin karena mereka sama-sama merantau makanya Radit sangat peduli padanya bahkan menganggapnya seperti adik Radit sendiri?
"Memangnya jika membantu harus ada hubungan keluarga dulu dan harus sedarah? Aku memang menganggapmu seperti keluargaku, seperti adikku sendiri. Tak tahu kenapa aku seperti merasa dekat denganmu Angga, entah kenapa timbul seperti rasa sayang dibenakku untukmu. Bukan rasa sayang apa, kamu jangan salah artikan. Rasa sayang ini sejenis seperti rasa sayang seorang kakak laki-laki ke adik laki-lakinya. Seperti kakak kandung ke adik kandungnya. Kamu paham kan?" tanya Radit diakhir kalimatnya, ia hanya bermaksud menjelaskan bagaimana perasaan yang ia rasakan terhadap Angga. Nyatanya memang ia menganggap Angga seperti adik laki-lakinya.
Kenapa ia sayang pada Angga? Mungkin alasan utamanya adalah Radit tidak memiliki adik laki-laki. Yang ia punya hanyalah adik perempuan dan kakak perempuan saja. Mungkin karena itu ia merasa sangat sayang pada Angga dan menganggap Angga seperti adik laki-lakinya sendiri. Radit hanya bersaudara 3 orang, dan Radit adalah anak tengah. Ia mempunyai kakak perempuan berumur 29 tahun bernama Rika yang sudah menikah dan mempunyai 1 anak perempuan, dan mempunyai 1 adik perempuan bernama Rina yang masih menempuh pendidikan kelas 1 SMP. Radit sangat sayang pada kakak perempuan dan adik perempuannya. Jika Radit pulang kerumahnya, ia bahkan diperlakukan seperti Raja oleh kakak dan adiknya. Kakaknya sangat peduli padanya dan selalu mengusahakan yang terbaik untuk Radit.