Untungnya saja Daren mau pergi dan menuruti permintaan Jessy, bahwa lelaki itu makan sendiri untuk siang itu, karena Jessy masih ada banyak pekerjaan.
Lelaki itu kini menunduk dan tampak sedih, seperti seorang lelaki yang baru saja mengalami patah hati paling menyakitkan tanpa ada yang bisa menyainginya.
Melihat hal itu, Jessy justru tidak bisa bersimpati sama sekali. Gadis itu rasanya ingin mutah melihat Daren begitu. Terlalu berlebihan!
"Ya sudahlah! Aku harus menyadari kalau tunanganku sekaligus calon istriku memang sangat sibuk. Dia punya banyak pekerjaan. Sebagai seorang tunangan sekaligus calon suami yang baik, aku akan memahamimu, Jessy Sayang!"
Meskipun geli mendengarkan kata-kata Daren, Jessy pun menganggukkan kepala. Gadis itu memaksakan sebuah senyuman penuh simpati. "Maaf, Daren!"
"Tidak apa-apa!" Sekarang Daren berbalik, meskipun merasa ragu. Tapi pada akhirnya lelaki itu pun benar-benar pergi setelah berkata, "Sampai jumpa besok, Jessy Sayang."