"Kamu memang hebat, Dinda!" kata Angga lagi sambil mengacungkan kedua jempol. "Kamu tidak hanya cantik, pintar dalam bidang akademis, dan bahkan pintar masak? Wow!"
Angga bertepuk tangan seperti anjing laut dalam atraksi. "Dinda, aku sangat bangga padamu!"
Dinda tertawa mendengar hal itu, sedikit tersipu mendengar pujian dari pemuda yang ada di sampingnya itu, yang kini masih makan udang masakan miliknya. "Bisa saja kamu, Angga. Sekarang aku sudah menjawab pertanyaanmu kan? Aku membuat sendiri bekal ini."
"Hebat! Hebat!" Tidak hanya Angga yang memuji, tapi semua pegawai di sana.
Dinda tersipu lagi. Itu bukan kali pertama Angga memujinya. Tapi tetap saja, mendengar pujian-pujian itu membuat Dinda ingin bersembunyi di bawah meja dan menutupi pipinya yang pasti memerah. Oh, jangan bilang kalau telinganya juga memerah. Aduh!!!
