1 jam kemudian.
Perjalanan yang cukup panjang bagi Jessy. Perjalanan yang harusnya bisa ditempuh 20 menit malah jadi 1 jam karena ia terjebak macet di jalan besar tadi. Sungguh sial nasibnya pagi ini. entah kenapa kesialan itu datang berkali-kali menimpanya. Apakah ini adalah hari tersialnya? Namun ia ikhlas, demi Klien pentingnya yang ada di kota Denpasar ia rela harus membuang-buang waktunya untuk menemui Radit dan tentunya nanti akan ada banyak Drama. Pasti Radit tidak langsung mengiyakan permintaannya.
"Huh! Akhirnya sampai juga… Masih tidak ya Radit ngekost disini?" ucapnya pelan, Jessy tak menyadari bahwa ia berbicara sendiri. Ia mengamati kost itu dengan seksama, mengingat-ingat bahwa benar ini adalah kost Radit yang dulu. "Semoga kali ini aku beruntung dan tidak mendapatkan kesialan berikutnya." ucapnya tanpa sadar mengucapkan doanya itu, tapi tak ada yang mendengarnya karena keadaan di depan kost-an sangatlah sepi.
Jessy mulai memantapkan langkahnya untuk masuk ke dalam kost-an itu dan menuju kamar no 4. Pintunya terkunci. Apakah Radit ada di dalam? Semoga saja ada. Karena hanya itulah harapannya sekarang.
Jessy sudah berdiri di depan pintu kamar nomor 4 dan bersiap mengetuk pintunya. Ia berpikir sejenak, apa tak sebaiknya ia bertanya dulu pada Tuan Rumah siapa pemilik kamar nomor 4? Ah! Sepertinya itu ide bagus. Agar ia tidak salah mengetuk pintu kamar. Kan tidak lucu jika ternyata kamar yang ia ketuk pintunya itu bukanlah kamar milik Radit.
Jessy memutar haluan langkahnya dan menuju rumah di depan kost-an yang ia ingat adalah milik Tuan Rumah. Ketika sampai di depan, ia melihat Ibu kost dan langsung saja ia menampilkan senyum termanisnya yang ia punya.
"Halo ibu. Masih ingat saya? Dulu saya sering main kesini." ucap Jessy tanpa banyak basa-basi lagi, karena ia tidak mempunyai banyak waktu, jamnya sudah sangat mepet. Ia harus segera berangkat keluar kota siang ini.
Ibu kost itu menatap Jessy dengan tatapan bertanya, seolah-olah lewat tatapan matanya bertanya pada Jessy "Kamu siapa? Saya tidak ingat."
Jessy yang yang mengerti dengan tatapan itu hanya tersenyum kecil dan langsung memperkenalkan diri. "Bu, ibu tidak ingat saya? Saya Jessy Stephanie temannya Radit Aditya. Dulu saya sering main kesini untuk menemui Radit." Ucap Jessy berkenalan seperlunya, karena jujur ia tidak bisa basa-basi. Bukannya tidak mau.
"Oh ya ampun nak Jessy… sekarang sudah berubah banget, makin cantik dari pas SMA dulu, saya sampai tidak mengenalinya." ucap Ibu kost itu tersenyum ramah pada Jessy. "Sekarang nak Jessy kesini mau cari nak Radit lagi ya?" tanya Ibu kost itu dengan nada yang sangat bersemangat.
"Iya bu, Raditnya masih kost disini bu ya?" tanya Jessy pada Ibu kost, berharap jawaban Ibu kost sesuai harapannya.
"Masih dong nak Jessy, nak Raditnya dari awal merantau sampai sekarang tetap kost disini. Tidak pernah pindah. Selalu betah disini sama Ibu." ucap Ibu kost itu tersenyum bangga.
"Wah syukurlah Bu Dewi. Saya senang sekali mendengarnya jadi saya tidak perlu mencari jejak Radit lebih jauh. Saya sudah lama tidak kontak dengan Radit sejak reuni SMA dulu." sahut Jessy mengakui itu pada Bu Dewi. Ya, ibu kost Radit bernama Bu Dewi.
"Wah sudah lama juga ya Nak Jessy. Ya sudah langsung saja ketuk pintunya, nomor kamarnya masih sama juga seperti dulu. Radit tidak pernah pindah kamar sejak awal masuk ke kost-an Ibu." ucap Bu Dewi mempersilahkan tamunya.
"Iya Bu Dewi, terima kasih. Kalau boleh tahu ibu mau kemana ya?" tanya Jessy melihat Bu Dewi yang menenteng tas belanja.
"Oh ini. Ibu baru datang dari pasar pagi beli bahan-bahan untuk masak. Ini sekarang ibu mau jemput anak ibu, dia vaksin di sekolahnya. Minta ditunggu katanya. Maaf ya ibu tidak bisa menemani nak Jessy disini." ucap Bu Dewi dengan nada sedikit menyesal. Ia tidak enak dengan tamunya, baru datang langsung ditinggal. Tapi mau bagaimana lagi? Ia juga sedang ada keperluan kali ini. Tak mungkin ia mengabaikan anak terakhirnya yang masih kelas 1 SD dan mau vaksin kan?
"Oh begitu bu? Iya tidak apa-apa kok bu. Jessy tidak apa jika harus menunggu Radit disini sendirian. Memangnya Radit tidak ada di kamarnya ya bu?" tanya Jessy merasa semakin was-was. Waktunya sudah mepet tapi bagaimana jika Radit memang benar-benar tidak ada di kamarnya? Bagaimana nasibnya nanti? Memang sih ia harus sampai disana sore menjelang malam, karena perjanjiannya dengan Klien adalah pukul 18.00 WITA. Tapi tetap saja jika Radit tak ada, ia tidak akan bisa berangkat.
"Wah kalau itu ibu kurang tahu nak Jessy. Coba saja ketuk dulu pintunya nak Jessy. Siapa tahu nak Raditnya masih tidur, biasanya kan laki-laki bangunnya siang, apalagi setahu Ibu nak Radit kerjanya pakai jam shift pagi atau shift siang begitu. Siapa tahu kali ini nak Radit kerjanya shift siang nak Jessy. Di tengok saja dulu ya." ucap Bu Dewi memberikan informasi yang ia tahu. Ia memang setidaknya sedikit tahu tentang seluk-beluk anak-anak di yang tinggal di kost-annya. Bukankah memang harus begitu jika menjadi Ibu kost yang baik?
"Oh begitu ya Bu Dewi, terima kasih ya bu atas informasinya. Ibu mau berangkat sekarang ya?" tanya Jessy sekali lagi pada Bu Dewi.
"Iya nak Jessy ibu mau berangkat sekarang. Nak Jessy memangnya ada keperluan apa tumben nyari nak Radit kesini?" tanya Bu Dewi ingin tahu. Biasanya jika ada tamu anak kostnya yang datang memang ia selalu bertanya-tanya sedikit ada keperluan apa mencari anak kostnya. Ia hanya tak ingin terjadi yang tidak diinginkan di dalam rumah kostnya. Kan sekarang sedang maraknya tuh kasus pelecehan seksual di dalam kamar kost. Tapi ia percaya dengan nak Jessy, karena sepengetahuannya nak Jessy adalah teman sejak kecil dari Radit
"Iya Bu, Jessy mau minta tolong Radit untuk antarkan Jessy ke kota Denpasar untuk ketemu dengan Klien penting Jessy. Soalnya Jessy sedang sakit sekarang, sepertinya Hipertensi Jessy kambuh Bu. Maka dari itu Jessy tidak berani bawa mobil jauh sendirian. Takut terjadi sesuatu nanti kalau dipaksakan." ucap Jessy memberitahu Ibu Dewi maksud kedatangannya kali ini.
"Oh begitu, iya lebih baik diantarkan sama nak Radit saja nak Jessy biar lebih aman di perjalanan. Nanti disana mau menginap dimana nak Jessy?" tanya Bu Dewi dengan perasaan sedikit was-was dan khawatir.
"Oh tidak menginap Bu, pulang dari bertemu Klien di kota Denpasar, Jessy langsung balik, jadi pulang pergi bu. Soalnya besok pagi Jessy ada meeting juga sama Klien di kantor Bu." ucap Jessy dapat meredakan kekhawatiran Bu Dewi. Bu Dewi adalah ibu kost yang sangat perhatian terhadap anak kostnya. Bahkan setahunya, Radit sudah menganggap Bu Dewi seperti ibunya sendiri karena saking baiknya.
"Wah nak Jessy sibuk sekali ya? Sukses terus ya nak Jessy jadi wanita karirnya. Oh iya, kalau Ibu boleh tahu kenapa nak Jessy tidak bersama kekasih nak Jessy saja ke kota Denpasarnya?" tanya Bu Dewi tersenyum manis menanyakan itu pada Jessy. Tidak mungkin rasanya wanita sukses seperti Jessy belum memiliki kekasih sampai umur 23 tahun kan?