"Paham Radit. Terima kasih banyak ya, karena sudah menganggapku sebagai adikmu sendiri. Aku sangat senang karena memiliki kakak laki-laki sepertimu, walaupun bukan kakak kandung, tapi aku akan menganggapmu seperti kakakku sendiri." ucap Angga menampakkan senyum sumringahnya pada Radit. Ia bahagia hari ini, hari ini keberuntungan datang di hidupnya berkali-kali. Suasana hatinya sangat cerah, secerah pagi ini. Doanya terkabul dan hanya bahagia yang menyelimuti perasaan hatinya saat ini.
"Iya sama-sama Angga. Kamu tidak kuliah hari ini? Ingat besok kamu mulai bekerja ya? Jangan sampai lupa kalau sekarang kamu harus bekerja selain kuliah." ucap Radit mengingatkan Angga tentang suatu hal yang sangat penting itu. Bagaimana tidak penting? Ini mempertaruhkan nama baiknya di mata temannya sendiri. Radit sendiri tidak tahu bagaimana kinerja Angga, mungkin saja ini adalah pertama kalinya Angga bekerja, semoga saja Angga tidak mengecewakannya dan tidak membuat temannya merugi.
"Siap komandan, aku tidak akan melupakan hal penting itu. Aku kuliah sore hari ini, jadi masih banyak waktu untuk bersantai." ucap Angga tertawa kecil sambil menyenderkan punggungnya ke tembok. Entah kenapa ia merasa hari ini adalah hari terakhirnya bersantai. Seakan-akan besok dan seterusnya adalah hari yang akan terasa berat di hidupnya, padahal Angga sendiri belum tahu akan seberapa beratnya mulai besok. Apakah ia akan terkurung di dunia kerja seperti terkurung di Neraka?
"Ah kamu ini, anak muda tapi berjiwa tua. Keinginannya bersantai melulu, kapan mau maju?" tanya Radit dengan wajah serius menatap Angga. Ia tak habis pikir, Angga masih sempat-sempatnya memikirkan untuk bersantai ketika nanti sore dia akan kuliah. Apakah Angga ini tidak memikirkan kuliahnya? Atau setidaknya belajar sebelum perkuliahan dimulai? Sungguh ia tak habis pikir dengan tabiat Angga yang hanya memikirkan bersantai dan bersantai.
Ia jadi khawatir, apakah Angga bisa bekerja sambil kuliah? Bagaimana jika Angga gagal? Tapi kegagalan adalah awal dari kesuksesan kan? Semua orang yang sukses pasti pernah mengalami kegagalan. Seperti jalanan yang tak mungkin selamanya mulus, begitu juga dengan hidup seseorang tak mungkin selamanya berjalan lancar-lancar saja pasti suatu saat juga pernah mengalami hambatan. Disanalah sebenarnya kita diuji apakah kita kuat atau tidak menjalani cobaan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
"Hahaha kamu ini bisa saja meledekiku, aku hanya ingin menghabiskan hari terakhirku dengan bersantai. Setidaknya besok aku tidak bisa bersantai lagi." ucap Angga tertawa kecil mengatakan itu. Ia tahu bahwa prinsipnya ini sangat berbanding terbalik dengan prinsip Radit. Radit memang rajin bekerja makanya ia bisa membiayai hidupnya sendiri di rantauan tanpa menyusahkan orang tuanya lagi, bahkan sepertinya Radit dulu sewaktu kuliah menggunakan biaya sendiri tanpa meminta dari orang tuanya. Radit sungguh hebat, dan akan selalu menjadi panutannya.
"Hari terakhir ndasmu! Memangnya kamu mau mati besok? Kamu berharap bahwa kamu mati besok?" tanya Radit dengan nada tak santai dan mata yang melotot.
Mungkin Radit salah mengartikan perkataan Angga. Sebenarnya maksud Angga bukan begitu. Angga ingin menghabiskan waktu santainya hari ini karena hari ini adalah hari terakhirnya sebelum ia harus mendekam di kerjaan dan kuliah, sekaligus. Ia hanya ingin menghabiskan harinya dengan bersantai hari ini, bahkan sempat terpikir di benaknya bahwa ia akan bolos kuliah hari ini. Yah, menjadi anak malas sekali-sekali tak apa-apa bukan?
"Tentu saja tidak. Siapa yang ingin mati? Aku masih berusaha bertahan dan tetap hidup." ucap Angga sedikit dramatis mengatakannya. Enak saja Radit mengatakan seenak jidatnya bahwa ia ingin mati. Siapa juga yang ingin mati? Ia bahagia dengan kehidupannya, walaupun terkadang hidupnya melarat, tapi Angga masih bisa mensyukuri itu.
"Terus tadi itu maksudnya apa? Hari terakhir, hari terakhir, menyebut bahwa ini adalah hari terakhir. Apalagi maksudnya jika tidak ingin mati?" tanya Radit dengan nada sewotnya. Bagaimana tidak sewot? Ia sudah susah-susah mencarikan Angga kerjaan untuk dilalui Angga setelah ini, Angga malah berniat bunuh diri agar bisa mati cepat. Dimanakah akal sehat Angga? Ataukah otaknya masih tertinggal di jalanan?
"Bukan begitu maksudku hari terakhir Radit. Maksudku itu, hari ini adalah hari terakhirku bersantai karena hari ini aku masih bebas, hanya berkuliah saja. Mulai besok aku akan berkubang di dunia kerja kan? Jadi aku tidak bisa santai lagi. Maka dari itu aku ingin santai dulu hari ini, hari terakhirku bersantai. Kamu harus tahu bahwa aku orangnya memang suka bersantai, tidak sepertimu yang hanya memikirkan kerjaan. Aku kuliah pun malas hari ini, sungguh! Aku hanya ingin bersantai hari ini." ucap Angga jujur pada Radit mengatakan apa yang sebenarnya ia rasakan hari ini. Entah kenapa jiwa malasnya muncul saat ini. jiwa malasnya seperti sedang menguasai tubuhnya.
"Dasar anak muda malas kamu. Kamu tidak kasihan dengan orang tuamu yang mencarikan kamu uang untuk kuliahmu?" tanya Radit merasa jengkel terhadap sikap Angga yang hendak membolos kuliah. Sungguh! Dulu sewaktu ia kuliah, ia tidak pernah membolos sama sekali, padahal Radit termasuk mahasiswa yang tidak terlalu pintar. Tapi sebisa mungkin Radit selalu hadir di perkuliahan terkecuali ia sakit. Tapi Angga? Angga memutuskan untuk membolos karena ingin bersantai? Oh tidak! Apakah dunia sedang bercanda saat ini? Kenapa anak muda zaman sekarang begitu tidak bersyukur, sudah kuliah dibiayai orang tua, malah tidak tahu diri.
"Tentu saja aku kasihan dengan orang tuaku yang mencarikanku uang kemana-mana untuk biaya kuliahku. Tapi apakah bersantai sekali-kali itu salah?" tanya Angga merasa tidak terima karena dihakimi begini. Ia hanya ingin bersantai sejenak, tapi kenapa Radit melarangnya? Toh juga hanya hari ini saja ia berniat membolos.
"Tidak salah jika kamu bersantai, tapi salah jika kamu bolos kuliah hanya ingin mendapatkan waktu lebih banyak untuk bersantai. Saranku kamu harus tetap kuliah, jika orang tuamu tahu, mereka pasti akan kecewa." ucap Radit menasehati Angga, setidaknya Angga harus ingat orang tuanya yang pasti akan kecewa jika tahu ini. Pasti orang tua Angga akan sedih jika tahu anaknya membolos kuliah dengan alasan malas masuk kelas.
"Oh iya ya, benar juga apa katamu Radit. Pasti orang tuaku akan kecewa jika mereka tahu aku malas kuliah. Pasti mereka akan menyesal mempunyai anak sepertiku. Yasudah mulai sekarang aku tidak akan lagi memiliki pikiran untuk membolos." ucap Angga dengan nada sedihnya. Entah kenapa ia merasa berdosa karena telah memiliki niat tidak baik tadi. Ia harus semangat sekarang dan membuang jauh-jauh rasa malasnya. Ia tidak boleh malas lagi mulai sekarang. Mulai sekarang ia harus rajin kuliah dan bekerja, agar bisa membanggakan orang tuanya.
"Nah begitu baru adikku. Dua jempol untukmu Angga." ucap Radit langsung mengacungkan kedua jempolnya mengarahkannya ke depan wajah Angga, tanda ia ikut senang mendengar keputusan Angga barusan. Setidaknya Radit tidak rugi berbicara panjang lebar sejak tadi, ternyata Angga mau mendengarkan nasehatnya.
"Terima kasih nasehatnya Radit. Oh iya, masih ada yang mengganjal pikiranku sejak kemarin-kemarin. Aku ingin bertanya, perempuan yang bernama Jessy itu siapa? Apakah dia pacar barumu? Kalau iya, pacar yang keberapa?" tanya Angga beruntun dengan rasa penasaran. Ia sungguh ingin tahu tentang siapa Jessy di hidup Radit. Karena kelihatannya Radit sangatlah akrab dengan Jessy, sedangkan dengan dirinya Jessy sangat dingin sifatnya.