Semenjak insiden itu, Tika sering menjemput sosok misterius itu di depan Alfamart sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat.
Setiap harinya dia akan menunggu di sana tepat 7 pagi. Tika yang tidak suka menunggu harus mengalah sebab dia tidak ingin terlibat apapun dengan perihal polisi.
Dia memiliki trauma dengan kantor polisi dan semua yang berhubungan dengan polisi.
Jika bisa dihindari, lebih baik dihindari. Ya, Tika menunggu depan Alfamart sambil menikmati minuman dingin. Tangannya melirik jam yang berwarna biru muda yang melingkari tangannya.
Dia menghitung mundur mulai dari angka 7 hingga satu. "Dua sat-"
"Gue gak telat kan," ucap si cowok misterius yang langsung duduk di belakang.
Tika melirik dari kaca spion. Dia menghela napas kesal. Namun perjanjian itu nyata. Dia tak bisa mengelak maupun menolaknya.
"Jalan, jangan bengong aja oi!"
Tika menancap gas dan kepala si cowok itu teratuk ke kursi. Dia memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Lo mau bunuh gue?" katanya.